47 | Kesal, benci, dan Cinta

418K 26K 5K
                                    

"Tak selamanya yang saling mencintai bisa bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tak selamanya yang saling mencintai bisa bersama."

***

Langkah Anara terburu-buru saat melihat tangan Galang di perban sampai ke siku. Lelaki itu izin ke UKS pada guru karena beralasan tangannya sakit. Anara tidak tau kenapa penyebabnya, yang pasti dia khawatir sekarang.

Gadis itu langsung memasuki UKS, membuka tirai di bilik paling ujung. Di sana ada Galang yang sedang memejamkan matanya dengan tenang. Pelan-pelan gadis itu menarik kursi dan duduk di samping kasur yang di tiduri Galang.

Anara melirik tangan Galang yang berbalut perban, gadis itu menyentuhnya sehingga Galang terbangun karena sakit. Sesakit itu kah? Hanya di sentuh saja padahal.

Anara tersenyum tapi Galang langsung menatapnya dingin, jelas itu melukai Anara. "Ini kenapa, Lang?" tanya Anara menunjuk tangan Galang.

"Pergi, gue nggak mau liat muka sok polos lo, dasar penipu!" maki Galang, Anara tersenyum getir ucapan Galang yang tadi sangat menyakitinya.

"Gue cuma mau kasih tau kalo Dia sering banget nendang, Lang," Cerita Anara sambil memasang senyum palsunya, dia harus bersikap seakan tidak terjadi apa-apa.

"Terus gue peduli?"

Jleb. Sakitnya seperti di tikam oleh pisau tajam. Sebenci itu kah Galang padanya?

"Lang berapa kali lagi aku harus bilang ini anak kita, aku dan Pram nggak pernah berhubungan lebih dari pegangan tangan."

Lelaki itu mendudukan badannya, menatap ke arah Anara, bukan tatapan cinta tapi tatapan benci yang begitu dalam. "Apa gue harus percaya? Setelah lo pura-pura nggak kenal sama orang itu? Dan sekarang lo bilang nggak lebih dari pegangan tangan? Persetan dengan itu!"

Ini salah Anara, seharusnya dia cerita tentang masalalu bersama Pram. Jadi Galang tidak akan berpikir sejauh ini. Memang bodoh.

"Itu karena-"

"Karena lo mau menutupi kesalahan lo!"

"Nggak gitu, Lang," Anara menggeleng tidak setuju, Anara tak menceritakan Pram karena dia tidak mau masalalunya tergali kembali, sudah cukup lama ia kubur dan banyak orang tidak tau.

"Pergi lo gue muak liatnya," Galang membuang muka, tidak tega melihat Anara menangis. "Setelah anak lo dan Pram itu lahir gue akan selesain semua tentang kita, dari dulu itu mau lo, kan? Dan lo bisa kembali sama lelaki itu."

Anara menyangkal. "Gue nggak mau Lang, lo inget kalo lo nggak bisa hidup tanpa gue. Gue adalah dunia lo, kan?"

Galang menyeringai. "Dan gue menyesal udah ngomong kayak gitu, gue tarik lagi kata-kata itu."

Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang