"Eumm.. bagaimana denganmu Nev?"tanya Bright kepada pacarnya.
"Akuu..."
.
.
.
.
==============QUANDARY==============
»Ha-hhai...«
.
.
.
.
"Akuu... " Wanita itu terlihat sedikit gugup sambil mencuri pandangan kekasihnya dan Mae.
"Jika kau keberatan, maka aku tak akan mengambil tawaran ini."potong Bright.
"Ahh, tidak. Aku tidak keberatan. Seperti Mae, aku akan selalu mendukung apapun yang kau ingin lakukan." Nevvy menjawab cepat.
"Apa kau yakin? Kali ini aku akan beradu akting dengan seorang pria. Aku takut kau akan merasa tak nyaman." Bright meminta kepastian.
"Halo Mr. Bright, kemana saja kau selama ini. Kau sejauh ini pun sudah beradu akting dengan banyak wanita dan aku pun tak masalah dengan itu. Kenapa? Karena aku tahu kau aktor yang profesional. Lalu apa masalahnya kalau kau berakting dengan seorang pria? Bukan kah ini hal yang sama saja? Tentu itu sudah membuatku yakin untuk percaya padamu, Bright." Katanya sambil tersenyum.
"Kau yakin?"
"Aku tak punya alasan untuk tak yakin."
"Ini berarti kalian berdua mengijinkanku untuk melakukanya, bukan?" Bright meminta kepastian lagi dari kedua wanita yang duduk didepanya.
"Sudah-sudah. Anak Mae ini banyak sekali bicara. Kami sudah bilang kalau kami mendukungmu. Lagi pula kita kan sedang makan. Tak baik berbicara saat sedang makan." Sahut Mae nya Bright sambil tertawa.
Ya. Bright memang pribadi yang jarang bicara di depan orang lain. Tapi tidak jika didepan keluarga, teman dekat, dan orang orang yang dicintainya. Dia akan menjadi sangat cerewet dan manja.
"Terima kasih Mae. Dan juga terima kasih Nevvy."
"Iya." Mae dan Nevvy menjawab bersamaan. Ohh, betapa kompak dan harmonisnya hubungan ini. Saling mencintai satu sama lain, saling mendukung, saling pengertian. Tapi, akankah ini berjalan lama? Semoga.
.
Setelah makan malam selesai, Nevvy pulang kerumahnya. Tak diantar Bright karena ia membawa kendaraannya sendiri.
Bright masuk kedalam kamarnya. Kamarnya cukup luas. Berada di lantai dua. Cat berwarna abu tua menghiasi dindingnya. Kamar mandi pun juga ada didalam. Kasur berukuran king size menjadi alas tidurnya. Bisa dibilang kamarnya ini seperti kamar hotel bintang lima.
Karna Bright sudah mendapat dukungan dari kedua wanita yang dicintainya, ia pun semakin yakin untuk menerima tawaran tersebut. Tinggal satu hal yang belum ia lakukan. Membaca novel itu.
Bright mengambil novel itu dari tasnya. Duduk nyaman di kasur mahalnya lalu mulai membaca.
Awal membaca pukul 19.30. Dan waktu terus berjalan. Hingga jam sekarang menunjukan pukul 22.36. Kalau boleh jujur. Nyaman sekali ia membacanya. Tak jarang ia mengeluarkan tawa karena kisahnya yang lucu. Tak jarang ia juga mengeluarkan keringat karena beberapa adegan 'itu'.
"Huhh.. kenapa aku jadi membayangkan yang tidak-tidak." Gumamnya. Ia belum terbiasa dengan kisah cinta lelaki.
Tentu dalam waktu kurang lebih 3 jam itu ia sudah mendapat hampir 1/2 dari isi novel. Rasanya ia seperti tertarik dengan cerita '2gether' ini. Unik. Dan Bright kini mulai terbiasa dengan kisah cinta itu. Maksudnya yang di dalam novel.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUANDARY • Brightwin ✓
Fanfiction"kenapa?" tanya Bright. "Tidak. Ini tak boleh terjadi, phi." Sahut Win. Perasaan ini, Entahlah- [BAKU] 🏆1 #Thai-05/11/20 (dari 417 cerita) 🏆1 #Sarawatine-22/12/20 (dari 108 cerita) WARNING ‼️⛔ Mengandung unsur BL Dimohon : 1. Setelah membaca juga...