Jongin masih tertidur di atas kasur empuk saat suara ponselnya berdering tiada henti. Ia melirik malas ke arah jam di atas nakas, jam 11 pagi? Dan ponselnya sudah berdering sedemikian rupa. Jongin menghela nafas panjang sebelum kembali memejamkan mata, salah satu tangannya meraba kesamping tempat tidur yang kosong, meraih ponsel sumber suara.
Ia sedikit membuka mata untuk memilih tombol terima sebelum ia kembali memejamkan mata, "Hmmm???" Gumamnya begitu ponsel sudah di atas pipi chubby miliknya.
"Yakk!! Jongin!! Kau belum bangun?" Terdengar suara nyonya Kim dari seberang panggilan dengan nada yang sedikit memekakkan telinga.
"Kau? Ini masih pagi, kenapa sudah berteriak?" Keluh Jongin dengan suara seraknya khas bangun tidur yang bahkan ia enggan untuk membuka mata.
"Eomma tidak mau tau, cepatlah datang ke butik E, SEKARANG!" Terdengar jika nyonya Kim memberi penekanan di akhir kalimatnya.
"Tapi...." Rengek Jongin dengan kesal, ini masih sangat pagi untuk ia bangun terlebih tidak ada pekerjaan.
"Appa bilang akan memblokir kartu kreditmu satu minggu..." Ucapan nyonya Kim terdengar berbisik, namun Jongin mampu mendengarnya dengan baik.
Segera ia memutus panggilan terlebih dulu sebelum berlari ke arah kamar mandi, dengan ancaman yang diberikan nyonya Kim, maka ia berinisiatif untuk mandi lebih cepat dari biasanya. Selesai dengan mandi dan bersiap, ia langsung meraih kunci mobilnya, mengendarai mobil sport berwarna hitam kesayangan ia sampai di butik E dalam 10 menit.
"Selamat pagi nyonya Kim..." Sapa Jongin begitu memasuki butik yang langsung menemukan sang ibu tengah duduk sembari bermain ponsel.
"Kau!"
"Maaf, aku lupa..." Jongin duduk disamping sang ibu.
Nyonya Kim melirik ke arah sang putra, "Semalam kau mabuk lagi?"
"Tidak..."
"Apa menurutmu eomma percaya?"
"Heheheee...." Jongin hanya terkekeh kecil, ia mengeluarkan ponsel dari saku karena mengingat sesuatu.
"Hari ini eomma mau ke apartemen mu untuk melihat barang apa saja yang akan kau bawa nanti setelah menikah..." Gumam nyonya Kim membuat Jongin langsung menoleh ke arah sang ibu yang duduk disampingnya.
Jongin baru saja akan memprotes ucapan sang ibu, namun seseorang datang dan menyodorkan botol air putih untuk sang ibu.
"Maaf terlalu lama membelikannya..." Ujar Sehun dengan sopan, menarik perhatian Jongin.
Jongin berdiri dari duduknya, "Apa yang kau lakukan disini?" Ia sudah meraih kerah kemeja Sehun dengan kasar.
"Jongin..." Panggil Nyonya Kim setelah beranjak dari duduknya, mencoba meraih lengan putranya.
"Kau yang membawa bocah sialan ini?" Tanya Jongin sembari mendorong Sehun dengan kasar.
Jongin menghela nafasnya kasar, "Sampai kapanpun aku tidak akan menikahi dia!" Ia sedikit berbisik pada sang ibu, namun jelas jika ucapannya seolah merupakan ancaman.
Sehun menahan dada Jongin supaya ia tidak terlalu dekat dengan nyonya Kim, setelah melihat beliau memiringkan wajah, "Bersikaplah sedikit lebih sopan pada ibumu..."
"Ibu?" Jongin berdecih kesal, "Ibuku sudah meninggal." Bisik Jongin menatap tajam ke arah kedua mata Sehun setelah menepis dengan kasar tangan pemuda yang ada di hadapannya.
Jongin pergi meninggalkan Sehun, beruntung butik tersebut tengah tak ada pengunjung dan beberapa pegawai sudah diminta ke belakang oleh nyonya Kim saat beliau hendak memilih pakaian, sehingga tidak ada yang memperhatikan perdebatan yang sedikit menegangkan tersebut.