15

12 5 3
                                    

🌿Alisha Damara🌿

Aku mengerjap beberapa kali setelah merasakan bunyi alarm melalui indra pendengaranku.

Yak. Yang itu hanya mimpi. Kenapa bisa aku ini tertipu hanya dengan mimpi. Jelas-jelas orang itu hanya datang saat aku tertidur.

Tapi sungguh! Yang tadi terasa sangat nyata! Dan, kue tart? Dia? ulang tahun? Apa hari ini ulang tahunku? Memangnya ini tanggal berapa?

Aku segera mengecak tanggal diponselku. Masih tanggal 23 Agustus. Ulang tahunku masih sangat lama dari hari ini..

Oh tunggu, ada kejanggalan lagi selain itu. Aku mendengar beberapa orang tadi memanggilku... Lisha. Arrgh!!

Rasanya pusing setiap Dia datang ke mimpiku. Sangat ambigu. Dan rasanya saat dimimpi aku sangat mengenalnya. Bahkan hafal dengan namanya. Mengapa sekarang tidak mengenalnya sama sekali? Sama seperti biasanya. Aku hanya mengingat ciri fisiknya.

Aku ingin menanyakan hal ini ke beberapa orang yang tadi muncul dimimpiku bersamanya. Mungkin mereka mengenalnya dan bisa membantuku memecahkan teka-teki ini. Tapi, jika aku bertanya hal itu mungkin aku bisa dianggap gila oleh orang yang ku tanya. Haruskah diam? Jika hanya diam rasanya banyak kejanggalan yang perlu ku ketahui. Tidak mungkin jika aku hanya diam saja. Aku harus mencari tahunya sendiri. Tapi... apa aku bisa?

Toktoktok

Suara ketukan pintu kamarku berhasil membuyarkan pikiranku. Kuarahkan netraku ke pintu, lalu melihat knop pintu yang berputar. Kemudian muncul bundaku disana. Aku masih berada diatas ranjang dengan posisi telentang dibalut selimut. Bunda yang melihatku menggelengkan kepalanya sebanyak tiga kali sambil tersenyum. Iya, tiga kali karena tadi aku menghitungnya.

"Kalo udah bangun langsung ke kamar mandi jangan tiduran mulu gitu, Kak" ucap bunda memberi peringatan untukku.

"Eh iya bun" jawabku tersenyum sembari menyibak selimutku dan mengambil posisi duduk diatas ranjang.

"Ayo cepat ke kamar mandi. Ayah sudah nungguin dibawah" aku hanya mengangguk menuruti lalu berjalan ke kamar mandi.

🍁🍁🍁

"Ra, tau ngga?! Ntar Kakak gue bakal muncul jadi pemeran utama di drama yang rilis bulan depan!" Ujar Dira antusias saat aku baru saja duduk disebelahnya. Jam pelajaran pertama baru saja berbunyi beberapa detik yang lalu.

"Setahu gue, lo ngga punya kakak?" Ucapku sembari mengeluarkan buku paket sejarah dan tempat pensil dari dalam tas.

"Ih, kakak yang di Seoul dong Ra!" Ucapnya sambil mendengus kesal. Aku hanya ber-oh menanggapi sambil membuka materi sejarah dibuku paket yang tebalnya sekitar 5 centi. Ngga heran jika bukunya setebal itu. Namanya juga buku Sejarah.

"Ih ngeselin banget tau gak! Kan gue pingin gitu, spoiler drama yang dimainkan kakak gue ke lo, Ra" Ucapnya yang masih dapat kudengar.

"Yaudah, ngga papa lah lo ngga ladenin. Yang penting lo denger kan?" Dira kembali bersuara. Aku masih diam dan membaca dalam hati materi yang akan dipelajari hari ini.

"Ara jawab napa. Berasa ngomong sama dinding gue." Aku mendengus lalu menoleh kearahnya.

"Katanya ngga papa" ucapku.

Angkasa High School Series: AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang