"Dengerin papi, hari dimana kamu lahir di dunia itu adalah hari paling bahagia buat hidup papi. Jangan mikir kamu itu beban. kamu itu kebahagiaan papi."
🎉
#1 minrene
"Eh om Satria" Bas yang menyadari lebih dulu jika Satria ada di pintu.
"Si ganteng nya om. Sakit apa?" Tanya Satria.
"Sat nitip dulu gue mau nebus obat" Kata Ben begitu Satria datang. Kemarin memang Satria sudah datang tapi kebetulan Bas sedang tidur dan dia tidak punya waktu lama untuk menjenguk.
Selain dipusingkan oleh pekerjaan, mendengar kabar sepupunya, Tania, pun membuatnya sedikit kaget. Bahkan kemarin sampai dia diminta pulang karena ada perkumpulan keluarga.
Tania membatalkan pertunangan.
Memang sudah kultur keluarganya jika ada satu masalah maka akan berkumpul bersama.
Tentu saja Satria sudah tau masalah sebenarnya Tania memilih untuk mebatalkan, bahkan Satria setuju sepenuhnya dengan keputusan Tania. Yang membuat pusing adalah keengganan Tania membeberkan masalah sebenarnya ke keluarga. Dan memilih dirinya yang disalahkan. Itu yang mengganggu pikiran Satria. Rasanya ingin membogkat tapi dia tetap harus menghargai pilihan Tania.
"Om aku mau tanya"
"Apa Bas?" Jawab Satria
"Papi kenapa sih? Kok tumbenan banget diem nemenin aku. Maksud aku tuh wajar papi disini. Tapi tuh setengah jiwanya kaya ga disini" Jelas Bas.
Tentu saja pernyataan Bas ini membuat Satria menyernyit karena pada dasarnya tidak ada yang seharusnya mengganggu pikiran Ben selain Bastian. Tapi apa yang dipikirkan Ben sampai sampai Bas berfikiran seperti itu.
"Papi kamu itu paling juga khawatir sama kamu udab gausah dipikirin" Jawab Satria diplomatis tidak ingin anak kecil dihadapannya terlalu banyak berfikir yang macam macam. Dan catatan untuk Satria dia harus menanyakan apa yang sedang menjadi pikiran Ben.
"Oh iya!!! Bu Tania sepupu om Satria?" Tanya Bas, dia diceritakan papinya kemarin.
"Kok kamu kenal?" Dan berakhirlah keduanya membicarakn Tania. Satria bahkan menyadari jika Bastian begitu mengagumi dan menyayangi Tania. Hal ini cukup menghibur dan membuatnya tersenyum.
"Sayang tapi, bu Tania udah punya tunangan kalau engga aku mau jodohin sama papi. Kemarin datang kesini pas aku baru masuk sama papi loh om" Oke kenyataan baru lagi. Sejak kapan Tania dan Ben bisa dekat sampai saling mengantar jika benar yang dipikirannya. Karena seingatnya mereka bertemu pertama itu ketika mereka berkumpul untuk Kaisar dan itu belum ada satu bulan. Satu catatan lagi.
"Oh iya?" Hanya itu tanggapan Satria, sisanya cerita Tania lagi dari mulut kecil dihadapan Satria.
***
Ben sedikit melamun ketika mengantri obatnya. Dadanya sesak sejak kemarin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kenyataan yang sekarang dihadapinya begitu sulit. Bas adalah hidupnya. Bas adalah sumber kebahagiaannya. Tidak ada yang bisa menapik itu.
Tapi pembicaraan dengan dokter kemarin membuatnya gelisah, membuatnya takut. Kelebat kenangan pahit 8 tahun lalu silih datang seperti menghantuinya. Masa sulitnya yang tak pernah ingin dia ingat kembali.
Tapi apa bisa dia mengahadapi ini sendiri lagi? Tidak dengan Bastian yang menjadi peran utamanya. Ben tidak akan sanggup.
"Ben" Suara merdu itu menyeruak ke dalam pendengaran Ben.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senyumnya menular. Sedikit beban rasanya terangkat dari dada Ben.
"Hai Tan" Tania menghampiri Ben, hampir seminggu sejak dia terkahir betemu Tania. Lihat bahkan sudah selama itu Bastian dirawat.
"Elo lagi ngapain? Bas sama siapa?"
"Nungguin obat nih, ada Satria kok" Balas Ben, tepat setelah itu nama Bastian Haris disebut, dengan sigap Ben mengambil obat untuk anaknya itu.
Sekarang Ben dna Tania sedang berjalan ke arah kamar Bas.
"Ben, kalau boleh tau... Bas sakit apa? Perasaan gue aja atau emang ini udah terlalu lama ya dari normalnya yang kelelahan." Tania menyebutkan diagnosis awal Bas.
Ben hanya bisa tersenyum memilih tidak menjawab pertanyaan Tania.
"Yuk kasian Satria, Bas pasti udah ngoceh macem macem"
Dan Tania paham jika Ben tidak ingin membicarakan hal itu sekarang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.