Chapter 43

6.1K 389 28
                                    

Prilly menatap pantulannya dicermin, perutnya semakin besar. Usianya pun sudah 7 bulan, Prilly jadi semakin tidak sabar untuk melihat calon buah hatinya ini. Bahkan Nenek serta Opa nya sangat antutias membeli ini-itu, semua perlengkapannya hampir ada. Kalo box nya, masih ada bekas Adzra. Namun, Opa nya bersikeras agar menggantinya. Masa baby cewek box nya berwarna biru, padahal itu warna sangat cocok.

"Awww... nendang ya sekarang mah Dek? Jadi pengen ngunyel-ngunyel kamu deh Dek, Abang Adzra juga udah kangen tuh sama kamu."

Adzra masih terlelap dalam tidurnya disisi ranjang, Ali pun sudah berangkat kekantornya. Mungkin suaminya akan sibuk menghandle semua pekerjaannya, Prilly mengelus perut buncitnya lalu tersenyum melihat hasil USG nya waktu kandungannya 5 bulan.

Bayi yang sangat cantik, semoga dengan kehadirannya. Keluarganya semakin harmonis, senyuman Prilly merekah melihat Adzra bangun dan langsung mengucek-ngucek matanya. Adzra kini berusia hampir 3 tahun, walau hanya beberapa bulan lagi.

"Abang mandi yuk sama Umi?"

"Umii Bang pen lus dedek?"

Dengan senang hati, Prilly membiarkan Adzra mengelus perutnya. Adzra memang sangat antutias ketika akan mempunyai adik, bahkan Adzra sudah bisa memanggil dirinya dengan sebutan Abang. Betapa bahagianya Prilly mempunyai anak seperti Adzra.

Semua persis seperti Abinya, membuat Prilly merasa iri pada Ali yang menurunkan semua wajah dan wataknya pada Adzra. Namun, semua itu ada untungnya lohhh.. jika Ali sedang bekerja, dan Prilly sedang kangen-kangennya sama Ali. Prilly bisa melihat Adzra dengan jelas, semoga saja Adzra bersifat seperti Abinya yang penyayang.

Setelah memandikan Adzra, niatnya sekarang Prilly akan bertemu dengan Reina. Sahabatnya itu lama tak jumpa dengannya karena ikut suaminya ke Surabaya, dan berhubung menyambut bulan puasa. Reina memutuskan untuk puasa di Jakarta bersama keluarganya. Lagian tak baik juga memutuskan silaturahmi, sama saja kita tak ingin berumur panjang untuk mencari ilmu agama.

"Udah, udah Bang Adzra udah ganteng persis kayak Abi."

Prilly menatap Adzra yang sudah siap, ajaran rosullullah mengatakan : tak baik memuji anak berlebihan, karena akan membuat si anak besar kepala. Prilly tak ingin Adzra seperti itu, cukup mengatakan sewajarnya saja itu sudah cukup.

"Mbak Rin titip rumah dulu ya? Soalnya saya mau keluar dulu."

"Iya, Bu." Balas Mbak Ririn. Prilly menggandeng Adzra agar tidak kemana-mana, nanti saja ia akan mengabari Ali. Soalnya Prilly sedang kerepotan melihat Adzra yang bergerak-gerak terus.

"Assalamualaikum?"
"Mas?"

Saat sedang didalam taksi, Prilly baru mengabari Ali. Jika tidak diijinkan ia bisa putar arah kembali kerumah, walau seharusnya ia mengabari suaminya dirumah. Nyatanya cara ini salah.

"Waalaikumsalam."
"Ada apa dek telpon Mas? Pasti kangen ya sama Mas?"

"Mas sih sibuk terus, aku kan kangen sama Mas yang beberapa hari ini dikantor terus. Dedeknya kangen nih sama Mas, pengen dielusin lagi hihihi."

"Hahah. Uminya atau dedek nih yang kangen sama Abi?"

Ali tak tau saja Prilly sudah bersemu sendiri, iyalah dirinya rindu pada suaminya. Sudah beberapa bulan belakangan ini, Ali sibuk menghandle semua pekerjaan. Terlebih lagi ada proyek diluar kota, membuat waktunya sedikit bersama keluarga.

Ingin merajuk rasanya, namun melihat wajah lelah Ali yang sangat terlihat membuat Prilly mengurungkan niatnya. Prilly hanya bisa bermanja saja membuat senyuman suaminya selalu saja merekah walau sedang lelahnya, atau yang paling Prilly sedih adalah ketika pulang bekerja. Tentunya Ali lelah, namun Ali tetap menemani Adzra bermain.

"Mas afwan ya aku ndak ijin dulu dari rumah mau ketemuan sama Reina? Soalnya aku sempat kerepotan juga."

"Ndak apa-apa.. tapi lain kali ijin dulu ya sama Mas, hati-hati dijalan. Kamu bawa 2 orang lohh termasuk kamu juga."

"Iyaa Mas bawell.."

"Mas tutup dulu ya soalnya mau meeting sekarang juga."
"Mas mencintaimu, zaujati."

"Aku juga mencintai Mas, Zawji."

"Wassalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Tut

Prilly meletakkan ponselnya dislingbad miliknya, Adzra anteng bermain dengan mobil-mobilan miliknya. Prilly turun ketika Taksi yang ia tumpangi bersama Adzra sudah sampai ditempat ia akan bertemu dengan Reina.

Prilly mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru taman, senyumannya merekah melihat Reina melambaikan tangannya dengan bayi cantik yang Prilly perkirakan usianya baru 5 bulan, sangat cantik sekali.

"Assalamualaikum? Aaaa.... kangen sama Na, apa kabar Na? Masha allah.. cantik ihhh.." baru saja Prilly sampai, Prilly sudah mencium bayi Reina dengan heboh.

"Waalaikumsalam, aku juga kangen sama kamu Prill. Alhamdulilah aku baik, kenalin tantee... sama akuu Naura atau Rara tantee.." ujar Reina memperkenalkan Rara pada Prilly.

Mereka asik mengobrol, sedangkan Adzra berada didepannya memainkan mobilnya dengan pasir tentunya. Sesekali Prilly memerhatikan Adzra takutnya hilang gitu, bahaya kalo hilang. Buatnya susah hehe...

"Lohh Adzra mana?"

Wajah Prilly berubah panik, Reina pun tidak memerhatikan Adzra sejak tadi. Prilly panik seketika, Prilly mencari Adzra kemanapun. Namun, tak ada. Reina berusaha menenangkan Prilly yang sedang mengandung, tentunya itu akan berpengaruh pada kesehatan kandungannya.

"Hiks.... Bangg kamu kemana hiks... jangan bikin Umi khawatir."

Mata Prilly terbelalak melihat Adzra berada ditengah jalan, Prilly berlari tak memperdulikan teriakan Reina yang melarangnya untuk berlari. Prilly sedang mengandung, bahkan Reina takut bayinya Prilly kenapa-kenapa.

Jantung Prilly berdebar, mobil jeep melaju dengan ugal-ugalan dan mengarah pada Adzra. Prilly menutup mulutnya, ia berlari dan....

Tittt

Brukk

Keduanya terguling ke aspal, Adzra berada dipelukan Prilly pun menangis kencang. Prilly merasakan darah mengalir dari selangkangannya, bersamaan dengan kesadarannya mulai hilang.

Prangg

Ruang meeting seketika gaduh akibat Ali teledor menjatuhkan gelas kaca kelantai, pikirannya tiba-tiba saja tertuju pada istri dan anaknya. Perasaan tak enak menyerangnya, Ali berusaha fokus namun nyatanya tak bisa. Ali meminta sekretarisnya untuk menunda meeting ini, pikirannya sedang kacau tiba-tiba. Ali melihat kearah wallpaper ponselnya yang ia sengaja memakai poto Prilly dan Adzra.

Ada apa dengan mereka?

Kenapa Ali merasakan ada yang terjadi, Ali membereskan berkas-berkasnya. Ia akan pulang, karena perasaan ini membuatnya uring-uringan sendiri.

Drrrtt

Belum sampai memegang knop pintu, ponselnya bergetar. Ali mengangkat telpon yang ternyata dari Reina.

"Assalamualaikum hiks... A---ali."

"Waalaikumsalam.. Rein kamu kenapa nangis? Prilly mana? Soalnya tadi dia ijin ketemu sama kamu."

"Hiks.. Prilly sama Adzra ke---celakaan Li hiks..."

Duarr

Lutut Ali melemas seketika.

"Gak mungkin."

Marhaban ya ramadhan
Semoga puasa hari ke - 3 nya lancar ya besok.

IMAMKU | Proses Revisi |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang