8

964 166 48
                                    

Yang dilakukan Tania sejak tadi adalah menatap langit langit kamarnya.

Sudah satu jam sejak dia sampai rumah. Dan kata kata Ben masih terngiang.

"Gue ga berhak nilai orang lain, bahkan gue ga kenal sama tunangan elo. Tapi kalau gue ada di posisi elo. Gue akan tanyain ke diri gue sendiri. Apa yang gue mau. Apa yang baik untuk gue. Karena sebelum orang lain. Gue harusnya lebih kenal diri gue sendiri."

"Gue bangga karena sejauh yang gue denger. Elo sampai detik ini tau apa yang elo mau dan elo butuhin. Dan satu pesan gue, jangan mengulur waktu untuk menghindar. Hadapi. Supaya elo pun ga dihantui pikiran elo sendiri. Semangat ya"

Dan dari sekian banyak orang yang dikenalnya. Kenapa kata kata yang selama ini dia butuhkan keluar dari mulut Ben, lelaki asing yang bahkan baru dijumpainya dua kali.

Tania mengambil handphone nya. Dia akhirnya menekan beberapa nomor yang sudah dihapalnya diluar kepala.

"Hallo Tan, kenapa sayang?" Kata seseorang disebrang sana ketika telponnya terhubung.

"Ibu, ada yang mau Tania omongin" Iya, dia tau selama ini dia hanya memendam sendiri, menghindari ibunya yang bahkan selama ini selalu mendukungnya. Jika jalan yang sekarang terlintas di benak Tania adalah yang ingin dia pilih maka ibunya lah orang pertama yang akan diberitahunya.

***

"Bas, muka kamu pucet sih... Gausah masuk aja ya" Ben terlihat khawatir melihat putra semata wayangnya itu tidak tampak seperti biasanya.

"Aku mau sekolah pi"  Jawab Bas mantap, walaupun di kepalanya sekarang ada rasa seperti ditusuk oleh jarum.

"Serius kamu? Udah anget badanya"

"I'm okay papi... Oh iya pi, nanti gausa jemput. Aku janjian mau hangout sama tante Sheila." Kata Bastian sambil meminum susunya yang tinggal setengah gelas.

"Jangan dulu lah, gaenak hati papi" Kata Ben yang benar benar mengkhawatirkan anaknya.

"Plis dong pi, tante Sheila kan udah mau berangkat lagi. Kalau ngga besok kapan lagi" Adik tersayangnya Ben ini memang seorang model yang mengharuskannya terbang ke berbagai negara. Seminggu lagi pun dia harus menghadiri acara fashion show di London.

Ben menghela nafasnya.

"Tapi janji sama papi, kalau ada apa apa kabarin papi"

"Emmm!!! Siap pi" Bas semangat dengan muka pucatnya.

"Udah kan sarapannya? Yuk berangkat" Ajak Ben sambil merapikan mejanya. Bastian yang mendengarnya langsung bergegas ke pintu depan untuk memakai sepatunya.

***
Ben baru saja selesai meeting tadi dia bersama Satria tapi begitu selesai Satria segera kembali ke kantor karena ada beberapa berkas yang tertinggal. Memang hari ini mereka meeting di salah satu restaurant yang ada di mall yang cukup besar di Jakarta.

"BEN!!!" Ben menoleh dan senyumnya merekah melihat siapa yang memanggilnya.

"Tiga kali nih ketemu gini. Jodoh apa kita?" Kata Ben, iya Tania lagi yang berjumpa dengannya kali ini.

"Dih apasi elo!" Muka Tania sedikit tersipu tapi dengan segera dia mengalihkan pembicaraan.

"Elo ga ke cafe?" Tanya Ben.

"Engga! Besok di sekolah ada prakarya, jadi gue beli bahan bahan hari ini" Kata Tania sambil mengangkat belanjaannya.

"Ohhh... elo manggil gue mau nebeng ya?" Kata Ben sambil tertawa. Mereka sekarang sambil berjalan ke arah pintu keluar. Ben sejak tadi sudah membawa belanjaan Tania.

"Yeuuu... apasi... tapi iya sih hahaha" Sudah senyaman ini Tania dengan Ben.

"Nasib jadi supir cewek cantik" Kata Ben yang.

Sambil menunggu mobil, Ben melihat beberapa email pekerjaannya.

Drrrrttt

Incoming Call Sheila 💙

Sekilas Tania melihat panggilan masuk ke handphone Ben.

Udah punya pacar ternyata. Batin Tania.

"Kenapa?" Tania melihat raut wajah Ben memucat.

"Tapi ga kenapa kenapa?" Kata Ben lagi.

"Oke kamunya gausah panik, jangan nangis... iya iya abang kesana sekarang" Ben lalu melirik ke arah Tania, tepat dengan mobil yang datang.

"Ayo Tan..." Kara Ben sedikit tergesa.

"Kenapa sih Ben?" Tanya Tania yang juga ikut panik.

"Ke rumah sakit dulu gapapa kan?"

"Siapa yang sakit Ben?" Tanya Tania

"Anak gue Tan... anak gue sakit" Dan Tania diam. Bukan pacar lagi tapi Ben sudah punya keluarga. Entah kenapa sedikit hati Tania terasa sakit.

***

Sheila Andini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheila Andini

Once MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang