Chapter 19: Reply

8.6K 798 113
                                    

Dengan mata yang tertutup dan setengah mengantuk Sasori kecil meraba sesuatu yang lembut dan empuk membuat tangannya terasa nyaman.

Tak lama berselang ia merubah posisi tidurnya menghadap ke sisi lain hingga wajah imut dan menggemaskan nya malah menyentuh sesuatu yang sama lembut dan empuknya hingga Sasori kecil bangkit dari tidurnya lalu mengucek matanya sejenak dan membuka matanya.

Sasori kecil melihat ke kiri dan kanannya, melihat Ino, Tenten dan Ayame tidur disamping nya membuat ia menyadari bahwa ia baru saja meraba sebuah payudara.

Sasori kecil mengangkat tangannya dan melihatnya sejenak lalu melirik payudara Ino yang membusung dan nampak begitu menggoda untuk diremas tangan kecilnya.

'Tidak Sasori ingat dosa' Batinnya sambil mengelus dadanya sendiri dengan wajah polosnya.

Tiba-tiba ia merasakan aura gelap yang tak asing lagi baginya membuat ia turun dari ranjang lalu pergi menuju jendela dan melihat sebuah rombongan.

'Hyuga Hiashi' Batin Sasori kecil dengan mata yang nampak berkilat marah.

Sasori kecil berbalik melihat Ino, Tenten dan Ayame masih pulas dalam tidurnya hingga ia pun masuk kebawah kolong ranjang dan segera berubah menjadi seekor burung berwarna merah yang amat cantik.

Sasori burung pun mengepakkan sayapnya keluar melalui jendela kamarnya, ia nampak berkeliling sejenak hingga ia berhenti di kamar Mikoto lalu bertengger pada batang pohon didepan jendela kamar Mikoto.

Mikoto nampak tenang ketika seorang pria paruh baya yang diketahui bernama Hiashi memasuki kamarnya dengan wajah beratnya.

"Ibu Suri" Ucap Hiashi membuat Mikoto yang sedang meneguk tehnya akhirnya meletakan cangkir tehnya diatas meja.

"Duduklah" Ucap Mikoto dengan suara angkuhnya mempersilahkan Hiashi untuk duduk.

"Aku butuh pasukan tapi kudengar Yang Mulia tak sedang berada di istana" Ucap Hiashi membuat Mikoto tersenyum miring.

"Dia sedang bulan madu" Jelas Mikoto sambil menegakkan kepalanya begitu angkuh.

"Aku butuh pasukan, kerajaan dari timur berencana menyerang mansion ku" Ucap Hiashi namun Mikoto nampak tak peduli.

"Lalu menurutmu aku harus apa?" Tanya Mikoto dengan nada sinis merendahkan Hiashi.

"Kau Ibu Suri setidaknya kau bisa mengirim pasukan ke mansion ku" Ucap Hiashi dengan suara datar nya.

"Aku tak punya wewenang itu lagipula apa untungnya bagi ku menolong mu" Ucap Mikoto sinis membuat Hiashi geram.

"Ingatkan dirimu Ibu Suri, aku yang menyetok persediaan makanan di kerajaan mu saat peperangan dulu" Ucap Hiashi dengan suara lantang nya.

"Tapi kau lah penyebab peperangan itu, kau yang memulainya duluan! Kau menghancurkan kerajaan ku lalu bertindak seolah kau penyelamat!! Tidakkah kau tahu?! Aku kehilangan calon menantu ku Emerald karena otak licikmu!" Bentak Mikoto sambil menunjuk tajam Hiashi.

"Begitu balasan mu atas kebaikan ku?!" Tanya sinis Hiashi membuat Mikoto mendecih sinis.

"Kebaikan? Kurasa semua yang kau lakukan dulu adalah bayaran yang harus kau berikan atas peperangan itu" Ucap Mikoto sinis membuat Hiashi menatapnya tajam.

"Begini kah seorang Hyuga Hiashi yang dulu menghancurkan tujuh kerajaan besar? Dengar Hiashi, dulu aku membiarkan mu melakukan segalanya, membuat putri mu menikah dengan putra ku atas perjanjian setelah perang itu tapi sekarang? Kau pikir siapa dirimu? Kau ada dibawah kaki ku sekarang" Lanjut Mikoto remeh.

Mikoto tak pernah bisa melupakan peperangan yang terjadi beberapa tahun yang lalu itu, tepat dihari kelahiran Senju Emerald di musim dingin.

Emerald kecil kala itu begitu lemah dan hampir mati namun tujuh ratu dari kerajaan besar berinisiatif untuk memberikan kekuatan mereka pada bayi mungil itu namun ketika upacara itu selesai secara tiba-tiba sebuah penyerangan terjadi.

Peperangan pun tak terelakkan sementara Tsunade membawa putri nya untuk melarikan diri namun ia di kejar oleh pasukan Hiashi membuat ia akhirnya meletakan Emerald kecil dibawah pohon Sakura lalu kembali berjalan membiarkan pasukan Hiashi memburunya.

Dan ketika ia kembali untuk mengambil Emerald, bayi mungil berambut pirang indah itu telah menghilang dari bawah pohon Sakura.

Sementara peperangan itu memberikan kekalahan telak bagi tujuh kerajaan besar itu karena Hiashi memakan sebuah buah terlarang yang tumbuh satu juta tahun sekali membuat ia kala itu memiliki kekuatan yang begitu hebat.

Tujuh kerajaan besar itupun akhirnya harus merasakan penderitaan yang amat luar biasa dibawah kepemimpinan Hiashi hingga pria itu berniat menikahkan Hinata dengan Sasuke dan sebagai imbalan ia memberikan bahan makanan lebih untuk kerajaan Baston.

Sasuke akhirnya menikah demi rakyat namun ia tak ingin terus tunduk dibawah kekuasaan Hiashi dan akhirnya ia menyusun rencana dengan Itachi kakaknya untuk menyerang Hiashi.

Peperangan kembali terjadi dan kali ini kerajaan Baston lebih unggul dari Hiashi namun di akhir peperangan Itachi gugur dan memenangkan peperangan.

Kekuasaan Hiashi pun berakhir dan ketika ia hendak di adili, hukum kerajaan Baston tak bisa melakukan itu karena Hiashi secara tidak langsung adalah anggota kerajaan Baston yang harus di lindungi. Dan sebagai gantinya Hiashi pun diasingkan di sebuah Mansion terkutuk di hutan terlarang.

"Kau tak punya hati Ibu Suri" Ucap Hiashi ketika pria paruh baya itu pergi meninggalkan kamar Mikoto.

Sasori burung kembali mengepakkan sayapnya dan berkeliling hingga ia berhenti di jendela sebuah ruangan tepat dimana Hiashi menemui Hinata.

"Hinata kau harus meminta suami mu untuk membantu ayah!" Ucap Hiashi dengan kalimat yang terkesan memaksa.

"Ayah pikir mudah membujuk Yang Mulia? Dia tak pernah peduli pada ku, dia asik dengan jalang itu!!" Teriak Hinata membuat Hiashi geram.

"Hinata?!" Bentak Hiashi hingga Hinata melemparkan bola air dari tangan nya kearah tubuh Hiashi.

"Aku benci ayah?!" Teriak Hinata dan segera pergi dari ruangan itu hingga akhirnya ia keluar dari istana.

Sasori burung mengepakkan sayapnya mengikuti Hinata yang ternyata pergi menuju hutan disebelah barat Kerajaan Baston.

Gadis itu nampak duduk dibawah pohon ditepi sungai yang mengalir hingga suara isakan terdengar sementara Sasori burung pergi menuju semak-semak dan segera berubah menjadi dirinya yang asli.

Sasori menyentuh kepalanya yang terasa agak pusing, memang sulit berubah bentuk begitu sering namun kali ini ia punya rencana.

Sasori pergi menghampiri Hinata lalu mengusap wajah gadis itu lembut membuat gadis itu nampak tersentak kaget dan menatap Sasori yang begitu tampan dan menawan.

"Kenapa aku bisa melihat seorang wanita cantik menangis disini?" Tanya Sasori lembut sambil memberikan sebuah bunga mawar.

'Arggg... Menjijikkan, aku menyentuh kulit kasar Sadako ini tapi tak apa Sasori ini untuk dendam mu, Nenek dan Sakura' Batin Sasori.

"T-terima kasih" Ucap Hinata malu-malu dengan rona merah tipis diwajahnya ketika mengambil mawar dari Sasori.

'Ah kau memang sempurna Sasori, tak ada yang tak takluk pada pesona mu dan sekarang jatuh cinta lah pada ku Sadako lalu aku akan mematahkan hati mu sampai rasanya kau ingin mati' Batin kejam Sasori.

Eternal BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang