1

55 10 0
                                    

Haaii,, pagi, siang, sore, malam...
Aku sebut semua karena aku gak tau jam berapa kalian baca part ini :v

Gimana kabarnya? Semoga kalian selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah swt.

Sekedar mengingatkan,

Di masa ini kita sedang diberi cobaan dengan adanya wabah Covid-19. Semoga kita semua terhindar dari wabah tersebut. Dan semoga wabah ini cepat hilang dari bumi kita tercinta.

Untuk itu, saya harap kalian selalu menjaga kebersihan. Juga yang paling utamanya menjaga ibadah kalian. Jangan bosan-bosan untuk terus berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika banyak waktu senggang, gunakan yang terbaik daripada waktu kita terbuang sia-sia. Kita bisa mengisi waktu luang kita dengan dzikir, sholawat, doa, ataupun baca qur'an.

Intinya saya mohon kepada kalian untuk always keep worship, always to pray the best. And don't waste time.
_________

🍁🍁🍁

🌿Alisha Damara🌿

"Lisha cepat kesini"

"Ngapain?"

"Udah ikut aja"

Gadis yang dipanggil Lisha pun menghampiri remaja bertubuh jangkung itu. Berlari diatas pasir putih membuatnya cukup kesulitan dengan high heals 8 centi yang dipakainya. Ditambah pakaiannya yang kini menggunakan gaun sepanjang mata kaki. Dengan rambut yang tergerai.

Ketika hendak sampai di dekat remaja yang memanggilnya itu, Lisha terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangannya saat berlari. Alhasil kejadian tersebut menciptakan gelak tawa dari remaja yang tadi memanggil gadis bernama Lisha tersebut.

"Jahat" rajuk Lisha

"Hahahahahaa" suara tawa semakin keras, namun suaranya agak berbeda dengan suara yang sebelumnya. Ini lebih seperti suara anak kecil.

Ara membuka matanya. Dia sangat terkejut kala menyadari dirinya jatuh dari ranjang miliknya. Ditambah ada anak kecil di ambang pintu yang masih tertawa lepas.

"Hehhh..Kak.Ara.lucu. Tah-tadi  ja.tuh abis itu mulutnya manyun-manyun sambil bilang jahat, hahahaa"

Malah diketawain. Adek laknat emang. Eeh, jadi tadi mimpi? Seriously?! Dia datang lagi?

"Hahahaa..."

Aku pun sadar jika disini masih ada Avisha. Oh tidak. Dia tertawa semakin menjadi. Pasti ekspresiku tadi yang jadi penyebabnya. Tanpa sadar, aku membelalak dengan mulut terbuka sambil menepuki pipiku sendiri.

"Ngapain disini?"

"Manggil kak Ara disuruh bunda"

Kulirik jam weker dinakas. Ternyata sudah menunjukkan pukul 04.50, pantas saja bunda menyuruh Avisha menghampiriku.

Biasanya jam 04.30 aku sudah bangun dan bersiap untuk ke mushola dikomplek ini bersama bunda, ayah, dan Avisha. Mungkin karena mereka sudah menungguku lama, bunda jadi menyuruh Avisha untuk memanggilku.

"Kamu turun dulu, ntar kakak nyusul"

"Siaap kak" sambil mengangkat tangan kanannya dengan jari telunjuk dan ibu jari disatukan membentuk lingkaran. Kemudian lari meninggalkan kamarku.

"Jangan pake lama kak" teriaknya memberi peringatan kepadaku.

Aku segera beranjak pergi ke kamar mandi yang ada didalam kamarku.

10 menit, ternyata lama juga aku berada di dalam kamar mandi. Padahal tadi udah paling cepat dari biasanya. Dengan gergas, aku keluar dan menuruni anak tangga dirumahku. Dibawah terlihat bunda dan Avisha yang masih setia menunggu ku di sofa ruang tamu. Mungkin ayah sudah ke mushola terlebih dahulu.

"Ayo kak udah terlat nih. Bentar lagi iqomah" seru bunda.

"Iya bun"

🍁🍁🍁

Sarapan sudah tersaji. Aku dan bunda baru saja selesai menyiapkan semuanya. Tinggal memanggil ayah dan Avisha yang harus kulalukan.

Eh, belum saja melangkah mereka sudah terlihat menuju ke meja makan.

"Selamat pagi" sapa ayah yang masih menyeret kursi ke belakang yang akan didudukinya.

"Pagi" jawab semua

Setelahnya kita mengambil menu yang tersaji sesuai takaran selera masing-masing. Ibu memasak nasi goreng untuk bekalku dan ayah, juga sayur sop untuk lauk sarapan pagi ini.

Kali ini hening, hanya ada suara dentingan antara sendok, garpu dan piring. Yang pastinya Avisha lah pelakunya. Padahal sudah sering ayah dan bunda memperingati, namun tetap saja Avisha melakukannya. Katanya susah jika tidak bersuara.

Selesai sarapan, aku beranjak menuju garasi untuk memanasi motor kesayanganku.

"Kak mau berangkat bareng papa sama adek apa sendiri?" Teriak bunda dari dalam ketika aku sedang didalam garasi.

"Sama Sera bun" jawabku teriak seperti bunda, namun sepertinya suaraku lebih kecil daripada tadi bunda.

Sayuur..mayur yur sayuuur.. (tek tek tek tek tek)

"Sayuur maang" teriak bunda sambil berlari ke depan. Nggak heran deh, udah kebiasaan bunda tiap pagi berteriak sambil lari seperti itu.

Aku melupakan sesuatu. Tas sekolah. Ya aku belum membawanya. Aku segera berlari ke kamarku untuk mengambil tas.

Saat naik tangga pertama, ayah dan Avisha menghentikanku. Pasti bunda belum bilang ke ayah kalau aku berangkat bareng Sera.

"Kak berangkat bareng ayah nggak"

Tuh kan. Bunda emang jadi sering pelupa sekarang.

"Sama Sera yah, semalam udah janjian"

Iya, Sera. Yang sering ku sebut sahabatku. Dia memang sahabatku sejak SMP. Sebenarnya kita berteman sejak kecil. Hanya saja saat kecil tidak terlalu akrab seperti waktu SMP. Saat SMP, kita sering berangkat sekolah bersama, bahkan hampir setiap hari. Karena waktu SMP, dikomplek ini hanya Sera yang satu sekolah denganku.

Dia orangnya sangat peka terhadapku ditambah sifatnya yang supel dan seadanya. Aku sangat nyaman bersahabat dengannya.

Jadi sampai sekarangpun Sera sering berangkat bareng aku. Kadang pakai motor Sera, kalau ngga dipake ibunya. Kadang juga pake motorku, seperti hari ini.

Setelah mengambil tas, lalu tak lupa mengambil bekal yang sudah aku persiapkan tadi bareng bunda. Kemudian menuju ke garasi untuk mengambil motor.

"Ra" Aku sempat terkejut dengan kedatangan Sera saat sedang fokusnya mengambil motor digarasi.

"Eh, udah sampai Ser" ucapku sembari mengeluarkan motor dari garasi.

"Udah, yuk langsung berangkat aja" katanya sambil memakai helm yang sudah dia bawa dari rumah.

Saat diperjalanan hanya ada keheningan dan suara deru kendaraan lain yang menyelimuti kita. Sebenarnya aku ingin cerita tentang mimpiku tadi pagi dengan Sera. Tapi sepertinya di situasi yang seperti ini ga bakal pas buat cerita. Karena suaraku pasti akan kalah dengan suara angin dan kendaraan yang lain. Jadi ya gini, aku dan Sera memilih saling diam. Padahal aku tahu banget  Sera itu tipe cewek yang ngga bisa diem. Tapi ya ngga cerewet amat sih.

🍁🍁🍁

Makasih yang udah ngikutin Ara sampai sini.
Jangan lupa vote & comment

Instagram:@irmasyafiqoh

Angkasa High School Series: AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang