14. Please, Don't Do That

4.4K 646 74
                                    

"Apa kamu mau menjadikanku suami yang kejam? Dengan membiarkanmu sendiri di saat kamu sakit?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kamu mau menjadikanku suami yang kejam? Dengan membiarkanmu sendiri di saat kamu sakit?"

Bening diam.

"Kalau kamu merasa ini berat, aku akan mengakhiri semuanya. Tapi tentu saja, kamu yang akan aku bawa bersamaku."

Bening menatap Satya, ada apa dengan suaminya?

"Jangan, Mas ... jangan lakukan itu."

"Kenapa?"

"Kita pernah tumbuh tanpa kasih sayang orang tua. Kita tumbuh hanya dengan kasih sayang Bu Sari, mana mungkin aku tega membiarkan hal itu terjadi dengan anak lain, sementara aku tahu, mereka begitu berharap sama kamu, Mas?"

"Tapi bukan berarti kamu harus mengobarkan perasaan kamu, sedikit-sedikit nggak enak, sedikit-sedikit merasa bersalah, meskipun aku menikah lagi, hak kamu masih sama. Kamu tahu, sikap kamu justru membuatku merasa sudah menyakiti kamu." Kali ini Satya merasa sedikit kesal. Dia tidak marah kepada Bening, hany saja mengapa istrinya itu terlalu baik?

"Maaf, kalau sikapku buat Mas jadi merasa begitu." Bening menunduk. Baru kali ini ia melihat wajah Satya yang tidak bersahabat padanya.

"Maaf ... aku tidak bermaksud marahin kamu."

"Udah siang, Mas. Lebih baik Mas tengok Mbak Suci lebih dulu. Aku takut, dia merasa Mas nggak adil."

"Ck. Aku tidak akan ke sana sampai kamu benar-benar sembuh."

"Tapi, Mas...."

"Tidurlah lagi. Aku cuci muka dulu."

Satya turun dari ranjang, mengenakan bajunya kembali. Kemudian masuk ke kamar mandi.

***

Setelah mencuci muka, Satya keluar dari kamar. Is berniat untuk membuat teh. Namun, ia memdengar pintu diketuk.

"Ya ... sebentar."

Begitu pintu dibuka, ada Suci berdiri di depan pintu.

"A, gimana keadaan Bening?"

"Masih sedikit demam. Maaf, ya ... semalam aku tidak sempat mengabari."

"Nggak apa-apa."

Mereka masuk ke rumah, kemudian duduk di sofa ruang tamu. Suci meletakkan box yang dibawanya ke meja.

"Aku bawa makanan. Kalian pasti belum sarapan. Apa Bening udah bangun?"

"Tadi, sih, udah."

"Kalau gitu, ajak dia sarapan. Apa Mas Satya udah minum teh?"

Satya nyengir. "Belum. Baru aja tadi mau bikin pas kamu ke sini."

"Oke ... aku buatkan dulu. Mas panggil Bening sana."

"Oke." Satya berdiri.

Ia berjalan ke kamar. Takut Suci tersinggung, pria itu membiarkan pintu tetap terbuka. Ia lupa kalau Bening belum mengenakan pakaiannya.

Beningnya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang