18. She is Pregnant

5.4K 778 316
                                    

Sebelum memulai baca part 18, siapkan hati, siapkan pikiran, siapkan jempol.
Siapkan hati, jangan sampai baper melewati batas.
Siapkan pikiran, ingat! INI HANYA FIKSI!!!
Siapkan jempol, hati-hati, jempolmu harimaumu, jangan sampai kebaperan tanpa logika, membuat jempolmu menanggung dosa.
Komentari saja karakter fiksi buatanku, jangan komentari suka dan hobiku.
Pembaca kemarin sudah aku blokir. Yang nggak sanggup membaca cerita ini, bisa langsung tinggalkan. NGGAK USAH PAMIT! Aku nggak bakal nyariin yang pergi tanpa pamit.
Yang nanyain lagu di video part 17, judulnya lupa. Tapi itu salah satu ost. drakor Princess Hours.

***

Satya pulang dari kantor. Hari ini jadwalnya dengan Bening, tetapi seperti biasa ia harus menemui anak-anak dulu. Bukan keinginan Satya sebenarnya. Pernah saat itu ia langsung menemui Bening, tetapi Bening justru memintanya untuk menemani Anis dan Ikbal lebih dulu. Dan meminta Satya agar datang setelah anak-anak itu selesai belajar.

Begitu turun dari mobil, ia segera masuk rumah. Seperti biasa, Suci sudah menyambutnya di ruang tamu. Pasangan suami-istri itu saling mendekat, memeluk, kemudian Satya mencium kening istri keduanya.

"Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Satya.

"Sangat baik. Aa?"

"Aku juga baik."

"Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan."

"Apa itu?"

Tidak menjawab, Suci menuntun Satya ke kamar. Di dalam kamar, Satya diminta untuk duduk di ranjang. Sementara Suci masuk ke kamar mandi. Diambilnya benda yang ingin ditunjukkan kepada sang suami.

Keluar dari kamar mandi, Suci memberikan benda yang sudah ia bungkus dengan kotak kado kecil.

"Apa ini?" tanya Satya.

"Buka saja."

Satya membuka penutup kotak. Setelah kotak terbuka, tampaklah benda pipih memanjang yang memiliki dua garis berwarna merah di dalamnya. Benda yang sebenarnya ia tahu apa itu. Namun, ia tidak ingin menduga-duga.

"Apa ini?"

"Apa Aa benar-benar tidak tahu? Atau, Aa hanya berpura-pura?"

"Aku tahu benda apa ini. Tapi, aku tidak ingin terlalu berharap. Berkali-kali, aku kecewa."

Suci tersenyum. Ia juga duduk di ranjang, di sebelah suaminya. Diraih tangan Satya, lalu ia tempelkan di perut yang tertutup gaun.

"A ... kali ini, Aa tidak akan kecewa. Di sini, ada calon buah hati kita. Hanya dengan hitungan bulan, kamu akan jadi ayah untuk anak kandungmu sendiri."

Satya tercengang. Ia mencoba mencerna ucapan istrinya. "Kamu ... kamu?"

"Iya, A ... aku hamil."

"Benarkah?"

Suci mengangguk, meyakinkan Satya. Pria itu langsung turun dari ranjang, lalu bersujud mengucap syukur. Ia bahagia. Sangat bahagia. Akhirnya apa yang selama ini ia harapkan, bisa terwujud. Air mata bahagia mengalir di pipinya. Setelah itu ia bangun. Mensejajarkan diri dangan sang istri yang masih duduk di tepi ranjang.

"Terima kasih, Sayang ... terima kasih," ucap Satya sambil menggenggam tangan Suci kemudian diciumnya.

"Apa Aa bahagia?"

"Sangat. Sangat bahagia. Sudah lama aku merindukan tangisan bayi. Sudah lama aku ingin menggendongnya setiap dia akan tidur. Dan sekarang, dia ada dalam rahimmu. Sudah berapa bulan?"

Suci tersenyum. "Tentu saja belum tahu. Kita harus periksa dulu, baru tahu berapa usianya. Maukah Aa menemaniku?"

"Tentu. Tentu saja."

Beningnya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang