📍High School Seoul Sky Elite
📍KoridorBagaimana jika penyakit itu merambat bertambah parah? Bagaimana jika pemikiran buruk itu selalu menghantui? Iya. Itulah yang Jena rasakan. Walaupun seluruh sekolah tau bahwa dia adalah korban namun tetap saja ada rumor yang selalu bertebar entah itu tentang orang tuanya, kakaknya, dirinya bahkan pacarnya.
Jena menelusuri koridor dengan santai seperti biasa. Tidak ada respon dan tidak peduli terhadap apa yang menimpa orang lain. Jena miskin rasa kepedulian terhadap orang lain karena penyakitnya. Banyak cemooh yang ia dengarkan langsung dan selalu ia abaikan. Namun tidak hari ini, kepalanya sudah mencapai batas maksimum untuk menampung semua cacian tersebut.
"Psikopat ya tetap psikopat. Dia sangat berbahaya walaupun dia korban. Bisa saja dia menggila dan membahayakan nyawa yang tidak bersalah."
"Ya walaupun dia didakwa sebagai tersangka dia punya pengacara dan uang. Dia pasti bisa lolos dari jeruji besi."
"Mentang-mentang dia yang punya sekolah enak aja dia menyebarkan video buruk Avril. Gak kasihan apa sama ayah Avril. Kan bisa diselesaikan dirumah."
Kata-kata itu merasuk kepikirannya. Langkah kaki hendak menuju perpustakan namun ia berbalik dan pulang kembali kerumah.
Cigo tidak ada dirumah. Jena lari menuju kamar dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Air mata yang telah lama tidak mengalir kini ia terjun bebas dipipi Jena. Jena menangis untuk pertama kalinya setelah ia mengidap penyakit mental. Jena merasa bahwa dia adalah seorang monster yang bisa saja menghancur orang lain tanpa alasan.
Jena depresi sehingga membuatnya pusing dan mual. Ia menganggap dirinyalah yang paling terkutuk dan dia pantas untuk dihukum karena perbuatannya. Jena mengambil silet dari saku bajunya dan terus mengiris pergelangan tangannya bahkan darahnya telah banyak keluar. Jena sama sekali tidak merasakan sakit. Hingga akhirnya ia nekat menggores nadi lehernya sendiri dan berjalan menuju kolam renang dengan darah yang menghiasi dirinya.
Mendengar seperti ada yang jatuh, Cigo melarikan diri mendekati sumber suara. Cigo refleks menjatuhkan dua kresek makanan kelantai saat ia melihat air kolam renang berubah menjadi merah dan tentunya ia juga melihat tubuh Jena yang masih lengkap menggunakan seragam sekolah terapung dikolam berenang. Cigo menceburkan dirinya ke kolam renang dan menyelamatkan Jena menggunakan napas bantuan. Jena tak kunjung sadar.
"Jena!!!!!" Teriak Cigo memanggil nama sang pacar
"Jena sadarlah! Aku disini! Jen!!!!" Cigo terus memberikan napas bantuan pada Jena
Proses tidak mengkhianati hasil. Setelah berkali-kali mencoba, Jena sadar dengan wajah pucatnya. Cigo memeluk tubuh dingin Jena dan menangis takut kehilangan Jena.
"Jena telah mati." Bisik Jena dan kemudian Cigo bisa merasakan bahwa orang yang telah dipeluknya tidak bernyawa

KAMU SEDANG MEMBACA
I see, I feel u ✔
Casuale𝘜𝘯𝘵𝘶𝘬𝘮𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘢𝘮𝘢