Hari Biasa

1.7K 285 8
                                    

Lucas Pov

Aku bangun seperti biasa dan bersiap-siap untuk pergi ke perpustakaan. Setelah selesai memakai jubah baru yang aku beli kemarin, aku langsung pergi ke perpustakaan.

Setelah sampai di perpustakaan, aku langsung mengambil posisi di meja penjaga perpustakaan. Aku pun membaca buku sambil melihat jika ada orang yang masuk atau tidak.

Beberapa orang masuk untuk meminjam buku atau membaca buku. Hm... tumben pagi seperti ini sudah ada orang. Biasa mereka datang pada siang hari bukan pagi.

Namun, seketika itu juga aku berhenti membaca buku, aku dapat merasakan seseorang yang menatapku. Aku pun melihat ke sekitar dan mendapati Silas yang duduk dengan memegang buku yang terbuka. Aku yakin dia yang menatapku.

"Um... Silas,"panggilku

"Apa?"tanya Silas

"B-bisakah kamu berhenti menatapku,"kataku sedikit gugup. Silas hanya diam sebentar namun, secara tiba-tiba dia mengeluarkan smirk nya.

'Deg' apa-apaan ini? Bagaimana bisa dia seganteng ini? Tunggu dulu... ganteng? Tidak tidak tidak.... barusan aku tidak menyebutnya ganteng.... tidak mungkin.

"Uh....." Silas masih menatapku dengan smirk nya. Aku pun mengalihkan pandanganku darinya.

"Heh... maaf, tapi kamu menarik sekali,"kata Silas yang secara tiba-tiba berada di depanku, mukanya sangat dekat dengan mukaku. Aku dapat merasakan mukaku yang memanas.

"Haha, maaf maaf,"kata Silas sambil mundur dan balik ke tempat duduknya. Hah.....

Aku pun melanjutkan tugasku dan tidak melihat ke arah Silas sama sekali. Tapi, aku dapat merasakan Silas menatapku masih dengan smirk nya itu. Setelah beberapa jam, akhirnya aku disuruh untuk makan siang oleh Clara. Aku pun pergi keluar menuju sebuah cafe. Untungnya, Silas tidak mengikutiku. Hah... untung....

Aku pun memesan makanan dan minuman di sebuah cafe yang lumayan dekat. Setelah selesai makan dan minum, aku kembali ke perpustakaan untuk melakukan shift ku.

Time Skip~

Aku sedang membaca buku sambil melakukan shift ku. Bosan sekali....

"Kamu terlihat bosan,"kata seseorang di depanku yaitu Silas

"S-sejak kapan kamu di sini?"tanyaku kaget. Perasaan tadi aku balik dari makan siang dia sudah tidak ada.

"Sejak dari tadi,"kata Silas dengan senyum nakal

"Uh.. aku tidak menyadarimu," kataku bingung

"Aw~ kamu membuat hatiku terluka,"kata Silas dengan nada.... erm....

"Em.... maaf?"kataku, sebelum Silas dapat menjawab, Clara datang entah darimana.

"Lucas! Aku butuh bantuanmu,"kata Clara

"Ok!"balasku yang langsung pergi ke arah Clara untuk membantunya.

Time Skip~

Akhirnya setelah beberapa jam membantu Clara merapikan buku-buku yang berserakan, aku diperbolehkan pulang lebih awal. Yes! Jujur, aku udah mulai capek. Untung aku diperbolehkan pulang lebih awal.

Hm... aku tidak melihat Silas dimana-mana. Kemana dia? Hm.... mungkin dia balik ke istana? Mungkin...

Aku sedang berjalan pulang namun, ada hal yang aneh. Entah mengapa aku berasa diikuti seseorang... aku pun melihat ke arah sekitarku namun, tidak ada orang yang terlihat mencurigakan.

Hm... siapa yang mengikutiku? Silas? Tapi... tidak, bukan Silas. Aku memiliki firasat kalau siapapun yang mengikutiku bukan Silas. Aku harus hati-hati, aku tidak tahu siapa yang mengikutiku dan apa motifnya.

Aku pun mempercepat langkah jalanku. Akhirnya setelah sampai di rumah, aku merasa lebih aman. Huft..... tapi serius siapa sih yang mengikutiku? ...... sudahlah.... akan aku pikirkan nanti. Aku pun berjalan ke dapur untuk masak. Secara tiba-tiba, aku dapat mendengar pintu rumah yang terbuka.

"Aku pulang!"teriak Jaden

"Ah, kamu cepat sekali hari ini,"kataku

"Yep, Yuji membiarkanku untuk pulang lebih awal,"balas Jaden

"Kalau begitu, akan aku siapkan makanan,"kataku

Aku pun mencuci tanganku dan mulai masak. Sedangkan Jaden memutuskan untuk mandi lalu membantuku. Setelah kami selesai masak, Zoe pulang. Kami pun makan bareng seperti biasanya.

"Oh ya... um... saat pulang tadi,"kataku dengan gugup

"Ada apa?"tanya Zoe khawatir

"Tadi... aku berasa seperti diikuti,"kataku

"Diikuti?"tanya Jaden dengan bingung

"I-iya.... aku tidak tahu tapi ini cuman perasaanku....,"kataku

"Hm.... bisa saja tapi, lebih baik kamu lebih berhati-hati,"kata Zoe

"Baiklah,"kataku mengerti

Di luar~

"Heh... dia dapat merasakanku walaupun aku sudah menyembunyikan keberadaanku? Hm~ mungkin memang dia. Ah, master pasti akan senang mendengar ini,"kata seseorang yang berada di atap sebuah rumah.

Di Einha

Third Pov

"Ah!! Dasar sekolah sialan!"teriak Amel dengan kesal

Amel yang berbaring di kasur dalam kamarnya langsung memukul-mukul kasur itu.

"Siapa juga yang butuh sekolah? Saat aku menjadi ratu aku sudah mendapat uang dan akan menjadi orang kaya! Ugh!!"kata Amel kesal

"Ugh.... males sekali, aku tidak butuh sekolah. Saat aku menikah Felix nanti, aku akan medapatkan hal apapun yang aku mau hanya dengan menjentikkan jariku,"kata Amel

"Agh! Belum juga Felix! Ada apa sih dengan dia? Sih Zoe sialan itu sudah pergi, kenapa dia belum menerimaku menjadi fiancee nya?"lanjut Amel sambil berdiri di depan cermin

"Sudahlah, aku yakin sebentar lagi dia akan menerimaku. Bersabarlah Amel,"kata Amel

"Lihatlah aku, aku cantik, baik, rendah hati, dan peduli. Ah... aku sangat cocok jadi ratu,"kata Amel sambil berpose sok cantik.

Setelah beberapa jam, Amel pun berhenti.

"Ugh... ini menyebalkan sekali. Aku harus lebih bersabar,"kata Amel dengan kesal

Phantania (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang