Malam Pertama

1.9K 171 5
                                    


Lisa masih di depan meja riasnya, menghapus make up yang bikin wajahnya gatal dan merah-merah. Dan Jeka di kamar mandi sambil nyanyi-nyanyi kesenangan karena bakal dapat sesuatu yang menyenangkan malam ini.

Lisa natap wajahnya di cermin, liatin wajahnya yang merah bukan karena alergi dari make up tapi pikirannya yang udah melayang kemana-mana mengingat malam ini ada yang harus dilakukannya. Lisa jadi pingin kabur aja, bisa gak ntar-ntar aja malam pertamanya gitu, dia tuh belum siap buat itu. Cewek ini emang galak dan gak takut sama apapun tapi kalau masalah diatas ranjang, dia kayak anak polos yang gak ngerti apa-apa. Ciuman sama Jeka juga karena dia pernah nonton film semi-semi gitu waktu sma sama Rosie.

Denger pintu kamar mandi yang dibuka bikin dia deg-degan parah, apalagi Jeka keluar hanya pake handuk sebatas pinggangnya. Damm perut roti sobeknya bikin Lisa nelen ludahnya, ditambah otot-otot lengannya bikin kepalanya tambah pusing. Dengan tergesa-gesa Lisa masuk kamar mandi bikin Jeka ngangkat alisnya heran dengan kelakuan istrinya itu. Jeka ngambil piyama tidur dari lemari lalu memakainya.

Jujur Lisa tergoda dengan tubuh setengah polos Jeka, membuat badannya sendiri terasa panas. Dia tuh hanya takut, takut sesuatu itu menyakitkan. Jadinya Lisa hanya mondar-mandir di kamar mandi mikirin hal itu, pingin cepat-cepat pagi aja rasanya.

Ngerasa Lisa terlalu lama di kamar mandi, Jeka ngetuk pintu kamar mandi.

"Sayang...kamu ngapain sih di dalam? Nanti masuk angin lho kelamaan di sana."

Pintu kebuka, memperlihatkan cengiran Lisa yang kepaksa banget.

"Udah selesai kok, abis pup aja tadi."

"Oh..."

Jeka berbaring di kasur, liatin Lisa yang pake bathrob lagi nyari-nyari baju tidurnya. Jeka ngebayangin kalau di balik bathrob itu ada lingeri yang seksi yang bakal diperlihatkan Lisa padanya sebagai kejutan di malam pertama mereka. Tapi Jeka mengerutkan alisnya ketika Lisa akan kembali ke kamar mandi dengan membawa piyama tidurnya. Dengan cepat dia menghadang Lisa biar gak jadi masuk ke kamar mandi.

Lisa kaget.

"Ihh apaan sih bikin kaget."

"Kamu mau kemana?"

"Mau pake baju tidur lah..."

"Ngapain di kamar mandi, disini aja..."

Lisa melotot seperti tersadar sesuatu, iya ya kenapa juga dia harus ganti baju di kamar mandi. Cowok yang bersamanya di kamar kan suaminya sendiri.

Jeka deketin mukanya ke wajah Lisa.

"Malu ya ganti di depan aku..."

Mata Lisa kicep, kayak ketahuan abis nyembunyiin permen colongannya.

"Kagak...ada yang ketinggalan di kamar mandi."

Jeka menarik sudut bibirnya.

"Aku bantuin gantiin ya..." lalu seenaknya aja narik tali bathrob dan ngelempar piyama yang dibawa Lisa di tangannya. Lisa cuma nganga bingung, mau kabur, kabur kemana. Mau nonjok mukanya Jeka yang nyebelin nanti dia dituduh kdrt lagi.

"Pfffh..." Jeka ketawa liat mukanya Lisa yang keliatan takut tapi bingung disaat bersamaan.

"Lo kenapa sih? Kayak gak suka deket-deket gue...biasanya juga lo nempel-nempel sama gue kalau di kamar." Sebenarnya Jeka tahu banget kalau Lisa nih lagi berusaha buat ngehindar dari malam pertamanya. Lisa malu buat ngaku kalau ini yang pertama buat dia, jadi dia malah uring-uringan sendiri. 

Lisa nahan dadanya Jeka dengan tangannya, ngejauhin mukanya yang kayak mau nyosor bibirnya.

"Gue pusing...ya gue pusing..."

Lisa berhasil lepas dari Jeka lalu berjalan ke arah meja rias dengan bathrobnya yang terbuka memperlihatkan bra dan cd hitamnya.

Jeka cuma senyum-senyum ngeliat Lisa yang salah tingkah.

"Kalau pusing rebahan aja di kasur, atau mau gue pijitin." Jeka menyentuh bahu Lisa dan memijitnya pelan.

Lisa bergidik dengan sentuhan tangan Jeka yang naik ke lehernya. Dia ngerti Jeka pasti udah pingin bawa Lisa ke ranjang, tapi Lisa perlu ngulur-ngulur waktu dulu.

"Gak apa-apa kok nanti juga baikan kalau udah minum teh anget."

Jeka nyium pucuk kepala Lisa.

"Aku buatin ya..."

"Gak usah gak usah...biar gue aja."

"Kamu kan lagi pusing...nanti kalau jatuh ditangga gimana?"

Jeka melangkah keluar kamar menuju dapur, dan Lisa hanya membuang napas bingung.

Ketika Jeka kembali ke kamar, Lisa lagi duduk di pinggiran kasur.

"Minum ya." Jeka nyerahin teh anget ke tangannya Lisa.

"Makasih..."

Teh anget itu mulai membasahi tenggorokan Lisa, entah kenapa Lisa seperti merasa lebih tenang dan tubuhnya rileks aja gitu.

"Kalau lo belum siap, gue gak apa-apa kok. Gak masalah buat gue, gue gak pingin lo kepaksa ngelakuinnya karena ini malam pertama kita..." 

Lisa mengangkat wajahnya yang masih menikmati teh di tangannya.

"Bukan...bukan gitu. Gue..."

Jeka gemes banget sama muka manis di depannya, tangannya udah nyubit-nyubit aja tuh pipi gembil.

"Lucu banget sih istri gue, di luar aja kayak preman. Masa malam pertama aja takut..."

Lisa kepancing dong, dia melototin Jeka.

"En...enak aja, siapa yang takut..." padahal dadanya udah berdebar-debar gak karuan tuh.

Jeka ngangkat alisnya dengan senyum senang, dia ambil mug dari tangan Lisa lalu meletakkannya di nakas. Dia natap wajah Lisa yang masih dengan muka galaknya yang sedikit bingung.

"Buktiin dong..."

Mata Lisa membola ketika tengkuk Lisa ditarik Jeka, kedua bibir itu bertemu. Jeka memberikan ketenangan dengan menciumnya lembut, sehingga Lisa membalasnya. Dia membaringkan Lisa di ranjang.

Lisa melepas tautan bibir mereka, matanya menatap sayu Jeka.

"Pelan-pelan ya..." .

Jeka tersenyum.

"Iya..."

Dan, kegiatan malam pertama mereka disponsori oleh ke bar-baran Lisa yang kembali datang.

"Lo salah masuk Jeka!" teriaknya, merasakan sesuatu yang salah arah.

"Bentar-bentar..."

"Ke bawah dikit...gak gak ke atas lagi...lo tau gak sih cara masuknya gimana?"

Jeka melongo denger Lisa yang ngamuk-ngamuk, bukan ngamuk-ngamuk sih sebenarnya tapi pelampiasan dari rasa gugup dan takut yang dirasain Lisa. Jeka mencoba untuk membuatnya nyaman dengan bergerak pelan.

Dan ketika sesuatu seperti menusuknya dengan sakit, Lisa jambak rambut Jeka.

"Sakit bego!"

"Sori...sori...pelan-pelan kok...ini pelan."

Jeka panik sendiri lalu ngelus-ngelus kepalanya Lisa sambil nyiumin wajahnya Lisa. Tangan Lisa mendekap erat lehernya, ketika Lisa mulai tenang karena rasa sakit yang perlahan menghilang. Dia melonggarkan tangannya dan menatap Jeka dengan napas yang naik turun.

Jeka benar-benar memberikan sinyal-sinyal perasaan sayangnya pada Lisa dengan gerakan dan sentuhan-sentuhan lembut yang membuat Lisa merasa nyaman dan bisa menikmati permainan mereka. Hingga keduanya pun mendapat pelampiasan gairah pertama kali dengan sangat indah.

Lisa menghela napas lelah memandangi wajah yang masih terengah-engah di atasnya itu. Dengan tersenyum dia kemudian mengecup bibir Jeka dan mengusap peluh yang menghiasi pelipis suami gantengnya itu. Setelah menyerahkan segalanya pada Jeka, Lisa merasa makin mengerti bahwa dia semakin mencintai cowok itu. Semakin damai berada dalam pelukannya dan ingin selalu dekat selamanya.

...

"0327"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang