Hidup adalah tentang perpindahan. Tak ada satu raga pun yang luput darinya. Maka yang membedakan seberapa baiknya kita dalam menemui perpindahan, adalah bagaimana cara kita menghadapinya.
Telunjuk itu bergerak turun. Menyusuri huruf-huruf yang telah disusun sedemikian rupa. Diikuti pergerakan bola mata yang tak kalah lincah. Mencari sesuatu yang sejak empat menit yang lalu tidak ia temukan.
Perhatiannya terhenti pada satu nama. Amanda Ziva Nadia. Nomor urut ketiga pada kertas berjudul NAMA SISWA-SISWI KELAS 8.8. Kini pandangannya yang turun, memastikan dua nama yang lain berada pada lembaran yang sama.
Selembar kertas itu membuatnya bungkam, telunjuk Amanda gemetar. Ia menurunkan tangannya, lalu menggenggam tangan seseorang disana. Membuyarkan lamunan dia yang sedari tadi menunggu Amanda bersuara. Sampai akhirnya ia memecahkan keheningan diantara mereka
"Kelas 8.8!"
"Serius? Perasaan angkatan kemarin cuma sampe kelas 8.7, deh." kata Winda sambil mendekati papan pengumuman yang ada di depan Amanda. Ia mengucek mata, berusaha yakin atas apa yang ia baca.
"Yah, yang lain ga sekelas sama kita ya?" keluh Nilam, perempuan tinggi dan berisi namun terjebak dalam raut wajah baby face.
"Heem, nih." jari Winda menunjukan 3 nama yang lain berada pada kertas data kelas lain. Nama Nafa Laila Shanum berada pada kertas 8.3. Sedangkan Tissa dan Laras di 8.2.
"Mampus!" Lagi-lagi, dengan wajah tanpa berdosa ia memecahkan keheningan.
"Apaan yang mampus?!" Kata Nilam dan Winda serentak
"Kelas 8.8 itu kelas unggulan!"
"Mana ada kelas unggulan?!"
NGGG!
"Bentar-bentar." Amanda memutar otak. Berusaha mimikirkan bagaimana cara meyakinkan mereka secara logika.
"Kan huruf ke-8 paling akhir dari alfabet itu huruf U, it's mean Unggulan, iya kan?"
"Dih, masih sempet-sempetnya cocokologi!" Nilam nimbrung.
"Iya bener. Lagian, Z, Y, X, W, V, U-" jari tangannya mengitung mundur delapan huruf alfabet itu. "-tuh! U mah keenam! Man-man, kalo mau cocokologi teh harus pake ilmu!"
"Dih yaudah, cocokologi aku emang ngawur, jadi gapapa kalo emang kalian ga percaya. Tapi monggo diliat dulu nama-namanya. Ini siswa-siswi juara kelas, dari 7.1 sampai 7.8, lho mbak-mbak kuu~"
Ketiganya membaca deretan nama siswa-siswi itu. Absen pertama sampai ketiga puluh lima. Tiga puluh lima wajah itu pula yang satu persatu terbayang di pikiran mereka bertiga. Mampus! Memang benar yang dikatakan Amanda. Selain mereka bertiga, data nama itu memang berisi 5 juara kelas dari setiap kelasnya pada semester lalu.
Awalnya, yang Amanda lakukan memang hanya cocokologi semata. Yang diperkuat dengan adanya gosip bahwa tahun ini akan diadakan kelas unggulan. Usaha menepis hembusan kabar mengenai sistem mengerikan itu berakhir gagal. Mereka menarik nafas dan membuangnya dalam detik yang sama.
Mimpi apa kamu semalem, man?!
...
Menjalani hari pertama di tahun kedua itu sulit. Semua elemen sekolah harus siap membuang rasa malas yang mereka tabung pada liburan sebelumnya. Mengisi kehampaan energi dengan semangat dan harapan baru.
Walaupun, hawa-hawa destinasi wisata, aroma hidangan lebaran, notifikasi like pada postingan foto liburan, masih lalu lalang tak tahu malu dalam benak mereka. Terlebih hal itu jarang sekali mereka dapatkan. Pelajar boarding school mana bisa liburan sepuasnya kalau bukan libur akhir tahun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Griya
Romansa"Tak usah terlihat peduli, jika griya ini hanya kau cari ketika sepi menghukummu sendiri" -Amanda "Ku takkan mengelak, sepi ini yang mengajariku tuk kembali lagi padamu" "Gausah percaya deng, canda" -Rama Griya berarti rumah. Kata yang tak asing buk...