Setelah beberapa menit perjalanan, keduanya sampai di rumah keluarga Jongin. Sehun dan Jongin langsung pergi menemui kedua orang tuanya yang tengah berkumpul di ruang keluarga.
"Appa..." Sapa Jongin saat tiba. Ia menyapa sang ayah seperti biasa sebelum duduk pada sebuah sofa dekatnya.
"Selamat malam, maaf mengganggu istirahat kalian." Sapa Sehun dengan sopan yang baru saja menyusul Jongin.
Ayah Jongin menatap takjub pada sang menantu, "Kau baru tiba dan langsung menuju kemari? Apa tidak lelah?"
"Lelah? Bahkan dia masih bisa memarahiku!" Protes Jongin yang mendahului jawaban Sehun.
"Dia tidak akan memarahimu jika kau tidak membuat masalah." Tentu saja ayah Jongin akan membela Sehun, ia sudah tau betul tabiat dari putranya.
"Yak!! Appa! Kenapa membela dia? Putra mu itu aku atau dia?!" Protes Jongin kesal, namun dengan segara Sehun langsung menegurnya, "Jongin!" Tentu saja teguran Sehun tersebut membuat sang suami diam dan mengerucutkan bibirnya.
Kedua orang tua Jongin tentu saja terkejut dengan perubahan dari sang putra yang langsung terdiam dan tak membantah Sehun, sepertinya tujuan dari pernikahan ini sudah mulai tampak. Mengikat Jongin kepada Sehun supaya menjadi pemuda yang lebih baik bukanlah ide buruk. Buktinya Jongin langsung terdiam begitu Sehun menyebut namanya meskipun dengan suara lirih.
"Sehun, ikut appa!" Ayah Jongin terlihat berdiri dan memberi perintah kepada Sehun untuk mengikutinya.
Jongin yang melihat itu pun memilih dia, ia malas bertanya apa yang akan mereka bahas, pasti tidak jauh dari pekerjaan.
"Sudah hampir satu bulan, bagaimana pernikahan kalian?" Tanya tuan Kim yang sudah duduk di balik meja kerjanya, Sehun yang masih berdiri di balik kursi di hadapan sang ayah mertua sedikit terkejut mendengar pertanyaan tersebut.
"Hmmm.... Itu...." Sehun tampak ragu untuk melanjutkan jawabannya.
Tuan Kim tentu melihat keraguan tersebut, Sehun adalah pemuda yang baik, cepat dan tegas dalam setiap keputusan disaat bekerja dengannya. Melihat sekarang sang menantu menunjukkan ekspresi tersebut tentu saja tuan Kim mengerti.
"Kenapa kau ragu? Apa Jongin tetap berkeliaran saat malam bersama teman-teman wanitanya?"
"Tidak appa, ia sudah mulai berubah. Jongin sudah sangat jarang ke clubbing." Ujar Sehun, bukankah benar adanya jika empat hari terakhir Jongin tidak berkunjung ke clubbing? Bukankah itu bisa di sebut kemajuan?
"Jongin sudah lebih memikirkan masalah yang akan ia dapat jika tetap mengunjungi clubbing. Skandal yang ia dapatkan sebelumnya, membuat Jongin semakin lebih dewasa." Lanjut Sehun sopan.
"Apa kau ingin melanjutkan pernikahan ini? Appa tidak akan melarangmu untuk berpisah jika kau sudah merasa tidak sanggup dengan Jongin." Kalimat dari sang ayah mertua ini tentu saja membuat Sehun terkejut, namun ia segera menutupinya dengan sebuah senyuman lembut.
"Saya yakin Jongin masih bisa membuat menjadi lebih baik."
"Aku tidak akan menganggap 25% itu sebagai hutang sekalipun kau mengajukan perceraian." Ujar tuan Kim.
"Saya mengerti."
Setelah sedikit tambahan perbincangan yang berhubungan dengan pekerjaan sekaligus pesta tahunan perusahaan di akhir minggu ini, Sehun kembali menyusul Jongin di ruang tamu.
Ia melihat Jongin tengah bermain ponsel sedangkan eomma tampak menonton tv.
"Jongin? Apakah lama?" Ujar Sehun yang langsung duduk di samping sang suami.
"Ya! Kau sangat lama! Menyebalkan!" Jawab Jongin lirih.
Mereka yang berbicara dengan sedikit berbisik dan terlalu dekat membuat keduanya tampak begitu mesra, setidaknya itu yang dilihat oleh nyonya Kim.
"Sepertinya kami harus permisi. Ah, ini hadiah untuk eoma dan appa." Sehun menyodorkan sebuah tas bingkisan yang tadi dibawanya.
Nyonya Kim menerima bingkisan setelah buru-buru berdiri dari duduknya, "Kenapa buru-buru, Sehun?"
"Saya ada janji dengan ayah..." Ujar Sehun tanpa mengurangi hormat kepada sang ibu mertua.
Setelah berpamitan dan sedikit candaan, Sehun dan Jongin pergi ke kediaman tuan Oh dengan di antarkan Tae.
Tidak ada pembicaraan di dalam mobil tersebut, karena Sehun hanya menatap jalanan sembari sesekali menoleh ke arah Jongin yang bermain ponsel.
"Bagaimana jika malam ini kita menginap di rumah keluarga ku?" Tawar Sehun tiba-tiba membuat Jongin langsung menatap horor kepada lelaki di sampingnya itu.
"Kenapa pula kita menginap disana?"
"Semalam saja, bagaimana?" Tawar Sehun membuat Jongin menghela nafas berat, "Tapi kita makan di luar dulu!" Akhirnya Jongin menyerah kepada tawaran yang Sehun berikan.
Sehun dan Jongin makan disebuah restoran yang cukup terkenal, keduanya memilih meja yang berada di dekat jendela. Kedatangan sepasang pemuda ini tentu saja menarik perhatian beberapa pengunjung yang ada disekitar, jika diperhatikan dengan seksama tampak ada beberapa selibriti, pengusaha atau orang biasa kalangan menengah atas. Di antara pengunjung lain tentu mengenal Jongin sebagai seorang selebritis sedangkan mengenal Sehun sebagai salah satu orang yang berpengaruh dalam perusahaan majalah yang dimiliki keluarga Kim dan Oh.
"Tuan Sehun... Lama tidak berjumpa..." Sapa seorang wanita yang cantik dengan balutan gaun berwarna perak membalut tubuhnya.
"Ah, Nona Melly." Sehun memberikan hormatnya begitu melihat wanita pemilik nama Melly tersebut menyapa. Melly merupakan salah seorang penyanyi terkenal di negara tetangga, fotonya pernah menjadi cover utama majalah yang di bawah perusahaan sang ayah menjadikan Sehun pernah bertemu dengannya.
"Selamat malam Tuan Sehun, maaf saya tidak bisa hadir di hari pernikahan anda kala itu, saya hanya bisa mengirimkan hadiah kecil untuk kalian."
Jongin menatap bagaimana interaksi antara Sehun dan si wanita tersebut, ia merasa terganggu. Bukan hanya karena ia yang tak mengerti kemana arah pembicaraan keduanya, namun saat ini ia merasa sangat lapar. Bisa saja ia makan lebih dulu dan mengabaikan mereka, tapi kedua manik mata indahnya baru saja menemukan paman kesayangan diseberang meja. Jika ia bersikap tidak sopan, sudah dipastikan jika sang ayah akan mendapatkan laporan non formal dari paman kesayangannya tersebut.
Sehun yang melihat gelagat tidak nyaman dari Jongin pun mencoba menyudahi pembicaraan dengan sang penyanyi. Melly yang mengerti jika Sehun ingin menghentikan percakapan, memohon maaf sebelum undur diri dari meja sepasang pemuda tersebut.
"Dia wanita yang cantik." Ujar Jongin saat mengambil sendokan pertama dari makanan yang sudah tersaji di atas meja, "Tapi makanan ini lebih menggoda daripada dia. Jika saja tidak ada paman Leon disana, sudah ku pastikan aku makan lebih dulu dan mengabaikanmu, sialan!" Lanjut Jongin dengan nada berbisik membuat Sehun tersenyum.
Sehun membantu Jongin memotong steak yang tersaji sebelum memindahkan potongan tersebut ke atas piring sang suami, "Makanlah dengan tenang, abaikan sekitarmu."
Jongin tentu saja tidak ingin menuruti apa yang di katakan Sehun, akan terasa aneh jika ia menjadi seorang penurut tiba-tiba. Namun, apa yang di katakan sang suami ada benarnya juga, lagipula siapa yang peduli sekitar? Makanan di depannya lebih nikmat.
TEBECEH
ku tuh