Setelah sampai di sekolah, Varel langsung menelpon papanya untuk menjemputnya. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Hanya Revan, Varel dan Reza lah yang belum pulang. Sementara siswa lain sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Mereka bertiga masih menunggu di sekolah.
"Aku anter aja, udah setengah jam papa kamu belum datang juga," ajak Revan sambil melihat jam di tangannya.
"Tapi papa udah bilang iya."
"Bilang aja gak jadi."
Tiba-tiba, hp Varel berdering. Ia langsung mengangkatnya.
"Halo pa."
"Oh gitu, yaudah, Varel sama temen aja."
"Iya."
"Dah."
Setelah panggilannya berhenti, Varel langsung menatap Revan. "Papa gak bisa jemput," ucapnya.
"Tuh kan, udah yuk."
Mereka bertiga pun langsung beranjak dari tempatnya. Revan memaksa Reza untuk menemani Varel.
Revan memakaikan helm ke kepala Varel. Kemudian Varel naik ke atas motor Revan. Mereka langsung meninggalkan area sekolah. Sebelumnya mereka juga pamitan ke satpam sekolah.
Selama di jalan, Revan masih kepikiran dengan sesuatu yang ia lihat di bus tadi. Tepatnya di hp Varel. Ada sesuatu hal yang ingin ia tanyakan tapi ia ragu. Ia ragu dengan perasaannya yang kini sudah bercampur aduk.
Di perempatan jalan mereka terjebak lampu merah. Revan menegakkan tubuhnya kemudian memegang lutut Varel. Hal yang selalu dilakukannya setiap kali terjebak lampu merah. Memegang lutut kekasihnya itu. Bukan apa-apa, cuma suka aja. Setelah lampu sudah hijau, Revan kembali menarik gasnya menuju rumah Varel.
Sampai di rumah Varel, Revan mematikan motornya lalu menunggu pria itu turun dari motornya. Varel melepaskan helmnya kemudian memberikannya ke pemiliknya.
"Varel," panggil Revan.
"Hm?"
"Ehm...," Revan ingin menanyakan sesuatu tapi mulutnya seketika susah untuk berbicara. Ia masih tak yakin dengan apa yang dia lihat.
"I love you."
Kalimat itu yang terlontar dari mulutnya. Varel hanya tersenyum dan membalasnya.
"I love you too."
Revan tersenyum mendengar balasan Varel. Walaupun perasaannya masih mengharapkan sebuah jawaban. Tapi, ia masih ingin mencari tau. Rasa penasarannya kini semakin meningkat.
"Aku pulang ya," pamit Revan.
"Iya, hati-hati."
"Mm," Revan menyalakan motornya. "Dadah!" ia melambaikan tangannya ke Varel. Pria itu pun membalasnya.
Revan menarik gasnya lalu pergi meninggalkan Varel.
***
Sesampainya di rumah, Revan langsung memarkirkan motornya lalu masuk ke rumah. Di sana ia melihat Renata yang terus berkutat pada laptopnya dan Mr.Daff yang sedang membaca koran.
Revan menghampiri mereka lalu duduk di sofa yang kosong. Keberadaannya disadari oleh Mr.Daff dan langsung menoleh ke arahnya.
"Gimana holy school nya?" tanya Mr.Daff.
"Lumayan pa."
"Tahun lalu 3 hari. Kok sekarang cuma sehari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Addictive [end]
RomanceRanked: #1 - gaylove [6/25/2020] #1 - homo [7/20/20] [8/12/20] Dicintai oleh orang yang kita cinta itu bahagia ya. Tapi pernah gak sih liat orang yang sama-sama gak merespon, sama-sama bodoh amat, sama-sama cuek bisa jadi sepasang kekasih? Bukan...