10. My Best Husband

5.4K 630 41
                                    

Cerita ini ada di YouTube, ya, Teman-teman...
Yang mau menonton, boleh banget langsung ke akun YouTube Rini Ka. Bantu subscribe, ya... 😀❤


"Paman, bisa kita bicara?" tanya Suci begitu paman Pras datang. Pria itu memang selalu rutin mengunjungi rumah keponakannya sejak dulu.

"Ya, tentu saja. Apa yang ingin kamu bicarakan?"

Suci mengajak satu-satunya keluarga Pras itu ke ruang keluarga. Kemudian, duduk di sofa.

"Aku mengajak Bening untuk tinggal bersama di rumah ini. Tapi, dia menolak. Aku menawarkan untuk tinggal di paviliun, dan dia mau."

"Lalu?"

"Apa Paman bisa mencarikan tukang untuk merapikan paviliun? Meskipun kecil, setidaknya dia merasa nyaman."

"Ide yang bagus. Tentu saja. Nanti Paman akan mencarikan."

"Terima kasih, Paman."

"Bagaimana hubunganmu dengan Satya?"

Suci tersenyum. Pipinya merona. Ingatan membawanya ke kejadian semalam.

Senyum Suci menular. Paman Pras ikut tersenyum. "Baguslah, kalau kamu sudah bisa menerimanya. Dia pria baik. Setidaknya, kalian bisa mendapatkan apa yang tidak kalian dapatkan dari Pras." Paman Pras sangat menyadari, mendiang keponakannya memang kurang luwes kepada keluarganya.

"Iya, Paman. Entah kenapa Mas Pras menginginkan ini semua."

"Dia ingin kalian bahagia. Itu saja. Paman hanya bisa mendoakan, semoga kalian, kamu, Satya, juga Bening bisa tetap akur. Tetap harmonis selamanya."

"Aamiin, Paman."

***

Satya dan Bening sedang membereskan barang-barang untuk dibawa ke paviliun. Selain baju-baju, ada juga barang seperti boneka pemberian Satya sejak awal mereka pacaran dulu, juga saat Satya dan Bening belum jadian.

"Nih, buat kamu." Satya memberikan boneka beruang kecil pada Bening. Mereka sedang duduk di teras panti.

Bening menerimanya, senyum terbit di bibirnya yang tipis.

"Kok Bening yang dikasih boneka? Kenapa bukan Mbak Lia yang Mas kasih boneka?" tanya Bening, karena ia tahu kalau Satya sedang dekat dengan teman sekelasnya yang bernama Lia.

"Lia dikasih boneka begitu mana mau. Lagian, kamu nggak punya boneka, kan. Lumayan, meskipun kecil setidaknya kamu punya." Satya mengkahiri kalimatnya dengan sebuah cengiran.

Bening memperhatikan boneka mungil di tangannya. "Mas...."

"Hem?"

"Kira-kira, orang tua Bening siapa, ya, Mas? Mereka masih hidup, atau udah meninggal?"

"Kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu berpikir begitu?"

"Selama ini, kita hidup di panti berkat belas kasihan orang. Berkat donatur, kita bisa sekolah. Sebentar lagi Mas Satya lulus, apa Mas akan meninggalkan panti?"

Satya memperhatikan Bening lekat. Gadis itu sedang menatap langit malam yang kebetulan mendung.

"Kamu kenapa?"

"Di panti ini, selain Ibu, aku deketnya sama Mas Satya. Kalau nanti Mas Satya pergi, berarti aku kehilangan sosok kakak yang selama ini aku miliki."

Beningnya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang