Bila sampai masanya, semua akan berpisah. Hingga kepergian akan menjadi hal menyakitkan yang lumrah.
Dua pasang kaki itu berlari secepat yang mereka bisa. Nafas yang terengah-engah juga debar yang tak beraturan tengah mereka rasakan. Sebenarnya langkah sepasang kaki yang lain terasa lebih lambat, tidak meyakinkan. Ia masih heran alasan kenapa mereka harus berlari untuk sampai ke kelas. Bukankah kelas berada di tempat yang semestinya? Tak perlu dikejar agar ia tetap disana bukan?
Pergerakan alas kaki itu melambat saat menghadapi kenyataan bahwa mereka harus menaiki tangga. Kebayang kan udah lari-larian sekarang harus naik tangga?! Ngga man, yang lain mah biasa aja, kamu we yang lemah🤪 Jangan gitu dong thorr😭
Amanda sandarkan tubuhnya pada dinding. Rasanya deja vu. Pernah ia alami kondisi kelelahan saat menaiki tangga seperti ini. Ia coba atur napasnya yang menderu tak tentu. Sesekali Amanda menengadahkan pandangannya pada lelaki yang kini telah berada di lantai atas. Padahal hanya empat anak tangga lagi sebelum Amanda sampai disana.
"Man, cepetan atuh! Semuanya nungguin antum. Istirahatnya nanti aja di kelas!" pintanya.
"Justru karna saya tau di sana saya gabisa istirahat. Kalo saya nyampe kelas, pasti acaranya langsung mulai."
Ubed mendengus kesal.
Amanda menundukan kepalanya.
"Lagian, saya pengen ngulur waktu. Saya masih pengen diajarin MTK sama bapak🥺." lirihnya.
Hening
"Yaudah, ana itung sampe 5 ya."
Amanda menegakan tubuhnya.
"Satu..."
"Lima!"
Ubed menghampirinya, menarik lengan baju Amanda dan membawanya ke depan pintu kelas secepat kemampuannya.
...
"Cilepeung!" Amanda memukul punggung lelaki itu dengan tangan yang terkepal.
"Ampunnnn! Meuni lila atuh da!" (baca: lagian lama banget)
Amanda menenangkan dirinya.
Tok tok tok
Dibukanya pintu kelas itu perlahan oleh salah satu dari mereka. Ia juga yang mengucap salam, kepada mereka yang ada di dalam.
"Ada Mandanya, bed?"
"Ada pak. Nongkrong di warung ibu." candanya.
"Ih apaansih! Ngga kok pak, saya tadi disuruh latihan ngedadak sama bu Santi."
"Ssttt udah-udah jangan berantem, sok masuk mau ada yang bapak sampein."
Amanda duduk disebelah Abil yang seperti biasa, menarik tangannya sesaat sebelum ia duduk dengan sempurna. Diikuti lelaki yang tadi menemaninya. Ubed memilih jalur memutar sehingga harus melewati barisan bangku perempuan agar tak melewat di depan pak Wawan yang sedang berdiri menghadap para siswanya.
"Ada apa sih bil?" bisik Amanda pada perempuan di sampingnya.
"Menurutmu?"
"Pak Wawan pensiun?"
Abil tersentak, dahinya mengerut, mulutnya menahan tawa.
"Menurut kamu, bapak setua itu ya? Usianya belum sampe batas pensiun lho."
Amanda diam, pikirannya tentang segala perkiraan tiba-tiba padam. Perkiraan bahwa nanti akan ada guru Matematika killer yang akan menggantikan pak Wawan. Sejahat itu ya segala prasangkaku, sampe aku bisa ngebayangin pak Wawan digantiin guru yang baru?
![](https://img.wattpad.com/cover/222926750-288-k449788.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Griya
Romance"Tak usah terlihat peduli, jika griya ini hanya kau cari ketika sepi menghukummu sendiri" -Amanda "Ku takkan mengelak, sepi ini yang mengajariku tuk kembali lagi padamu" "Gausah percaya deng, canda" -Rama Griya berarti rumah. Kata yang tak asing buk...