The Club

1.6K 194 17
                                    

Lisa gak sengaja denger pembicaraan Jeka sama seseorang di balkon. Tadinya dia mau ke bawah, sebelum ke tangga dia kan lewat dulu balkon sebelah kamarnya. Lisa menghentikan langkahnya, dia gak nguping cuma penasaran aja dengan sikap Jeka yang beda dari biasanya.

"Bapak nyuruh saya untuk mengantar mobil den Jeka ke sini." Seorang laki-laki yang cukup berumur itu meletakkan kunci mobil di meja.

"Gue gak butuh." Sahut Jeka dengan wajah datar, ngelirik sekilas benda di atas meja.

"Saya hanya menyampaikan pesan bapak saja, mohon diterima ya den. Nanti saya yang kena marah kalau den Jeka nolak." Laki-laki itu menatap Jeka dengan wajah berharap.

Jeka menghela napas, gak tega juga liat pak Rahmat yang jauh-jauh nganterin mobilnya dari Jakarta. Dia sebenarnya gak butuh mobil pemberian papa nya, dia lebih baik naik bis atau taksi atau dibonceng Jimy kalau mau kemana-mana.

"Apa papa sama mama belum pulang?" 

"Belum den, bapak masih di Surabaya, ibu masih di Bandung..."

Jeka memandang lurus ke depan.

"Ya udah, pak Rahmat istirahat aja dulu. Nanti malem saya anterin ke bandara ya?"

"Gak usah den, saya langsung pulang sore ini juga. Biar besok bisa langsung jemput bapak pulang di bandara."

"Saya anterin ya pa, jangan nolak!" Tegas Jeka.

Pak Rahmat mengangguk pelan.

Jeka mengambil kunci mobilnya. Lalu berdiri diikuti pa Rahmat keluar dari balkon.

Sebelum mereka keluar balkon, Lisa udah duluan kabur ke tangga. Banyak pertanyaan kan jadinya di kepala Lisa ngeliat Jeka yang berubah tegas seperti tadi. Biasanya kan kayak bocah, gangguin dia melulu.

...


Lisa datang ke ke kamarnya Jenata, Rosie udah ada disana lagi kutekan sama pemilik kamar.

"Ribet banget, cuma ke club doang emang harus kutekan dulu gitu?" Lisa melirik kuku kaki dan tangan Rosie yang berwarna pink.

"Kalau datang ke club tuh harus cetar membahana, biar gak kalah sama yang lain." Sahut Rosie lalu liatin kuku tangannya.

"Ogah banget gue jadi pusat perhatian."  Lisa ngeliat koleksi dvd Jenata di rak.

"Terus lo mau ke club dengan baju kayak gitu?" Jenata memandang Lisa dari atas sampai bawah.

"Emang kenapa? Yang penting gue pake baju daripada make baju kurang bahan." Lisa ngambil satu dvd film action.

"Terserah lo deh, mau make baju seragam tentara juga suka-suka lo aja!" Rosie hanya mendengus.

Lisa terkekeh melihat dua cewek yang lagi sibuk persiapan buat ke club nanti malam. Dua temannya itu kayaknya nyerah nyuruh Lisa buat dandan dikit atau setidaknya make baju yang sesuai jenis kelaminnya untuk pergi ke tempat hiburan itu.

Jangan harap Lisa mau dengerin mereka. Dia mah paling anti pake rok atau dres seksi yang biasa Rosie pake. Dia gak mau jadi bahan omongan cowok-cowok genit yang melihatnya, risih aja gitu.

Yang mau ikut ke club Jenata, Kaino, Rosie, Lisa, Yera, Joya, Sella, Wenda, Jimy, Jeka, Namjuna,  dan Hoobi. Sisanya gak tahu mau pada kemana malam minggu ini.



Tiba di club yang berada di jalan Magelang, mereka segera masuk langsung disambut dengan suara dentuman musik yang memekakan telinga.

Mereka duduk di meja deket bar, pandangan mereka tertuju pada dj yang lagi beraksi di atas panggung. Mereka seperti mengenali dj yang lagi mainin tombol-tombol di perangkat di depannya itu.

"Mas Svarga!" Wenda teriak histeris.

"Wah itu beneran Svarga?" Hoobi menyipitkan matanya melihat ke arah depan.

"Beneran mas Hoobi, itu mas Svarga." Sella membenarkan.

"Wah mas Svarga keren." Jimy mengacungkan jempolnya.

Ekspresi kagum sekaligus heran terlihat di wajah-wajah mereka. Svarga emang pinter menyembunyikan keahliannya dalam menggarap musik. Cowok savage dan lebih suka menyendiri itu ternyata punya bakat keren seperti ini.

"Ayo kita ke sana, udah gatel ni pingin goyang." Rosie narik tangan Joya sama Yera.

Lisa membuang napas malas ngeliat Rosie, Sella, Joya, Wenda, Hoobi, Jimy dan Namjuna yang langsung ke tengah dance floor.

Yang tertinggal di meja hanya Kaino, Jenata, Lisa dan Jeka. Kaino lagi asik ngobrol sama Jenata, Lisa ngelirik Jeka yang banyak diam sejak sore tadi.

"Gue denger lo ngobrol di balkon tadi sore."

Jeka menoleh pada Lisa, tersenyum tipis yang membuat Lisa sedetik terpana. Baru kali ini dia melihat tuh bibir senyum manis kayak gitu. 

"Lo denger apaan?"

"Soal mobil sih, gue jadi ada tebengan nih kalau ke kampus..." Lisa senyum-senyum sendiri.

"Boleh, tapi gak gratis ya mba."

Lisa mengangkat kedua alisnya, kayaknya Jeka udah kembali ke habitat aslinya deh.

"Dih, sama temen sendiri perhitungan."

"Lo udah nganggap gue temen lo sa?" Jeka mendekat ke arah Lisa dengan muka sumringah.

Mulut Lisa terkunci, gugup diliatin Jeka deket kayak gini.

"Ga gak jadi deh..." Lisa memalingkan mukanya ke arah lain. Sialan si Jeka, bikin pipi Lisa berwarna pink kayak kuteknya Rosie.

"Dasar cewek jadi-jadian lo."

Lisa berbalik, matanya melotot gak terima.

"Apa lo bilang? mau gue buktiin kalau gue cewek tulen." Lisa melepas kupluk yang tidak pernah lepas dari kepalanya itu.

"Lo mau buktiin kalau lo cewek, yuk ke kamar yuk." Jeka pasang senyum nakal.

Takk

Lisa menyentil dahi Jeka, membuat cowok itu meringis sambil ngusap-ngusap dahinya.

"Gue bercanda kali Sa, ya ampun."

Lisa jadi kesel lagi kan sama Jeka, dengan cemberut dia melihat ke arah anak-anak yang lagi menikmati musik dengan jingkrak-jingkrak. Matanya menatap tajam ketika seorang cowok mendekati Rosie lalu dengan kurang ajarnya menyentuh paha Rosie yang terbuka.

Dengan geram, Lisa berdiri menghampiri lantai dansa sambil memakai kembali kupluknya.

"Hei bangsat, nyari kesempatan lo."

Lisa menarik tangan si cowok dengan kasar, gak terima dengan perlakuan Lisa. Si cowok malah memukul mukanya Lisa. 

Lantai dansa jadi ricuh, Rosie kaget ngeliat Lisa yang ambruk di lantai.

Tiba-tiba ada yang memukul balik ci cowok.

"Bajingan beraninya lo sama cewek." 

Si cowok mengusap-ngusap pipinya yang sakit terkena pukulan Jeka.

"Gue gak tau kalau dia cewek, bangsat!" Ci cowok mau membalas Jeka tapi Jimy, Hoobi dan Namjuna udah berdiri di depan Jeka. Dia akhirnya pergi dengan muka tegang dengan pipinya yang memar.

Rosie nangis dengan kepala Lisa di pahanya, Lisa pingsan mungkin pukulan si cowok pas kena rahangnya.

Jeka langsung mengambil alih dengan menggendong Lisa, membawanya keluar dari tempat itu.

...


"0327"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang