30 - Lupa

7.4K 801 18
                                    

Cahaya mentari pagi membangunkan Varel dari tidurnya. Ia langsung bergegas dari kasur menuju kamar mandi. Hari ini, dia akan menjenguk Revan di rumah sakit. Tapi nanti saat pulang sekolah.

Setelah selesai mandi dan berpakaian seragam sekolah, Varel langsung keluar dari kamarny. Ia melihat di ruang makan hanya ada mamanya.

"Papa belum pulang, ma?" tanya Varel.

"Belum."

Ia mengingat kejadian tadi malam di rumah sakit. Mungkin ini membuat papa Revan sangat terpukul. Varel mengerti itu. Ia duduk lalu memakan roti yang baru saja dihidangkan Karina.

Tak berapa lama, Fano datang dengan kondisi yang sedikit berantakan. Bisa dilihat pria itu kurang tidur. Matanya langsung melihat istri dan anaknta duduk di ruang makan.

"Kamu udah siap? Bentar papa cuci muka dulu."

"Pa, Varel naik ojek aja, gakpapa."

"Enggak! Papa anter!"

Fano langsung menuju kamar. Mengganti pakaian lalu bersiap-siap mengantar Varel. Ia akan cuti hari ini. Karena kondisinya yang kurang memungkinkan untuk kerja.

Selesai berbenah diri, Fano langsung keluar dan mengajak Varel. Kalau Fano berkata iya maka harus iya. Gak ada yang boleh membantah. Itulah mengapa Varel tak melawan saat Fano bilang dia yang akan mengantar. Artinya, ia yang harus mengantar, ma alasan apapun, Fano gak akan berubah pikiran. Itulah Fano. Pria ganteng, gagah, tinggi, berwibawa yang kini menjadi papa Varel dan suami Karina.

Di perjalanan menuju sekolah, gak ada percakapan yang mereka ciptakan. Sama seperti biasa. Fano akan banyak diam. Tapi, kalau Varel bertanya atau minta sesuatu, ia pasti akan turutin.

"Pa, kondisi Revan gimana?" tanya Varel.

Fano menoleh ke Varel. Ia memberikan senyum indahnya. "Dia baik-baik aja, mungkin dia udah siuman."

Mendengar itu Varel langsung kegirangan. Semua kekhawatirannya mendadak menghilang. Suatu kabar membahagiakan mendengar Revan baik-baik saja. Varel semakin gak sabar ingin bertemu anak itu.

***

Bel pulang sekolah berkumandang. Varel langsung membereskan buku-bukunya. Setelah itu berdiri sambil menenteng tasnya.

"Jadi jenguk Revan?" tanya Yulia.

Varel mengangguk kegirangan. Mereka langsung berjalan meninggalkan kelas. Di koridor mereka bertemu Reza.

"Za!" panggil Varel.

"Eh, istri temen gue, ada apa?"

"Lo gak jenguk Revan."

"Ini, gue mau ke rumah sakit, sama temen-temen juga."

"Kita ikut, boleh gak?"

"Gak!" wajah Varel berubah setelah mendengar jawaban Reza barusan. "Canda sayang, yakali gue gak bolehin istri jenguk suami, yuk! Anak-anak udah nunggu di parkiran."

Mereka pergi ke rumah sakit beramai-ramai. Teman sekelas Revan sangat perduli. Buktinya, mereka ramai-ramai menjenguk Revan.

-------------- Di Rumah Sakit

Reza dan teman-temannya sampai di rumah sakit. Juga Yulia dan Varel. Mereka nebeng bareng mereka. Hitung-hitung, hemat duit jajan.

Love Addictive [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang