📍Rumah
Sudah 4 hari Jena berdiam dirumah karena diskors oleh Mr. Liu Min guru BK tersayang dan ini adalah hari terakhir ia diskors. Aktifitasnya hanyalah bekerja beberapa jam saja sebagai modeling dan kembali lagi hibernasi dirumah. Tamunya hanya Mr. Jeon dan Jayler sampai-sampai Jena sangat-sangat bosan melihat dua makhluk tersebut bahkan mereka tidur bersama dengan Jena. Pagi-sore-malam hanya makan tidur makan tidur untungnya berat badannya tetap tidak naik seperti masalah cewe lainnya yang hanya makan sesuap langsung berat badan melunjak manja naik hingga 3kg bahkan lebih.
Kini Jena terbangun ditengah malam, lagi. Berat langkah kakinya untuk melangkah namun hatinya tetap bersikeras untuk jalan ditengah malam seperti biasa. Jena tetap menuruti kata hatinya.
"Baru pukul 1 pagi." Ujar Jena saat melihat jam dinding
Hanya memakai hoodie ozersize berwarna biru dongker dengan bordiran roket, bintang, dan anggota angkasa lainnya serta memakai sepatu kets putih andalannya. Dirinya menyelinap keluar dari kediamannya dan ia berlari sangat riang saat angin menerpa wajahnya.
Jena berlari riang dikeheningan malam. Berputar-putar seorang diri dan berdansa mesra dengan angin malam Seoul. Ia sangat menyukai kebebasan dan kesendirian, seperti saat ini.
Langkah kaki Jena terhenti. Ia merasa bahwa seseorang menguntitnya malam hari ini. Ia berbalik untuk memastikan bahwa ada seseorang dibelakang sana. Karena tidak ada, Jena kembali jalan dengan tenang seperti biasa namun instingnya berkata bahkan seseorang menguntitnya.
Jena melirik kearah bayangannya dan ia bisa merasakan siluet seseorang yang terus mengikutinya. Tanpa kenal rasa takut, Jena tidak menghiraukan siapa orang yang menguntitnya dan ia terus berjalan.
Langkah Jena terhenti didepan rumah Avril. Jena mengeluarkan silet dari kantung hoodie nya. Saat ia ingin menyelinap masuk, siluet bayangan itu muncul lagi.
"Persetan." Maki Jena pada siluet bayangan tersebut karena telah menghancurkan rencanannya untuk memutilasi Avril malam ini
Tidak jauh dari rumah Avril, Jena mendapat satu pukulan keras dibahunya. Orang itu memukul Jena tanpa ampun. Untuk berdiri saja, Jena tidak bisa. Orang itu memukul seluruh badan Jena. Karena orang itu berani ditempat gelap dan Jena tidak bisa melihat wajahnya, Jena nekat mengeluarkan siletnya dan menyayatnya secara brutal. Silet itu patah dan mengait urat paha orang itu.
Jena sulit untuk bangkit. Kakinya sangat memar akibat pukulan orang itu, "Memar lagi kakiku dan sekujur tubuhku. Bibir robek dan wajahku pun ikut memar. Ini pasti karena orang itu memukul dengan sangat kuat sehingga pembuluh darah kecilku rusak dan menimbulkan memar bangsat."
Pukul setengah 3 dini hari Jena sampai dirumahnya. Ia melucuti pakaiannya dan hanya tersisa bra sport dan hotpants lalu ia mulai menuruni anak tangga kolam renangnya.
Bel berbunyi. Pikirnya itu adalah Mr. Bamz atau Jayler jadi ia tidak beranjak dari kolam renangnya dan terus berenang hingga tubuhnya semakin pucat.
"Sial, rumah sebesar ini tapi keamanannya kurang." Ucap Cigo yang menyelinap masuk kerumah Jena untuk mengembalikan barang Jena yang jatuh dijalan
Cigo menelusuri rumah Jena yang memiliki nuansa hitam disekelilingnya, hingga ia menemukan kamar Jena. Cigo masuk kedalam kamar Jena, dan ia bisa menyaksikan betapa gelapnya hidup Jena karena melalui kamarnya saja Cigo bisa tau. Bahkan dimalam seperti ini lampu rumah dan kamar Jena mati hanya cahaya rembulan sebagai lampu rumah Jena yang masuk melalui kaca jendela besarnya.
Saat masuk kekamar Jena, Cigo melihat uang dollar berhamburan disana-sini, "Inikah yang dinamakan mandi uang? Bagaimana dengan lacinya? Aku penasaran apa isinya."
Cigo menarik laci lemari Jena dan betapa terkejutnya dirinya, "Sial! Isinya lagi-lagi dollar, pistol, peluru, pisau, dan kumpulan silet."
Dan pada titik inilah Cigo melihat Jena yang sedang berenang dengan posisi membelakanginya dan menyeka rambutnya kebelakang. Cigo melihat sesuatu yang tidak pernah Jena tunjukkan kepada siapapun dan yang telah lama ia sembunyikan.
"Je-jena." Cigo terbata-bata menyebut nama Jena
Jena berbalik menghadap Cigo, "Kenapa kau kesini?"
"Ku-kulitmu." Tunjuk Cigo
"Ya. Seperti inilah aslinya aku. Penuh luka luar dalam namun bukankah aku hebat menutupinya?"
"Jena!" Suara Cigo bergetar, matanya berkaca-kaca melihat kondisi Jena yang sama sekali tidak pantas untuk dilihat karena lukanya yang sangat mengerikan
Jena duduk ditepi kolam berenang sedangkan Cigo masih berdiri mengawasinya, "Diamlah. Ini tahun yang sulit."
"Jena bagaimana bisa aku hanya diam jika melihatmu seperti itu!"
"Dan teror tidak akan memangsa korban yang tak bersalah. Percayalah padaku."
"Aku percaya padamu." Ucap Cigo dan ia mendekati Jena yang duduk ditepi kolam berenangnya
"Lihatlah mataku. Katakan apa yang kau lihat."
Cigo tak kuasa menahan airmatanya saat Jena berucap seperti itu. Cigo memang cowo cengeng mudah sekali perasaanya iba kepada orang lain yang bahkan orang itu adalah penjahat.
"Aku harap aku bisa melepaskannya. Aku gak mau memalsukannya. Seandainya aku bisa menghapusnya, buatlah hatimu percaya. Tapi aku tak pintar dalam hal berbohong." Ucap Jena
Cigo terdiam dan menundukkan wajahnya karena tidak sanggup untuk menatap cewe kuat seperti Jena.
"Sekarang kau tau, kau bebas untuk pergi." Ucap Jena namun Cigo menggelengkan kepalanya bahwa ia tak sanggup untuk meninggalkan Jena seorang diri hari ini
"Semua mimpiku tak pernah berarti. Aku sudah memohon atas semua masalah yang telah aku perbuat. Aku gak bisa bernapas. Gak bisa. Aku gak bisa menjadi yang kau inginkan. Tapi percayalah padaku, sekali ini saja, bahwa aku gak pandai berbohong." Senyum tulus Jena terukir diwajahnya dan membuat Cigo semakin sakit
Cigo tidak peduli apapun. Mau Jena marah atau membunuhnya yang penting ia bisa mendekap tubuh putih pucat dingin Jena dengan erat alih-alih untuk menghangatkannya. Cigo tak mau melepaskan pelukannya dari tubuh Jena.
Jena melepaskan pelukan Cigo, "Kau sudah puas memelukku dan menggeledah rumahku. Pulanglah. Jam 7 nanti harus berangkat ke sekolah."
"Jena!"
"Pulanglah. Aku muak melihat wajah cengengmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I see, I feel u ✔
Разное𝘜𝘯𝘵𝘶𝘬𝘮𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘢𝘮𝘢