Bening pindah ke paviliun. Orang suruhan Suci yang menjemputnya. Karena Satya harus ke kantor. Jujur saja, Bening merasa risi harus berhadapan dengan dua orang pria yang tidak dikenal, tanpa kehadiran Satya. Namun, mulai sekarang ia memang harus membiasakan diri.
Kedua pria itu membantu Bening memasukkan barang-barang yang memang tidak banyak. Ada dua mobil yang parkir di depan kontrakan Bening. Satu mobil untuk membawa Bening, dan satunya sebuah mobil pick up untuk membawa barang-barang.
Setelah kontrakan kosong dari barang-barang Bening, mereka meninggalkan tempat itu. Tidak ada pembicaraan yang terjadi antara Bening dan pria yang sedang menyetir mobil yang membawanya. Wanita itu sudah terbiasa menjaga jarak.
Sesampainya di depan rumah Suci, Suci sudah menunggu kakak madunya di teras. Begitu mobil berhenti, wanita itu segera menghampiri.
"Akhirnya sampai juga," ucap Suci.
"Iya, Mbak. Tadi harus memasukkan barang-barang dulu ke mobil."
"Mas, tolong masukin semua barang-barang ke paviliun, ya ... pintu udah aku buka tadi." Suci meminta tolong pada kedua orang yang menjemput Bening.
"Iya, Bu."
"Aku seneng akhirnya kamu pindah ke sini. Kita jadi deket."
"Iya, Mbak."
"Ya ... meskipun sejujurnya aku lebih seneng lagi kalau kita bisa serumah."
Bening tersenyum. Ia senang istri kedua suaminya orang baik, bukan seperti yang ada sinetron. Semoga saja selamanya seperti ini.
***
Bening sedang membereskan barang-barangnya. Meletakkan ke tempatnya. Ternyata Suci sudah melengkapi paviliun dengan semua perabot yang dibutuhkan. Bening menata boneka-boneka di lemari kecil di kamar. Ya, ia hanya ingin menyimpan kenangan-kenangan manisnya bersama Satya hanya di ruang pribadinya.
Selengkung senyum terbit di bibirnya saat ia membuka kotak kecil yang berisi segala macam pernak-pernik, termasuk fotonya bersama Satya.
Begitu indah. Tidak pernah sekali pun Satya memberinya luka, tidak pernah sekali pun Satya menjadi penyebab air mata kesedihannya.
"Ganteng banget, ya, yang di foto itu." Suara berbisik menyapa telinga Bening, bersamaan dengan sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya.
Bening tersenyum, kemudian menggeleng. "Enggak, ah, jelek."
Alis Satya berkerut. Dipandanginya foto yang berada di tangan sang istri.
"Jelek, ya? Masa, sih, begini jelek," protesnya.Wanita yang kini menggunakan sweater rajut dan celana training itu meletakkan kotak yang dipegangnya ke meja. Lalu membalik badan dan memandangi wajah suaminya, berpura-pura mengamati. Namun, ia menemukan sesuatu yang baru pada suaminya. Sesuatu yang luput dari pengamatannya. Ya, suaminya kini bertambah chubby. Tangan wanita itu terulur mengusap pipi Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beningnya Cinta
RomanceCintaku padanya sebuah ketululusan. Bukan cinta yang mengekang, atau cinta yang penuh dengan keegoisan. Aku orang yang lebih bahagia saat dia bahagia. Pun saat dia bersedih. Aku orang yang paling merasakan kesedihannya. Tuhan ... jaga dia untukku...