Sejak kejadian di kantin, Varel mendadak tidak fokus di kelas. Ia menjadi melamun dan tidak mendengarkan apa yang telah di jelaskan oleh Bu Rahmi selaku guru kimia. Karena melihat Varel yang melamun, Bu Rahmi mulai jalan dan mendekat ke Varel.
"Dan sekali lagi ibu ingatkan, ibu tidak suka orang melamun saat pelajaran saya!" ucap Bu Rahmi saat sudah berdiri di samping meja Varel.
Bu Rahmi terkenal sangat tegas. Ia tak suka ada siswa yang tidak fokus saat ia mengajar. Dan juga tidak mengerjakan tugas. Satu lagi, tidak membawa buku paket. Jadi, ketiga itu tak sengaja kalian lakukan, habis riwayat kalian.
Yulia selaku teman semeja Varel langsung menyenggol Varel. Sontak pria itu tersadar dan mendapati Bu Rahmi berdiri di sampingnya.
"Pilih saya keluarin atau keluar sendiri?" tanya Bu Rahmi.
Dua pilihan itu adalah pilihan andalan Bu Rahmi setiap menyuruh siswa keluar kelas. Hanya ada 2 kemungkinan. Kalau Bu Rahmi yang mengeluarkan, artinya jangan masuk selamanya di kelas saat ia mengajar. Yang kedua keluat sendiri, artinya minggu depan masih bisa masuk, tapi untuk hari ini tidak boleh.
Varel yang tidak banyak omong langsung berdiri dan berjalan menuju pintu kelas.
Jantungan.
Pasti, ini kali pertamanya ia diusir dari kelas. Semua itu karena Revan. Bisa-bisa ia membuat Varel kebingungan seperti ini.
Varel tak tau mau kemana, ia akhirnya menuju taman sekolah. Duduk sambil belajar sendiri menggunakan ponselnya. Ia gak tau ini hari sialnya atau apa. Yang pasti, dia seperti ini karena sifat Revan. Kenapa anak itu?
Reza baru saja keluar dari toilet. Ia jalan dan tak sengaja melihat ke taman sekolah. Matanya terus menatap sampai otaknya baru bisa mengenal bahwa itu adalah Varel. Ia mengangguk-ngangguk. Dengan cepat ia langsung berlari ke kelas.
Sampai di kelas, Reza permisi untuk masuk lalu langsung duduk di mejanya.
"Lo tau gak gue baru liat apa?" tanya Reza.
"Varel," lanjutnya.
Mata Revan yang tadinya tidak bersemangat mendengar materi fisika yang sangat ia benci itu mendadak segar. Revan benci fisika, tapi nilai fisikanya selalu tinggi. Itulah kelebihan Revan.
"Dimana?" tanya Revan.
"Di taman, sendiri, keknya dia diusir deh dari kelas."
Revan tak menjawab. Ia langsung berdiri dan membuat seluruh siswa menatap ke arahnya. Termasuk pak Ardito yang kini tengah berdiri di tengah-tengah kelas.
"Ada apa Revan?" tanya Pak Ardito.
"Sa... Saya permisi ke toilet pak."
"Yaudah silahkan."
Revan langsung keluar. Tujuan utama saat ini adalah taman.
Sampai di taman, ia melihat Varel sedang duduk membelakanginya. Anak itu sedang memegang ponsel. Ia tak tau apa yang sedang dilakukan anak itu. Yang ia tau, ia ingin menemaninya.
Kini, Revan sudah berdiri tepat di depan Varel. Varel yang tadinya fokus pada ponselnya langsung beralih ke sepatu orang yang ada di depannya. Dengan pelan tapi pasti, ia melihat sampai ke wajah orang yang berdiri di depannya.
"Re... Revan?" tanya Varel.
Tanpa menjawab, Revan langsung menjulurkan tangannya. Varel hanya menatap tangan itu, lalu kembali lagi menatap wajah Revan.
Karena respon Varel terlalu lama, ia langsung menarik tangan Revan dan mengajaknya ke suatu tempat. Mereka tidak menyadari, sudah ada paparazzi diantara mereka. Dan tunggu saja, beberapa detik atau menit lagi, pasti ada notifikasi baru dari ponsel siswa SMA Bangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Addictive [end]
RomanceRanked: #1 - gaylove [6/25/2020] #1 - homo [7/20/20] [8/12/20] Dicintai oleh orang yang kita cinta itu bahagia ya. Tapi pernah gak sih liat orang yang sama-sama gak merespon, sama-sama bodoh amat, sama-sama cuek bisa jadi sepasang kekasih? Bukan...