4.

2K 256 12
                                    

masih ada yg baca buku ini?


Hoseok duduk termenung dalam kamarnya. Sudah terhitung seminggu sejak kejadian pingsannya dan Jungkook yang membawanya kerumah sakit.

Flashback.

Jungkook masih setia menunggu dokter menyelesaikan tugasnya, memeriksa Hoseok. Ada rasa khawatir yang tersirat diraut wajah Jungkook.

"Untuk beberapa waktu dia harus banyak istirahat, ini terlalu beresiko untuknya" Jungkook terdiam mendengar penjelasan Dokter, perasaannya bercampur menjadi satu.

"Ada banyak orang yang mungkin seperti dia, kau harus lebih berhati-hati. Karena ini rentan untuknya, maka jangan sampai membuatnya tertekan atau stress" Jungkook lagi-lagi hanya diam dan mengangguk pelan.

Setelah dokter yang memeriksa Hoseok pergi, Jungkook menghampiri pria manis yang sedang memandangnya tajam.

"Apa ka-"

Prang!

Pecahan kaca dari vas bunga itu terhambur percuma. Jungkook hanya menghela nafas pasrah, dia sudah menduga reaksi lelaki manis yang duduk diranjang rawat salah satu rumah sakit tersebut.

"Aku akan menggugurkannya!" ucap Hoseok penuh penekanan dan nada mutlak.

Runtuh sudah pertahanan Jungkook, mata tajamnya mengeluarkan cairan bening. Kakinya berlutut dengan tangan bersimpuh diatas pecahan kaca.

"Kumohon, biarkan dia tetap hidup." Jungkook menatap Hoseok dengan mata yang berair. "Dia tidak salah, aku yang salah" Hoseok tertegun melihat Jungkook yang seperti putus asa memohon. Hoseok memilih memalingkan wajahnya.

"Aku mohon, biarkan dia hidup. Aku akan bertanggung jawab, setelah dia lahir-" Jungkook menjeda ucapannya.

Rasanya terlalu sakit untuk mengutarakan apa yang akan dia ucapakan. Ada ketidak relaan, tapi dia tidak boleh egois. Demi sang anak yang dikandung oleh Hoseok. "Se-setelah dia lahir. Kau boleh pergi, dan aku yang akan menjaganya" Hoseok merasakan ada hantaman keras dibagian hatinya yang terdalam.

Ada sesuatu yang sulit untuk dijelaskan, tapi enggan untuk di akuinya. Dilihatnya Jungkook yang masih setia pada posisi berlutut dengan kepala yang tertunduk. Hoseok menghela nafasnya.

"Bangunlah, segera obati lukamu" Ucapnya acuh.

Jungkook menatap wajah datar Hoseok, penuh harap lelaki manis dihadapannya tidak memaksakan keinginannya.

"Aku tidak akan menggugurkannya, dan kau harus memegang ucapanmu"

Jungkook melebarkan garis lengkung diwajahnya, hatinya lega mendengar ucapan Hoseok. "Terima kasih, terima kasih kau sudah mempertahankannya"

Hoseok hanya mendelik, kembali mengalihkan pandangannya pada jendela yang menampilkan langit sore hari.

"Segera obati luka mu"

Tidak apa jika Hoseok masih memilih acuh pada Jungkook, setidaknya ada alasan untuk Jungkook berada didekat Hoseok. Janin yang nantinya akan tumbuh adalah alasan mutlaknya, janin yang suatu hari nanti akan menjadi bayi kecil mungil yang menentukan takdir hubungan antara dirinya dan Hoseok.

---

"Hoseok?" Suara lembut dari sang ibu menyadarkan Hoseok dari lamunannya. Dilihatnya sang ibu yang membawa 2 kantung besar dikedua tangannya.

Untuk masalah yang dihadapi Hoseok sekarang, ibu nya sudah mengetahuinya.

Meski awalnya nyonya jung terkejut, tapi teringat ucapan dokter yang pernah merawat Hoseok saat masih duduk dibangku junior high school. Nyonya jung sudah tau jika sang anak memiliki satu organ tambahan dalam tubuhnya, ada satu rahim yang berada dalam tubuh anaknya.

Waktu itu Hoseok terserang demam tinggi dan merasakan sakit dibagian perut yang sangat amat menyakitkan. Sayangnya nyonya jung hanya tau jika rahim itu tidak akan berfungsi, oleh sebab itu dia tidak pernah memberitahu Hoseok tentang rahim tersebut.

Dan saat mendengar penjelasan dari Jungkook beberapa hari lalu, nyonya jung sedikit terkejut. Jungkook memutuskan mengantar Hoseok pulang kerumah, dengan sedikit perdebatan.

Pemuda Busan tersebut bertemu dengan nyonya jung, menjelaskan apa yang terjadi dengan putra semata wayangnya. Dan mulai saat itu, Jungkook beberapa kali mampir membawakan cemilan dan susu ibu hamil untuk Hoseok.

Nyonya jung tidak mempermasalahkan itu, toh diliatnya Jungkook adalah pemuda baik yang mau bertanggung jawab. Nyonya jung bahkan merasa sedikit kasihan dengan Jungkook yang selalu menerima penolakan dari Hoseok.

Anaknya yang manis, Hoseok ditau nyonya jung tidak pernah bersikap acuh pada orang-orang disekitarnya. Tapi mengingat pertemuan mereka berdua didasari sebuah insiden, nyonya jung harap maklum pada sang anak.

Hoseok yang sejak tadi melamun, terlihat sedikit antusias saat melihat ibunya membawa beberapa cemilan yang dia sukai. Usia kehamilan Hoseok memasuki bulan kedua, dan itu membuat nafsu makannya naik drastis.

"Jungkook membawakannya untukmu" ucap nyonya jung. Hoseok seketika memasang wajah datar, memilih mengambil satu cemilan keripik dan memakannya,mengabaikan ucapan sang ibu.

Nyonya jung hanya menghela nafas melihat tingkah sang anak, Hoseok memang menolak keberadaan Jungkook tapi dia tidak pernah menolak apapun yang diberikan Jungkook untuknya.

Ponsel Hoseok berdering, menandakan satu notifikasi pesan.

+8221-xxx-xxxx
11.17 KST

Hai.
Ini aku, Jungkook.

Aku membelikan mu buah dan beberapa cemilan, kau bisa memakannya.
Dan jangan lupa minum susu mu, hubungi aku jika kau butuh sesuatu.

Hoseok hanya membaca pesan singkat yang ternyata dari Jungkook, mengabaikannya dan kembali fokus dengan beberapa cemilan yang Jungkook berikan.

***

halo.
disini lagi hujan, dan sedikit angin yang lumayan kencang
bagaimana didaerah kalian? tetap jaga kesehatan kalian.

Stay - Kookhope -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang