BAGIAN 4

335 15 0
                                    

Sementara itu si pemuda dengan wajah tak acuh berjongkok untuk memeriksa luka yang diderita gadis itu. Tapi baru saja hal itu akan dilakukannya, kembali Ki Langkap Bilur membentak. "Kisanak, kau betul-betul menghinaku tanpa memperdulikan keberadaanku di sini! Pergilah dari sini atau aku mesti menghajarmu seperti gadis celaka itu?!"
Rangga kembali berdiri dan memandang tajam kepada orang itu. Pemuda yang tak lain daripada Pendekar Rajawali Sakti itu kemudian menyahut pelan. "Kisanak, persoalan apakah yang telah terjadi sehingga kau bermaksud hendak membunuhnya? Gadis ini kulihat telah terluka dalam. Kalau tak cepat ditolong dia bisa tewas...."
"Huh. Apa peduliku dengan kematiannya?! Kalau dia mampus itu lebih baik. Pergilah! Ini bukan urusanmu!"
"Aku tak akan pergi dari sini sebelum kau menjelaskan apa sebenarnya yang telah terjadi di sini dan kenapa kau begitu bernafsu untuk membunuhnya," sahut Rangga tegas.
"Bocah keparat! Rupanya kau betul-betul keras kepala dan bermaksud mencampuri urusan orang! Huh, kau pun boleh mampus bersama dengannya!" bentak Ki Langkap Bilur sambil melompat menyerang pemuda itu.
Amarahnya menggelegak dan tak bisa dikendalikan lagi melihat kebandelan pemuda di hadapannya itu. Dalam hati dia merasa ditantang dan seolah merasakan bahwa pemuda ini sama sekali menganggapnya rendah. Hal itu sudah cukup membuat kemarahannya semakin bergejolak. Maka tanpa memikirkan keadaan lawan lagi, dia langsung menyerang dengan menggunakan jurus terhebat yang dimilikinya.
"Kisanak, ternyata kaulah yang begitu bernafsu menginginkan nyawa orang. Pasti kau pula yang begitu bernafsu mencari urusan dengan gadis itu. Dan kini jelaslah sudah, siapa pengacau yang sebenarnya!" sahut Rangga sambil menghindar dengan gerakan gesit atas serangan-serangan lawan yang mematikan.
"Yeaaa...! Mampus!"
"Hahahaha....! Belum lagi, sobat!"
"Kurang ajar! Kau pikir bisa lolos dariku, he? Ki Langkap Bilur tak bisa kau permainkan begitu rupa dan kau harus menggantinya dengan nyawa busukmu!"
"Hm, siapa yang mempermainkanmu? Kau sendiri yang melakukannya. Kenapa mesti marah-marah padaku?"
"Bajingan busuk! Kusobek mulutmu nanti!" "Kau boleh melakukannya sekarang juga!"
"Hiih!"
"Uts....! Sedikit lagi, sobat!"
Bukan main kalapnya Ki Langkap Bilur dipermainkan lawan begitu rupa. Meski telah mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya, namun jangankan berhasil melukai lawan, bahkan untuk menyentuh ujung bajunya pun dia belum mampu. Diam-diam laki-laki berusia sekitar lima puluh tahun lebih itu kecut juga nyalinya. Selama ini dia jarang menemukan lawan yang setangguh pemuda ini. Padahal lawan sama sekali belum membalas serangannya. Dia tak bisa membayangkan apakah mampu menahannya bila kemudian pemuda ini balas menyerang.
"Kisanak, kau terlalu memaksaku. Tak ada jalan lain bagiku selain membela diri. Tapi kalau terus begini sungguh keterlaluan, dan agaknya kau tak segan-segan mencelakai diriku. Mau tak mau aku mesti membalas!"
"Huh, cobalah kalau kau mampu! Kau cuma mempercepat kematianmu saja!"
"Hahahaha...! Mungkin begitu, tapi yang jelas aku tak ingin buru-buru. Apalagi mesti mampus di tangan seekor kutu busuk sepertimu...," ejek Rangga.
"Keparat! Yeaaa...!"
"Hup! Lihat serangan!"
Sambil berkelit cepat, tiba-tiba saja Rangga menyodokkan ulu hati lawan dengan pukulan yang keras. Ki Langkap Bilur terkejut, dan membuang diri ke samping. Namun kaki kanan pemuda itu menyapu ke bawah menyambar punggung lawan. Tak ada pilihan lain bagi Ki Langkap Bilur kalau tak mau celaka. Dia mesti menangkis dengan tangannya.
Bletak!
"Aakh...!" Ki Langkap Bilur menjerit keras ketika terdengar tulang berdetak patah. Belum lagi dia sempat memperbaiki keadaan, satu tendangan keras menghantam perut dan membuatnva tersungkur dengan tubuh jungkir balik. Sambil mengeluh kesakitan dia berusaha bangkit sambil memegang tangannya yang patah dihajar tendangan lawan tadi. Sorot matanya liar dan memendam amarah yang hebat.
"Kesinilah kalau memang kau masih penasaran!" kata Rangga dengan suara dingin.
"Kisanak, biarlah kali ini aku mengaku kalah. Tapi ingat! Persoalan ini belum selesai dan kau akan menanggung akibatnya kelak!"
"Hm, apakah itu berarti kau tak akan meneruskan urusan kita ini'.'"
Ki Langkap Bilur mendengus geram. Dia memandang sekilas, kemudian berlalu dari tempat itu tanpa berkata apa-apa lagi. Rangga hanya membiarkannya saja, dan menoleh kepada gadis itu ketika lawan telah menghilang dari pandangannya. Terlihat gadis itu masih menahan nyeri dan melangkah limbung mendekatinya. Rangga buru-buru menangkap bahunya ketika nyaris gadis itu akan terjerembab jatuh.
"Terima kasih Kisanak. Kau... telah menolongku...."
"Beristirahatlah dulu. Kau terluka dalam dan tenagamu agaknya terkuras habis...."
"Tidak. Kita harus cepat-cepat pergi dari sini. Jumlah mereka ada enam orang. Kalau semuanya ke sini, kita bisa celaka!"
"Tenanglah. Biar kucoba mengatasi mereka...."
"Jangan! Kau akan celaka. Mereka berilmu tinggi dan berhati kejam. Sebaiknya kita pergi dari sini secepatnya!"
Suara gadis itu terdengar cemas dan bingung. Dalam keadaan lemah begini tentu akan sangat mempengaruhi kesehatannya. Rangga merasa tak ada salahnya dia menuruti kata-kata gadis itu. Maka dengan sekali bergerak, dia menggendong tubuh Putri Selari dan berkelebat cepat dari tempat itu.
"Maaf, aku sama sekali tak bermaksud buruk padamu .," katanya ketika melihat gelagat bahwa gadis itu sedikit tak senang dengan perbuatannya.

120. Pendekar Rajawali Sakti : Prahara Mahkota BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang