10 - Balpoin Hitam Milik Revan

13K 1.5K 224
                                    

Selesai makan, Varel langsung merapikan pakaiannya. Sebelum pergi, ia pamitan dulu ke Karina dan Fano-- papa Varel. Ia sudah izin ke mereka kalau Varel akan berangkat bareng temannya.

Sampai di gerbang, ia melihat Revan sudah berdiri di sana bersandar di motornya. Senyum pria itu menyebar membuat Varel tertular dan ikut tersenyum.

"Lama ya?" tanya Varel.

"Baru."

"Berangkat sekarang?" tanya Revan.

"Emang... Nunggu apa lagi?" tanya Varel kebingungan.

"Oh iya, baru sadar."

"Ha? Sa... Sadar?"

"Iya, Sadar kalau bidadara itu nyata."

Revan naik ke atas motornya lalu memberikan helm yang satu ke Varel. Varel tiba-tiba terdiam di posisinya. Seolah-olah kakinya terpaku dengan bumi dan membuat ia susah untuk melangkah. Matanya terus menatap Revan dan tatapan penuh tanya. Ia tak tau harus mengekspresikan seperti apa, yang pasti, Varel terlanjur terbawa suasana dan perasaan.

"Mau sekolah di sini?" tanya Revan. Pertanyaan itu membuat Varel tersadar dan langsung naik ke motor Revan.

Sadar kalau Varel sudah naik ke atas motor, Revan langsung menyalakannya lalu meninggalkan rumah menuju sekolah.

***

Tak terasa sehari lagi adalah puncak dari olimpiade sains nasional. Persiapan Varel, Bara dan Lia juga sudah matang. Mereka sudah mulai terlatih dengan soal-soal yang terus diberikan oleh Pak Ardito setiap kali karantina. Dan sekarang, mereka akan memperdalam kemampuan mereka. Menjawab soal sudah menjadi kegiatan mereka sehari-hari.

Pak Ardito kini memberikan arahan kepada Varel, Bara dan Lia. Karantina hari ini, pak Ardito tidak akan memberikan soal. Ia memberikan mereka waktu untuk menenangkan pikiran. Kasihan juga mereka terus menjawab soal tanpa henti.

"Olimpiade tinggal sehari lagi. Yang artinya, besok kita sudah di lokasi. Artinya waktu kita sudah tak banyak. Besok akan membuktikan SMA Bangsa bisa berjaya!"

Varel, Bara dan Lia tersenyum. Mereka saling memberikan dukungan satu sama lain. Termasuk Bara yang terus memberi semangat ke Varel.

"Ya sudah, hari ini, kalian terserah mau ngapain. Mau refreshing atau tetap mau menjawab soal terserah kalian. Besok jam 9 pagi, jangan telat. Okey See you tomorrow!"

Pak Ardito meninggalkan kelas. Bara, Lia dan Varel merapikan buku mereka lalu ikut keluar dari kelas.

Tniingg!!!

Ponsel Varel berbunyi. Ada notifikasi pesan masuk. Ia langsung mengambil dari sakunya lalu melihat siapa yang tengah mengirimnya pesan.

Yuliong: sending a pic!

Yuliong: Lo jelasin gak?!

Pesan itu dari Yulia. Ia melihat foto yang dikirim gadis itu. Dalam foto itu ada ia dan Revan sedang diparkiran dan itu tepatnya tadi pagi. Varel menghembuskan nafasnya kasar.

"Kenapa?" tanya Bara.

"Hah? Gakpapa," Varel langsung mengunci hpnya kemudian memasukkannya ke dalam saku celananya.

"Lo mau langsung balik gak?" tanya Bara.

"Gue sama Yulia nanti mau ke toko buku. Lo duluan aja."

"Oke! Duluan ya!"

"Ya! Hati-hati!"

Bara meninggalkan Varel sendiri depan kelas. Matanya terus melihat punggung Bara yang semakin lama semakin menjauh lalu menghilang. Setelah Bara menghilang, ia kembali meraih ponselnya lalu membalas pesan Yulia barusan.

Love Addictive [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang