Laundry

1.4K 181 2
                                    

Minggu pagi.

Julia berkali-kali menggelengkan kepalanya liat Jillian yang selalu menghabiskan pisang gorengnya ketika baru saja diangkat dari penggorengan.

"Mas Jill! kalau pisang gorengnya dimakan terus, yang lain gak bakal kebagian."

Jillian menghentikan tangannya yang akan memasukan lagi pisang ke mulutnya, lalu sambil nyengir dia mengembalikan satu pisang goreng yang belum sempat dia gigit.

"Hehe, iya iya lupa..." Jillian meraih gelasnya, lalu memperhatikan Julia yang masih menggoreng cemilan dari buah pisang itu.

"Lebih baik, mas nganterin baju ke laundry gih."

Belum sempat Jillian nyahut, Rosie udah muncul aja sambil nyomot pisang goreng yang di meja makan.

"Aku juga mau ke laundry mba Jul, sini nitip aku aja."

"Gak apa-apa nih?" 

"Iya..." 

Rosie ngambil alih menggoreng pisang, sementara Julia ngambil pakaian kotornya dari kamarnya.

Jimy datang, liatin Jullian yang menatap pisang goreng di meja makan.

"Kenapa mas, takut pisang gorengnya kabur ya?"

"Gue gak bisa nikmatin pisang gorengnya lagi. Padahal itu enak banget, apalagi dibuatnya dengan penuh cinta..." 

Jimy menahan tawanya, Julia muncul menenteng kresek.

"Pisang gorengnya gak dimakanin lagi kan?" Tanyanya langsung pada Jillian.

"Gak sayang, ya ampun. Noh masih banyak." Jawab Jillian sewot.

"Baguslah." Julia menghampiri Rosie.

"Gak ada celana dalam kan mba?" Tanya Rosie sambil mengambil kresek dari tangan Julia.

"Gak dong, masa celana dalam di laundry juga ntar kalau ketuker sama yang lain gimana?." Jawab Julia.

"Oke-oke."

"Ros, mau kemana?" Jimy mendekati Rosie yang mulai melangkah ke luar.

"Ke laundry."

"Gue anterin..."

Rosie hanya mengangguk.

Laundry langganan anak-anak kosan 0327 gak begitu jauh, deket minimarket didepan jalan besar, jadi masih bisa jalan kaki menuju kesana. Lagian ini masih pagi, udaranya juga masih seger buat jalan-jalan kecil. Rosie dan Jimy berjalan dengan ngobrol ringan.

"Lo tuh sahabatan sama Lisa udah lama ya Ros?"

"Dari smp." Jawab Rosie, Jimy tiba-tiba mengambil alih kantong kresek yang dipegang Rosie.

"Biar gue aja yang bawa."

Rosie cuma ngedip senang.

"Gue sama Jeka tetanggaan dari smp." ucap Jimy, padahal Rosie gak nanya juga.

"Gak bosan lo, sama dia terus?"

"Gak lah, sama aja kayak lo sama Lisa kali."

"Iya juga ya..."

"Gue gak bisa ninggalin Jeka."

"Kenapa?"

"Dia punya masalah."

Rosie terdiam tidak mau bertanya lagi tentang sahabatnya Jimy.

"Lo, suka jalan-jalan gak?" Tanya Jimy.

"Maksud lo, jalan-jalan maen gitu?"

Jimy mengangguk.

"Suka banget..." Rosie tersenyum cerah.

"Kalau gitu, mau gak jadi teman-teman jalan gue kalau gue mau main keluar? Gue bosan sama si Jeka terus mainnya."

Rosie hanya mengangguk karena mereka udah nyampe di depan pintu laundry.

...


Tukang nasi kuning lewat, langsung deh diberhentiin sama Irina yang lagi nongkrong cantik di teras sama Wenda, Joya, Sella dan Yera.

"Mas, bikin 21 bungkus ya."

Tukang nasi kuning langsung berbinar dengan pesenan Irina yang banyak. Irina beli biar sekalian buat anak-anak kosan juga sama mas satpam. Dia mah suka gitu, kalau beli makanan gak pernah buat dia sendiri pasti buat teman-temanya juga. Udah cantik baik hati lagi, Taenandra emang gak salah milih pacar.

Julia muncul dari dapur sambil membawa pisang goreng sepiring besar, Jillian mengikuti dari belakangnya. 

"Yang lain belum pada bangun apa?" Julia duduk di sebelah Sella.

"Kayaknya masih di kamarnya mba." Jawab Sella ambil nyomot pisang goreng yang diletakkan diatas meja.

Lantai atas kamarnya masih pada dikunci.

Semalam tuh, Kaino, Taenandra, Sehan, Hoobi, Namjuna, Svarga, Chando sama Baema tidur di kamarnya Jeka. Seperti yang diceritakan sebelumnya sama Jeka, mereka penasaran dengan suara-suara aneh yang didengar si cowok bungsu ini. Sambil maen ps mereka nungguin sampai jam tiga pagi. Tapi gak ada yang aneh tuh, sampai mereka lupa tujuan yang sebenarnya ke kamar Jeka. Mereka malah keasyikan main ps, berisik banget pokoknya. 

Gimana mau denger suara mba kunti, orang mba kuntinya alias Lisa gak bisa tidur gara-gara suara berisik dari kamar Jeka hehe. Sumpah Lisa pingin banget balas teriak-teriak ke kamarnya Jeka, tapi dia teriak-teriaknya sendirian nanti kalau ada yang beneran nemenin teriak gimana, kan syerem. Mau tidur di kamar Rosie, tapi udah diteleponin gak diangkat-angkat. Itu artinya Rosie gak bisa diganggu gugat karena udah berada di alam mimpinya. Mau gedor-gedor pintu kamarnya takut disemprot sama penghuni yang lain.

Dengan terpaksa Lisa baru bisa tidur jam tiga, sesudah kamar di sebelahnya gak kedengaran suara lagi. Udah pada tepar dengan berbagai posisi yang abstrak di kamarnya Jeka. 

Lisa kebangun karena lapar, perutnya udah bunyi aja kayak alarm jam wekernya. Dengan masih setengah bangun, belum cuci muka apalagi mandi, Lisa membuka pintu kamarnya dan berjalan dengan pelan. 

"Lisa."

Ada yang manggil namanya di belakang, dia pun berbalik.

Sehan yang baru keluar dari kamarnya Jeka tersenyum kecil melihat Lisa yang masih berantakan dengan rambut acak-acakan, mata yang masih belum kebuka lebar dan tangan yang garuk-garuk pipinya.

Sehan mendekati Lisa, mengangkat tangannya ke arah kepala Lisa.

Kesadaran Lisa mulai normal, ketika dengan lembut Sehan merapikan rambutnya.

"Masa keluar, acak-acakan gini. "

Mata Lisa membesar, sementara dadanya deg-degan menyadari wajah ganteng itu begitu dekat dengan wajahnya.

"Mau sekalian gue anterin ke bawah?"

"Ga...gak...gak usah. Gue bisa sendiri."

Lisa langsung memutar tubuhnya lalu berjalan dengan tergesa dengan mulut yang mengomeli dirinya sendiri. Baru sadar kalau mukanya masih acak-acakan, gimana kalau Sehan liat belek di matanya, Lisa maluuu banget.

...

"0327"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang