9

954 166 49
                                    

Ben berjalan dengan terburu-buru, bahkan sempat lupa jika Tania mengekori dibelakangnya.

"Ma! Bas mana ma?" Ben panik begitu melihat mamanya diluar.

"Gausah panik... udah gapapa Bas. Lagi istrihat di dalem" Lalu Ben diantar Sheila untuk menemui Bastian.

Rasanya Ben cukup lega ketika sudah melihat Bas dan mendengar penjelasan dokter. Sekarang dia duduk di tepi ranjang Bas sambil mengusap kepala anak semata wayangnya itu.

"Bang, itu mba Tania elo anggurin"

Astaga Ben sampai lupa jika dia bersama Tania.

Tapi...

"Kok elo kenal Tania? Perasaan dari tadi sama gue" Tanya Ben yang baru sadar bahkan sejak tadi sepertinya mamanya sudah akrab dengan Tania.

"Ya kenal lah! Gimana sih lo"

Ben lalu keluar mencari Tania.

"Mah, temenku mana?" Tanya Ben ke arah mamanya yang sedang duduk.

"Ke toilet, kamu anterin dulu Tania kasian... Bas bias mama sama Sheila yang jagain. Sekalian kamu bawa gantinya Bas" Kata mama Ben.

"Yaudah aku ke toilet dulu sebentar"

***

Ketika kembali Ben benar benar bingung melihat Tania yang sudah akrab dengan Bastian. Pun dengan Sheila dan mamanya.

"Anak papi udah bangun?" Ben menyapa Bastian dan mencium pipi putranya itu.

"Apasih pi, malu ish" Lihatkan anaknya ini, walaupun sakit tetap bersemangat.

"Kamu tuh gabisa liat cewek cantik, pasti sok jaim" Bas hanya mengerlingkan matanya mendengar gurauan Ben.

"Kamu mau dibawain apaan? Papi mau pulang dulu nih"

"Gamau apa apa, papi jagain ibu kesayangan aku" Jawab Bastian, ini Ben benar benar bingung.

"Siapa?" Tanya Ben.

"Ya siapa lagi Pi... Bu Tania lah!"

"Bentar bentar..." Ben mengeluarkan handphonenya dan mendial nomor yang dia save sebagai "wali kelas anak ganteng"

" Ben mengeluarkan handphonenya dan mendial nomor yang dia save sebagai "wali kelas anak ganteng"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan benar saja Handphone Tania berbunyi.

"Aish... jadi selama ini gue punya nomor elo gitu Tan" Kan reaksi Ben benar benar diluar dugaan.

"Kamu kenapa ga bilang bilang, bu Tania wali kelas kamu?" Kata Ben sewot. Senewen dia, dari kemarin pergolakan batin mau minta nomor Tania ke Satria atau tidak. Ternyata dia punya.

"Dih apasih papi mana tau aku papi kenal sama bu Tania" Ini Bas jadi makin pusing denger papinya malah ngomel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dih apasih papi mana tau aku papi kenal sama bu Tania" Ini Bas jadi makin pusing denger papinya malah ngomel.

"Heh kamu tuh anak lagi sakit Ben" ini mamanya Ben udah ikutan ngomel. Iya ngomelin anaknya yang mulai keluar tingkah absurd nya.

"Terus mama juga kok udah kenal aja! Pernah jemput Bas aja ngga"

Gemas, mamanya Ben akhirnya menjewer telinga anaknya itu.

"Pulang kamu mandi! Keramas biar bener itu otak" Ben mendelik.

"Tan, yuk balik... udah diusir" Ajak Ben, Tania yang sejak tadi tertawa dengan Sheila akhirnya diam dan segera mengikuti Ben setelah berpamitan pada keluarga Ben.

Untung tadi Tania sudah menjelaskan ke mamanya Ben jika dia benar-benar bukan calonnya Ben. Dan mamanya Ben sudah paham tidak seperti kali pertama mereka berjumpa.

Tania sekarang berjalan beriringan dengan Ben menuju parkiran.

Tania sekarang berjalan beriringan dengan Ben menuju parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak tadi Tania tidak bisa berhenti tersenyum. Entahlah kenapa. Apa karena suasanaya hatinya baik, atau ketika tau Sheila itu adiknya Ben. Atau ketika tau Bas itu anaknya Ben. Enatahlah.

"TANIA!!!" Dan detik berikutnya Tania menjerit ketika Ben tersungkur ke jalan karena pukulan seseorang yang tiba tiba datang.
.
.
.
.
Gery Saseno ada dihadapan mereka.

***

Once MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang