Sebenarnya cerita ini aku buat karena terinspirasi dari ost. My Holo Love karena arti lagunya mendalam banget gitu 😌
Kuy dengerin dan bayangin kalo Cigo yang nyanyiin lagu itu untuk Jena.
Gimana? Suka? Maaf yah kalo gak nyambung :))
🌻🌻🌻
📍Rumah
10.23 PM
"Jena liat sini!" Teriak Cigo
"Apasih?! Kau merubah suasan rumahku tau gak? Rumahku biasanya sepi dan kini menjadi ribut karena mulut embermu!" Bentak Jena
Karena gemas pada Jena, Cigo yang dari tadi berdiri kini menerjang Jena yang berbaring ditempat tidur. Kini posisi Cigo berada diatas Jena.
"Kalo dilihat dari dekat kau jelek. Pantasan saja Avril suka sama kau. Ternyata kau jelek." Hina Jena
"Iyah aku jelek." Cigo ngambek dan berdiri mengambil spageti
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nyam, nyam, nyam, nyam." Cigo sengaja memanas-manasi Jena yang sedari tadi terus berbaring ditempat tidurnya
Jena menunjuk dagunya memberi Cigo isyarat, "Lihat wajahmu yang jelek itu. Ada saos didagumu."
"Biarin. Aku maunya kau yang bersihin." Ucap Cigo dengan bibir yang sengaja dia majukan
"Cigo!" Teriak Jena
"Apa?!" Cigo membalas teriakan Jena
"Bersihkan semua bekas makananmu berengsek! Jorok! Sudah jelek, jorok, hidup lagi!"
Cigo memegang dadanya, "Astaga Jena, astaga! Jantungku! Kau menghinaku sampai keakar-akarnya!"
"Persetan dengan jantungmu!"
Setelah bertengkar mulut dengan Jena, Cigo merangkak berbaring disamping Jena. Mengetahui Cigo berbaring disampingnya, Jena langsung duduk menghadap jendela.
"Aku gak tau harus kemana. Ini seperti anak kecil yang tersesat. Aku disini bersamamu sekarang. Aku gak bisa membiarkanmu pergi Jen. Gak bisa. Kau tau kau gak sendirian. Tetap bertahan walaupun semuanya berubah Jen."
"Ngoceh apa sih Cigo?"
Cigo bangkit dari posisi baring dan menatap Jena, "Aku akan menunggu. Tolong berdiri didepan mataku jadi aku bisa melihatmu. Aku mengerti dan aku merasakanmu."
Jena masih diam. Jantungnya mulai berdetak dengan kencang namun ia tetap seperti biasa karena penyakitnya.
"Aku akan bersamamu. Aku ingin memelukmu. Aku merasakan cinta lagi."
"Aku kira kau jatuh cinta pada Avril yang tentunya lebih baik dari aku."
"Sembarangan mulutmu! Cium ni!"
"Gak mau. Mulutmu ada bekas minyak spageti."
Cigo memegang punggung tangan Jena dan memanggilnya pelan, "Jena."
"Aku berharap aku adalah bintang karena bintang selalu sama. Gak ada orang disisiku."
"Mr. Jeon dan Jayler gak kau nganggap?"
"Tetap saja aku merasa hampa. Dan gak ada satupun dari mereka yang aku kenal karena mereka orang asing. Lalu kau datang seperti mereka. Namun aku takut saat kau datang."
"Takut kenapa Jen?"
"Aku selalu menunggumu seperti kau menungguku. Aku telah melalui kesendirian dan kegelapan begitu lama, namun kau datang membuatku bersinar dan membuatku menjadi tau siapa diriku yang sebenarnya."
"Jena aku disini. Gakpapa. Kalo mau nangis, nangis aja."
"Aku berharap aku bisa terbang. Karena aku ingin selalu bersamamu. Bermimpi seperti dongeng karena kau selalu disisiku dan tau segala tentangku."
"Jena sangat sedih. Cigo nangis ni. Nangis ni! Liat mataku sudah ada airmatanya."
"Cengeng." Ejek Jena
"Cengeng gini bisa menghasilkan bibit unggul loh."
"Terserah. Aku mau tidur. Dan ketika aku hilang ditengah malam jangan cari aku."
"Besok harus sekolah Jen. Kau homeschooling." Ucap Cigo
"Siapa yang bilang?" Tanya Jena tak percaya dengan omongan Cigo
"Aku." Mendengar jawaban Cigo membuat Jena ingin menginjak perutnya
"Gak kok! Katanya Mr. Bamz kau tetap sekolah namun kau belajar di perpustakaan jadi gak liat mereka yang gangguin kau lagi. Dan Jayler akan mengawasi mereka. Dan aku tentunya menemaimu dong yakali nemanin Avril."
"Terserah mu aja Cigo. Kalo kau nyaman sama Avril yasudah aku sama Jayler aja."
"Jangan! Aku menolak dengan keras! Kau harus denganku titik!"