19

11 5 4
                                    

🌿Alisha Damara🌿

Sinar matahari mulai menyapaku di balkon. Udara sejuk berganti menghangat. Burung berkicauan sambil menari bebas di angkasa. Pepohonan melambai riang. Seakan semuanya menyambut datangnya pagi yang cerah.

Beberapa kali aku mengambil jepretan pemandangan sunrice melalui handycam pemberian Audrey saat dia hendak kembali ke Melbourne. Audrey sangat mengetahui beberapa kesukaanku. Mulai dari mengambil gambar, menulis, membaca novel, bermain piano, membuat cake, hingga bersemayam di bawah pemandangan sunrice maupun sunset.

"Kak, ayo sarapan dulu. Ayah juga udah di bawah." Suara bunda memalingkan perhatianku dari pemandangan sunrice.

"Iya bun" ucapku, kemudian terpaksa melangkah mengikuti bunda dan meninggalkan aktivitasku tadi.

"Pagi..!" ucap ayah antusias.

"Pagi yah" jawabku, bunda dan Avisha kompak.

Selanjutnya hening, tidak ada percakapan selama sarapan dilakukan. Ini sudah menjadi kebiasaan keluarga kami. Tentu ayah yang selalu mengajari adab makan seperti ini.

Setelah semuanya selesai sarapan, aku membantu bunda mencuci piring dan peralatan dapur lainnya yang kotor. Ayah sudah melenggang ke kantor. Dan Avisha sedang berada di ruang tengah.

"Kak" panggil bunda yang sedang mengelap kitchen bar. Aku menoleh ke arah bunda.

"Iya bun"

"Kamu sudah bertemu Nata?"

Degg.

Mendengar nama tersebut, seakan tubuhku sangat sulit digerakkan seincipun.

"Kak? Kok ngelamun?"

"Eh, engga ko bun"

"Jadi gimana?"

Gimana ya, aku memang belum bertemu dengan Nata selama ini. Tapi rasanya sangat aneh jika bilang ke bunda kalau aku belum bertemu. Saat aku tanya tentang Nata ke bunda, katanya juga dia dekat denganku di sekolah. Tapi, sumpah! Aku belum pernah bertemu.

"Emm iya bun, sudah." Akhirnya aku terpaksa mengatakan ini tanpa memikirkan apa tanggapan bunda.

"Kok ragu gitu jawabnya?" Mampus. Bunda memang sangat tahu tentangku. Karena itu, aku jarang sekali berbohong kepada bunda. Setiap kali berbohong juga pasti akan ketebak oleh bunda. Tapi entah untuk kali ini. Aku juga bingung kenapa aku harus berbohong.

"Ngga ko bun, Ara sudah bertemu Nata saat ekskul musik. Ternyata Nata itu satu ekskul sama Ara bun." Alibiku dengan tertawa garing di akhir kalimat. Bunda tersenyum mendengar jawabanku yang jelas-jelas mengarang. Syukurlah bunda percaya. Aku menghela nafas lega, kemudian melanjutkan mencuci piring.

"Bagus lah. Oh ya, waktu kamu jogging kemarin Nata kesini nganter baju pesanan bunda."

"Kesini? Kok bunda ngga bilang?" Tanyaku sambil menghentikan kerjaanku.

"Lah ini bilang" ujar bunda sambil terkekeh.

"Ngga. Maksud Ara tuh, bunda kok ngga ngabarin Ara pas Nata disini?"

"Dia buru-buru katanya." Aku hanya ber-oh sembari menyelesaikan pekerjaanku.

🍁🍁🍁

Bunda menyuruhku belanja bulanan di minimarket. Alhasil saat ini aku sedang berada di sebuah minimarket di sekitar komplek rumahku. Aku juga tidak sendiri. Aku mengajak Sera. Dia yang lebih tahu semua yang ada di list belanjaan bunda. Tentu saja, dia sering disuruh ibunya untuk berbelanja. Sedangkan aku sangat jarang, bahkan akhir-akhir ini nyaris tidak pernah. Sekalinya ke minimarket palingan saat gabut dan hanya membeli susu kotak ataupun beberapa cemilan ringan. Seingatku, terakhir aku ke minimarket sekitar satu bulan yang lalu.

Angkasa High School Series: AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang