38 - Being Selfish

7.2K 780 23
                                    

Jari jemari milik remaja 16 tahun itu telaten menuliskan rumus-rumus yang ada di otaknya. Mulutnya sembari menjelaskan tentang materi yang sedang dia ajari. Di sampingnya ada pria lain yang sejak tadi fokus memerhatikan setiap jawaban yang Varel berikan. Entah kenapa, materi fisika ini menjadi materi yang paling sulit menurutnya.

"Varel, pelan-pelan, gue udah bego fisika," protes Bara karena Varel menjelaskan materinya dengan cepat.

"Emang udah bego," jawab Varel santai.

"Gue bingung, ini kenapa jadi gini?" Bara menunjukkan satu rumus yang dia bingung datangnya dari mana.

"Ini turunan dari sini," Varel menunjukkan salah satu rumus turunan yang dia tuliskan tadi.

"Oh iya! gue paham sekarang!"

Bara seketika langsung menuliskan jawaban dari soal yang sudah mulai dia mengerti. Di sisi lain, Varel hanya diam dan terus memerhatikan pria itu menjawab soal ujian tahun lalu dengan teliti.

"Revan apa kabar, Rel?" tanya Bara di tengah-tengah kegiatan menjawab soal.

"Baik-baik aja."

"Dia masih belum ingat sama lo?"

"Belum," Varel menggeleng lesu.

"Lama banget? Lo udah uji ingatannya?"

"Udah, malah udah semua, tapi dia tetap aja gak ingat."

Bara menghela napasnya. Dia menghentikan aktifitas menulisnya. Matanya kini menatap Varel yang sedang murung saat Bara mulai membahas tentang Revan.

"Yang sabar, nanti suatu saat dia pasti ingat lo kok," Bara memegang kedua pundah Varel. Saat itu juga tangannya ditepis seseorang membuat pulpen yang ada di tangannya terhempas jauh.

Empat mata yang ada di taman itupun langsung menoleh ke arah orang yang menepis tangan Bara. Kini mereka sedang berada di taman belakang sekolah. Tempat Varel ketika sedang ingin belajar atau menenangkan diri.

"Revan?" sapa Varel terkesiap melihat kedatangan Revan di taman itu.

"Kamu ngapain?" tanya Revan sambil menatap Varel tajam.

"Ya ampun Van, santai aja kali, Varel cuma ngaj-"

"Diam! Gue gak nanya lo!" sambar Revan memotong pembicaraan Bara.

"Kamu ngapain?" tanya Revan sekali lagi.

"Aku cuma ngajarin Bara materi fisika, kenapa?"

"Kan aku udah bilang, ajarin aku aja."

"Kamu gak bilang gitu."

"Gak mau tau, pokoknya yang kamu ajarin cuma aku, gak boleh ada yang lain."

"Revan, kok kamu jadi egois gini?"

"Aku gak egois."

"Trus ini apa namanya kalau gak egois?" nada Varel mulai meningkat.

"Aku... Aku gak suka lihat kamu ngajarin orang lain."

"Emang kamu udah ingat aku siapamu?"

"H-hah?" Revan mendadak kehilangan kata-kata.

"Tuh kan! Kamu egois tau gak, Van! Kamu cuma mementingkan dirimu sendiri. Kamu gak pernah mikirin orang lain?"

"Siapa bilang aku cuma mikirin diriku sendiri? Aku juga mikirin orang lain!"

"Mana buktinya? Aku ngajarin Bara tentang fisika aja kamu protes, seolah-olah di dunia ini hanya ada kamu!"

"Aku udah bilang, aku gak suk-"

Love Addictive [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang