Hoseok benci ketika seseorang meninggalkannya, benci saat dirinya harus terpuruk karena kehilangan. Tidak bisakah tuhan berbaik hati kepadanya sekali saja?
Mata tupai yang selalu berbinar, kini terbuka perlahan. Setelah lebih dari 2 jam tidak sadarkan diri, pasca melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan. Proses melahirkan secara sesar, dengan penuh ketegangan, dan kesedihan yang dirasakan orang terdekatnya.
Hal pertama yang dilihat oleh mata tersebut, langit-langit ruangan yanh berwarna putih. Mengedarkan pandangannya pada sekitar, menemukan sang ibu ysng tertidur di kursi sebelah ranjangnya. Dan sahabat kekasihnya yang juga tertidur di sofa ruangan tersebut.
Kekasih, Hoseok mengingat sosok pemuda tinggi yang selalu menemaninya selama kehamilan. Tangannya mengusap perut yang sudah kembali datar.
"Ba-bayiku!?" Isakan Hoseok membangunkan sang Ibu dan juga Jimin.
"Seok, kau sudah ba-" ucapan sang ibu terpotong saat sang anak menatapnya penuh luka.
"Bayiku!!! Ibu dimana bayiku!!!" Hoseok terlihat putus asa, hati ibunya sakit melihat putra mataharinya hancur.
"Baby selamat sayang, dia laki-laki, dan sangat sehat"
Hoseok menatap berbinar sang ibu, mengucap syukur karena tuhan masih memberinya kebahagiaan.
"Apa dia bersama dengan Jungkook, bu?"
Tidak ada jawaban. Satu hal yang paling nyonya jung hindari, akhirnya tidak mampu untuk dihindari lagi. Lidahnya kelu, tidak mampu menjawab pertanyaan sang anak. Tau betul seberapa bergantungnya anak manisnya pada pemuda jeon tersebut.
"Hyung. Lebih baik kau istirahat nee?" Jimin berusaha membujuk Hoseok untuk kembali baring diranjang rumah sakitnya.
Pemuda dengan mata sabitnya, sama tidak mampunya untuk mengatakan kebenaran pada jiwa serapuh Hoseok. Dia juga sama hancurnya, sama sakitnya merasakan kehilangan. Tapi, Jimin tau sakitnya tidak sebanding dengan yang Hoseok rasakan.
"Tidak Ji, aku mau bertemu Jungkook dan baby!" Hoseok berusaha melepaskan diri dari sang ibu dan Jimin.
"Tapi hyung kau belum pulih-"
"Aku ingin melihat anak dan tunanganku Ji!!" Semakin ibunya dan Jimin menahannya, semakin besar kecurigaannya.
"Kumohon kalian jangan menahanku!!"
"Hyung-"
"Seok-"
"Lepaskan!!" Hoseok menghempaskan tangan ibunya dan Jimin. Membuat jarum infus ditangannya terlepas karena sentakan.
"Kenapa kalian melarangku!! Ini urusan pribadiku, kumohon biarkan aku pergi menemui mereka"
Nyonya jung dan Jimin meringis melihat darah yang keluar karena jarum infus yang terlepas.
"Kumohon, pertemukan aku dengan mereka" pinta Hoseok sekali lagi.
Jimin mengangguk, tersenyum dengan hati yang sakit melihat kondisi Hoseok.
"Baiklah, tapi sebelumnya aku akan memanggil perawat untuk menutup luka mu hyung- tunggu sebentar"
Jimin keluar, sedangkan nyonya jung memilih bersembunyi di kamar mandi ruang inap Hoseok. Menahan suara tangisnya agar tidak terdengar oleh putranya.
Hoseok menatap tangannya yang penuh darah.
"Kookie, luka dihatiku rasanya jauh lebih sakit dari luka yang terlihat"
Tidak lama Jimin datang dengan perawat yang juga membawa sebuah kursi roda untuk pasien. Pendarahan pada tangan Hoseok sudah ditangani, sekarang pemuda jung tersebut duduk diatas kursi roda rumah sakit.
Jimin mati-matian menahan isakannya, nyonya jung memilih menatap dikamar inap sang anak. Hatinya belum siap melihat putra semata wayangnya hancur. Tuhan punya caranya, tapi mengapa harus dengan rasa sakit tuhan berikan kepada putranya.
Jimin menghentikan dorongan pada kursi roda Hoseok disebuah jendela kaca besar ruang bayi. "baby lahir prematur hyung, itu sebabnya dia berada dalam inkubator"
Hoseok melihat buah hatinya, sosok bayi laki-laki mungil dengan pipi gembil bersemu merah. "kata dokter, bayimu sangat sehat untuk ukuran bayi prematur. sangat sempurna tanpa cacat" ucap Jimin.
Hoseok tidak berhenti mengucap syukur dalam hatinya. Seorang anak yang dulu tidak diinginkannya, telah lahir menjadi anak yang sehat dan juga tampan. Dalam hatinya berjanji, untuk menebus segala kesalahannya pada sang anak.
"Jungkook dimana, Ji?'" tanya Hoseok.
Jimin membeku ditempatnya, meremat erat pegangan pada kursi roda Hoseok.
"antarkan aku padanya, Ji. setidaknya dia harus tau, anaknya telah lahir dengan sehat" Hoseok menatap kosong kedepan. Jimin dengan langkah beratnya membawa Hoseok, ketempat Jungkook berada.
Lagi-lagi Jimin berhenti didepan pintu ruangan yang jauh dari keramaian pengunjung rumah sakit. "tolong biarkan aku melihatnya, sekali saja" Jimin kembali menurut. Meminta pada beberapa perawat jaga untuk membiarkan Hoseok masuk.
Hawa dingin menusuk menyapa Hoseok dan Jimin saat meamsuki ruangan tersebut. Sebuah lemari bangkar tempat tubuh tanpa nyawa berada dalam ruangan. Perawata jaga yang menemani mereka membuka salah satu laci besi bangkar tersebut, setelah Jimin menyebutkan nama seseorang.
Jeon Jungkook.
1 september 1997 - 20 april 2020.
Hoseok menatap lekat wajah pucat seseorang yang dicintainya.
"hai kook" tangannya dibawa naik untuk mengusap wajah tirus kekasihnya. "anak kita sudah lahir"
Jimin tidak dapat menahannya, memilih keluar meninggalkan Hoseok bersama jasad kaku sang sahabat.
"kau tau kook, saat semua perhatianmu kau berikan hanya untukku aku merasa nyaman dan luka dalam hatiku terobati karena mu" air mata itu jatuh tanpa bisa ditahan lagi.
"kenapa kau pergi? kau bilang akan bertanggung jawab, kau bilang akan menungguku untuk menetapkan hatiku"
Namjoon datang bersama dengan Yoongi dan Taehyung. Melihat Jimin yang terisak didepan kamar mayat rumah sakit. Dari luar pun mereka dapat mendengar seseorang dari dalam.
"kau tidak perlu menunggu lagi kook, hati ku sudah menetapkan pilihannya" hening sejenak.
"kau, hatiku memilih untuk menetap denganmu" Hoseok menangis sejadi-jadinya didalam. Membuat 4 orang lainnya diluar merasakan sakit yang sangat dirasakan oleh pemuda jung tersebut.
"buka matamu jeon! kau harus melihat baby, di-dia seorang anak laki-laki yang sangat tampan sepertimu" Hoseok meluapkan semua sakit yang dirasanya.
"apa kau menungguku mengatakannya-"
"baiklah, tapi ku,ohon buka matamu"
Tidak ada yang tau seperti apa skenario yang tuhan mainkan pada hambanya. Hoseok tidak mendapat jawaban dari tubuh kaku orang terkasihnya.
"a-aku mencintaimu"
"aku mencintaimu, jeon jungkook!" tangisnya benar-benar pecah pada hari itu.
Tuhan memberikan kebahagiaan lain, dengan hadirnya sosok mungil yang sangat tampan. Tapi sebagai bayarannya, Tuhan akan mengambil sesuatu yang lain kau miliki. Meski berakhir dengan cara tragis, tapi akan ada kebahagiaan yang kelak Tuhan berikan.
Jungkook mencintai Hoseok, Hoseok membalas rasa cinta yang Jungkook miliki. Mereka sama-sama saling mencintai, dan sama-sama terikat pada bayi kecil mereka.
Bayi laki-laki tampan yang diberi nama, Jung Kook.
END.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay - Kookhope -
FanfictionJeon Jungkook, tidak tau apakah ini sebuah takdir yang baik atau buruk untuknya. Andai saja, malam itu dia tidak pergi untuk makan bersama Park Jimin temannya. Andai saja, dia langsung pulang tanpa mempedulikan seorang namja manis yang mabuk sendiri...