Orang yang sudah pergi seharusnya tidak perlu kembali. Sama halnya orang yang meninggal tidak mungkin kembali lagi.
***
Beruntungnya pagi ini bagi seluruh murid SMA Kencana. Senin pagi yang harusnya berada dilapangan untuk melaksanakan upacara bendera, tapi kali ini tidak karena mendadak ada rapat guru.
Saat jam istirahat seperti biasa tempat yang tak akan sepi di SMA Kencana, kantin. Apalagi batagor yang menjadi menu best seller di setiap harinya.
Entah kenapa Gaisa akhir-akhir ini selalu mengajak Anara dan Caca duduk di meja kepemilikan Gloues, mau tidak mau mereka makan bareng dengan keenam lelaki yang banyak di puja oleh siswi Kencana. Alasannya karena meja itu dekat jendela, jadi bisa ngadem.
"Anjir gue males kenapa coba tu anak baru harus ada di kelas gue. Jadi kan cewek-cewek suka sama dia," Zigo memberengut, sejak datang ke kantin lelaki itu tampak badmood.
"Itu tandanya lu kurang ganteng," cetus Ringgo.
"Yee lo gak tau kan orangnya, jelas gantengan gue lah!" Balas Zigo tak mau kalah.
"Jay siapa sih namanya?" tanya Zigo.
"Ji, siapa namanya?" Jay malah melempar pertanyaan Zigo kepada Aji, lelaki itu tidak bisa melempar lagi pertanyaannya karena dia adalah orang terakhir.
"Adhiz Prama," Aji dapat mengingat saat lelaki itu memperkenalkan dirinya di depan kelas.
Tiba-tiba sendok yang dipegang Anara terjatuh ke piring. Kepalanya berputar mendengar nama itu. Tidak, itu bukan dia. Anara mendongkak menatap Aji, dia ingin memastikan bahwa nama itu sama.
"Siapa?" tanya Anara pelan.
"Adhiz Prama, kenapa lo kenal, Ra?"
Anara cepat-cepat menggeleng kepalanya.
"Gue ke toilet dulu," Anara berdiri dan meninggalkan kantin. Galang menatap punggung Anara yang semakin jauh dari pandangannya.
Kaki Anara terus melangkah entah kemana, bagaimana bisa Pram yang sudah ia lupakam mati-matian kembali dan bersekolah di Kencana. Apakah ini termasuk rencana Pram untuk dekat Dengan Arana.
Jantungnya seperti berhenti saat itu juga, dia melihat penampakan lelaki berbadan jangkung dengan rambut sedikit pirang, rambutnya sudah tak gondrong lagi. Langkah kakinya berhenti berat untuk melangkah.
"Hai, Ana." Sapa lelaki itu, mata Anara memanas.
"Dari sekian banyak sekolah, kenapa harus di sini?" tanya Anara bergetar sebentar lagi suaranya akan pecah.
"Aku gak mau lepas apa yang udah aku genggam, kamu milikku, Na, dan sebaliknya." Tubuh Pram mendekat, namun Anara refleks mundur ke belakang.
"Bangun Pram, gak baik mimpi di siang bolong kayak gini. Omongan kamu buat aku jijik tau gak!" suara Anara membentak, untuk saja koridor yang menghubungkan ke perpus kosong.
"Ana, aku tau kamu kecewa, tapi setelah kamu denger penjelasan aku, kamu pasti akan tarik kata-kata kamu lagi."
Entah, Anara sudah terlajur kecewa padanya. Sekalipun penjelasannya masuk akal tidak akan membuat Anara berubah pikiran, karena hatinya sudah mati sejak itu.
"Jangan panggil gue Ana, Pram!" Anara semakin benci nama itu keluar dari mulut Pram.
"Pulang sekolah ikut aku, ya? Kamu berhak tau penjelasannya, Na." Pram memohon seperti anak kecil yang meminta permen pada mamanya.
Anara sangat ingin dengar penjelasannya, setahun Anara menunggu itu. Tapi, sekarang rasanya sudah tak berguna untuk mengetahui penjelasannya, karena rasa kecewa Anara pada Pram sangat besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]
Fiksi RemajaPulang dari Field Trip sekolah, Anara Mahdi yang terkenal sebagai gadis periang itu kini telah berubah 180 derajat, menjadi gadis pendiam dan cenderung menutup diri. Galang Damares, yang merupakan ketua Geng Gloues (pentolan SMA Kencana) dan sekali...