3. I Need You

6.3K 611 14
                                    

Prasetio. Seorang pengusaha berusia 39 tahun. Pria pekerja keras yang tidak pernah mengeluh, tidak pernah mengenal lelah. Terbukti, meskipun bukan berasal dari keluarga kaya, dia sekarang telah menjelma menjadi keluarga terkaya di lingkungan tempat tinggalnya. Saat ini, ia sudah memiliki istri bernama Suci, wanita berusia 34 tahun, yang sudah dinikahinya sejak 14 tahun lalu. Mereka sudah dikaruniai dua orang anak. Si sulung, Anis yang berusia 13 tahun, dan si bungsu Ikbal yang kini sudah 10 tahun.

Rumah tangga mereka baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun terjadi keributan. Pras memang orang yang tidak mudah meributkan sesuatu. Begitu juga dengan Suci, wanita itu justru terbilang wanita pendiam. Wanita yang tidak pernah protes apa pun kepada sang suami. Meskipun waktu yang Pras miliki lebih banyak diberikan untuk pekerjaan, Suci tetap menerimanya.

Kesepian memang sering Suci rasakan. Namun, ia lebih memilih diam dan fokus membesarkan dan menemani anak-anaknya.

Dalam hubungan sex pun demikian. Mereka bisa satu minggu, bahkan satu bulan sekali melakukannya. Itu pun Pras tidak pernah menunggu Suci mendapat pelepasan. Karena rasa lelah yang dirasakan, Pras memang tidak lagi prima untuk urusan ranjang. Lagi-lagi, Suci tak mampu protes.

Malah, ia kini lupa bagaimana rasanya hubungan suami-istri yang sebenarnya. Asalkan Pras sudah mendapat kepuasan, lalu tidur terlelap, gugurlah kewajibannya.

Perusahaan Pras adalah perusahaan kontraktor. Ia memiliki banyak karyawan, salah satunya adalah Satya. Satya sudah lima tahun bekerja di kantor Pras, dan sudah menjadi orang kepercayaan bosnya tersebut.

Setelah lulus kuliah, Satya mendaftar kerja di kantor Pras, dan langsung diterima. Pras sangat menyukai kinerja pria berusia 27 tahun itu. Selain menyukai cara kerja, Pras juga menyukai kepribadian Satya. Apalagi semenjak Satya merangkap menjadi sopir Pras. Ya, saat Pras mengatakan membutuhkan sopir enam bulan lalu, Satya mengajukan diri. Karena Pras memang hanya membutuhkan sopir untuk mengantarnya ke kantor dan mengantar pulang. Kondisi kesehatan Pras yang memang menurun, membuatnya malas untuk menyetir.

“Bagaimana keadaan istrimu, Sat?” tanya Pras saat sedang dalam perjalanan pulang dari kantor.

“Alhamdulillah baik-baik saja. Sehat, Pak.”

“Syukurlah. Apa belum ada tanda-tanda hamil?”

“Belum. Kami udah periksa, kok, Pak. Kata Dokter, baik-baik saja. Mungkin, Tuhan memang masih ingin kami pacaran dulu.”

Tawa Pras terdengar renyah. Pria beranak dua itu memang lebih sering melepas tawa saat bersama Satya. “Betul. Nikmati saja. Nanti kalau sudah sepertiku, fokusmu hanya pekerjaan agar bisa menabung untuk biaya anak juga istrimu. Mana bisa bermesraan sementara pikiran tertuju pada pekerjaan yang menumpuk.”

“Iya, Pak.” Meskipun bibir mengiyakan, dalam hati Satya berdoa, semoga kelak jika sudah memiliki anak pun, Satya masih bisa membagi waktunya antara pekerjaan, juga orang-orang yang dicintainya.

Jujur, Satya juga merasa iba pada istri dan anak-anak sang bos. Untuk uang mereka memang tidak kekurangan. Namun, untuk perhatian dan kasih sayang mereka sangat sedikit mendapatkannya.

Sampai di rumah megah Pras, Satya menukar mobil dengan sepeda motornya. Kemudian, ia pamit pulang. Rasa rindu kepada sang istri rasanya sudah membuncah.

***

Seperti biasa, selesai membersihkan diri, Pras masuk ke ruang kerjanya. Suci membawa secangkir kopi ke ruangan tersebut.

“Mas ... apa Mas lembur malam ini?”

“Ya, Sayang ... seperti biasa. Ada daftar belanja yang harus aku cek.”

Suci meletakkan kopi di meja. Ia duduk di sofa, memandangi seluruh isi kamar. Buku dan map-map tertata rapi di rak. Ya, sangat miris rasanya. Dia harus kalah dari kertas-kertas yang tidak bernyawa itu.

“Mas ... ada film keluarga bagus di bioskop. Aku ingin nonton.”

“Nonton saja. Ajak anak-anak.” Mata Pras masih fokus ke layar laptop.

“Sepertinya akan mengasyikan kalau Mas sekali-sekali ikut.”

Pras terkekeh. “Sayang ... kamu tahu sendiri, kan, sudah dari jaman pacaran aku anti sama yang namanya nonton.”

Sudah Suci duga, Pras akan menjawab demikian. Entah kapan Pras akan sadar jika istri dan putra-putrinya juga berharap bisa menghabiskan waktu bersama. Mereka bukan hanya butuh uang. Tapi juga butuh peerhatian.

***

Tbc.
📝27.04.20

Beningnya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang