Aku mau cepat-cepat selesain nih cerita. Gak tau kenapa:))
Happy Reading!!!!
***
Varel kembali ke dalam kelas dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan lagi. Ia mendadak senyum-senyum sendiri. Ia telah berhasil melawan logikanya dan lebih mementingkan hatinya.
Semesta mungkin kini sedang tersenyum melihat keadaan hati Varel saat ini. Saat selama ini ia merasa terkurung dalam perasaan yang tak pernah ia jelaskan. Kini, perasaan itu berubah jadi benih cinta yang Varel tak tau harus apa nantinya. Semua itu biar waktu yang menjawab.
Melihat kedatangan Varel yang senyum-senyum tidak jelas, Yulia yang tadinya fokus pada hp nya langsung tertarik ingin mewawancarai manusia yang satu itu.
"Ehem... Ada yang senyum-senyum nih! Penasaran gue!" sindir Yulia.
Varel duduk dengan semangat. Ia menatap Yulia. Sebenarnya, ia ingin teriak, tapi, ia masih memegang teguh gelar kekalemannya.
"Gimana?" tanys Yulia.
Varel tak menjawab. Ia hanya senyum.
"Jangam senyum, jijik gue!"
"..."
Varel masih senyum. Bibirnya seakan susah untuk mengatakan apa yang terjadi di rooftop tadi. Bibirnya seperti dilem dan gak bisa bicara .
"Rel!"
"Gue gak bisa nolak!" jawab Varel sejadinya.
Braaakk!!!
Yulia memukul meja sekeras mungkin. Ia berdiri dengan semangat yang membara.
"Gue gak mau tau, bayarin gue makan sekarang!"
"Apaansih?"
"Pajak Jadian!"
Mendengar kalimat terakhir, Varel langsung menarik tangan Yulia. Ia masih takut statusnya dengan Revan terbongkar. Bisa-bisa nanti tersebar jadi lain urusannya.
"Mulut lo jaga napa?"
"Sorry, terlalu bahagia. Yuk! Bayarin makan, bakso kantin aja deh, laper nih!"
"Yaudah iya!"
Mereka pun pergi makan di kantin. Varel tak mengerti mengapa ia sebahagia ini. Setelah mengucapkan kalimat di rooftop tadi, ia mendadak semuanya terlepas sudah. Seperti tak ada lagi beban dalam dirinya.
"Aku mau jadi pacar kamu!"
Ucapan itu membuat jantung Varel mendadak stabil. Ia melihat Revan mulai membalikkan badannya. Mendekat ke arahnya hingga menyisakan sedikit jarak antara mereka.
"Aku punya perasaan itu!"
Lanjut Varel. Ia menatap mata Revan. Begitu juga Revan yang tengah tersenyum bahagia.
"Aku tau," jawab Revan.
Mereka dikuasai oleh keheningan. Mata mereka hanya saling memandang. Tak ada yang mengungkapkan sepatah katapun. Sampai Varel yang memulainya duluan.
"Van!" panggil Varel.
"Hm?"
"Aku belum pernah melakukan ini."
"Aku juga."
"Aku tak tau harus gimana nantinya."
"Aku juga."
"Kamu mau kan ajarin aku?"
"Kita belajar sama-sama."
Varel hanya tersenyum. Rasa lega sudah menghampirinya. Rooftop yanh saat ini tengah panas mendadak sejuk karena kejadian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Addictive [end]
RomanceRanked: #1 - gaylove [6/25/2020] #1 - homo [7/20/20] [8/12/20] Dicintai oleh orang yang kita cinta itu bahagia ya. Tapi pernah gak sih liat orang yang sama-sama gak merespon, sama-sama bodoh amat, sama-sama cuek bisa jadi sepasang kekasih? Bukan...