"Belajar yang rajin Jen! Jangan nakal. Kerjakan semua tugasmu. Semua jadwalmu sudahku urus. Fokus saja pada dirimu." Ucap Jayler saat Jena turun dari mobil sport milik Jayler
"Ya." Jawab Jena singkat
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jayler menatap Jena yang memasuki halaman sekolahnya dengan senyum merekah, "Aku seperti mengurus seorang anak. Dan aku seperti ayah tunggal."
"Hai cewe tengah malam!" Sapa Cigo dan ia bersama Avril
Alih-alih memberikan jari tengah pada Cigo, ia menatap Avril dan tersenyum, "Kau bersama dengan dia Mr. Aleksey Arshavin?"
"Iya. Aku bersama Avril. Oyah, jangan sentuh Avril. Jangan sakiti dia." Ancam Cigo pada Jena
Avril menahan tangan Cigo yang hendak menunjuk wajah Jena, "Cigo jangan."
Cigo menggenggam telapak tangan Avril. Ia menyakinkan Avril bahwa ia akan baik-baik saja, "Selama kau bersamaku, kau baik-baik saja."
"Sekolah tempatnya belajar. Bukan bermesraan." Ucap Jena
"Sekolah tempatnya belajar. Bukan membuat onar." Sahut Nessa yang entah darimana dia berasal
Jena tidak menghiraukan ucapan Nessa. Ia memilih untuk menuju ke kelas terlebih dahulu. Ia berpikir bahwa hari ini dia akan menjadi murid yang sesungguhnya. Karena selama ini dirinya tidak pernah mengikuti jam pelajaran sampai selesai karena profesinya sebagai modeling.
📍Kelas 3-1
Jena menyadari suatu hal, "Tasku ketinggalan. Hari ini aku gak akan merepotkan Jayler. Hari ini aku akan mandiri."
Jena beranjak dari tempat duduknya, dirinya hendak menuju koperasi untuk membeli buku baru namun ia bertemu dengan Avril dan Cigo.
"Jen kau mau kemana?" Tanya Cigo
"Aku mau kemana itu bukan urusanmu. Tolong urus dirimu sendiri Mr. Aleksey Arshavin."
Karena merasa sangat kesal, Avril membentak Jena yang selalu bertindak semaunya dan tidak memiliki tata krama, "Jena Lee!"
Yang tadinya Jena membelakangi Avril dan Cigo kini ia berbalik menghadap Avril dan berjalan mendekatinya, "Nn. Jung."
Suara Jena membuat Cigo dan Avril merinding. Suasana menjadi mencekam dan sangat menakutkan. Avril berusaha berlindung dibalik badan Cigo dan ia bergetar ketakutan.
Tanpa berpikir panjang, Jena menarik keluar Avril dari belakang Cigo. Ia mendorong Avril dan membuatnya terjatuh. Menampar pipi Avril dengan sangat kuat membuat memar membekas dikulit putih Avril. Cigo berusaha melerai Jena dan Avril namun ia juga mendapat pukulan dari Jena.
Melihat kejadian tersebut, Saffa dan Nessa berpencar. Saffa menuju ruang kepala sekolah dan Nessa menuju ruang BK. Seluruh siswa menyaksikan betapa mengerikannya Jena ketika mengamuk.
"Nn. Lee!" Mr. Min memanggil nama Jena untuk menyadarkan Jena yang seperti kerasukan setan
"Nn. Lee. Dengarkan aku. Berhenti." Ucap Mr. Jeon dengan pelan agar Jena bisa berada dibawah kendalinya
"Avril bajingan!"
Avril berusaha bangkit dengan penuh memar. Ia berjalan mendekati Jena dan berbisik, "Kau monster."
"Kau monster."
Kalimat itu mengingatkan Jena pada sesuatu yang sangat menyakitkan. Kalimat yang terus terngiang-ngiang dikepala Jena membuat dirinya pusing dan jatuh kelantai. Namun tidak satupun yang berani mendekati Jena, bahkan orang yang paling dekat dengannya, Mr. Jeon, hanya diam.
Jayler tiba dikelas untuk mengantar tas sekolah Jena, namun ia dapati Jena pingsan dan tidak ada satupun yang mau menolong.
Jayler begitu murka. Namun ia berusaha untuk meredam amarahnya. Prioritasnya adalah keselamatan Jena.
Jayler menepuk pelan pipi Jena, namun ia tak kunjung sadar, "Jena ku mohon bangun! Jena!"
Jayler menggendong Jena ala bridal style dan membawanya keluar dari kelas. Satu sisi, semua murid khawatir pada Avril yang sangat terluka karena perbuatan Jena. Bahkan Cigo terus memeluk Avril agar ia tidak berasa sendirian dan ketakutan.
"Cigo..."
"Gakpapa Avril. Aku ada disini."
"Tn. On tolong bawa Nn. Jung ke UKS." Pinta Mr. Jeon
"Saya akan mengurus dispensasi untuk Tn. On karena kamu harus menjaga Avril. Saat ini dia hanya membutuhkanmu." Ucap Mr. Min
📍UKS
"Avril kau sangat terluka. Aku khawatir."
"Mungkin Jena sedang banyak pikiran. Aku tau dia tempramental. Aku yang salah."
Cigo muak dengan semua kebaikan yang selalu Avril ucap dan ia lakukan, "Jangan pikirkan dia Avril! Disini kau adalah korban! Kau terlalu baik untuk dia. Lebih tepatnya kau bodoh!"
"Kau bisa menganggapku seperti itu Cigo. Aku sangat mengenal Jena. Ia pasti ada masalah sehingga dia berubah menjadi ganas seperti itu."
"Cobalah untuk berbaikkan." Saran Cigo
"Sudah. Tapi kau lihatkan perilakunya bagaimana?"
Cigo memijit pelipisnya karena ia tidak habis pikir karena ada orang sebaik Avril. Bahkan disaat terluka sekalipun ia tetap peduli dengan sang pelaku, Jena Lee.
"Maaf merepotkanmu Cigo."
"Jika bukan aku, siapa lagi yang akan melindungimu?"
"Tapi tadi kau juga terkena pukulan Jena."
"Diam dong. Jangan buat aku malu. Pokoknya aku berusaha menolongmu dari monster tadi."
Avril menahan tawanya ketika melihat wajah Cigo memerah karena malu. Cigo berusaha menepuk-nepuk pipinya untuk mengurangi rasa malunya namun itu tidak berhasil karena ia sangat malu bahkan ia terjatuh karena pukulan Jena.