📌Bisa dibeli di shopee Deveen Media Store
⚠️ AWAS BAPER ⚠️
📝 Islami-Romance
Areta percaya jika berharap pada-Nya akan berujung pada rasa bahagia, dan itu benar. Dia berhasil menjadi bagian hidup dari sosok Danish Hamizan Rabbani, laki-laki yang...
Aku kecewa dengan diriku sendiri yang dengan bodohnya menorehkan luka untuk dia yang menjaga hati dan cintanya untukku. Maafkan aku Bidadari.
• Danish Hamizan Rabbani •
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Bang! Bang Satria teleponnya keputus dadakan. Tadi gue sempat dengar suara benda kebentur.” Raheel mengguncang tubuh Rayhan. Cowok itu menatap lekat saudara iparnya.
“Tenang, jangan panik. Coba telepon ulang.” Pinta Rayhan. Keduanya masih berada di gazebo belakang rumah Rayhan. Dan mereka berniat menyusul Satria bersama Syifa dan Aksa.
“Nomor yang anda tuju——"
“Hiks…gak bisa dihubungi!” demi apapun, Rayhan baru pertama kali melihat Raheel dengan gampangnya menangis hanya karena Satria tidak bisa dihubungi. Padahal sebenarnya Raheel adalah tipe gadis yang tegar dan tak mudah menangis hanya karena hal sepele.
Dret…dret…gawai Raheel bergetar, menampakan nama Aksa di sana.
Gadis itu langsung menggeser panel berwarna hijau dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.
“Hallo Bang?”
“Aku dan Syifa sudah di depan rumah Rayhan. Yang gerbang putih kan?”
“Iya, gue keluar sama Rayhan sekarang.” Sejurus kemudian, dua remaja itu keluar rumah.
Mereka sengaja masih menyembunyikan ini semua dari keluarga, agar masalah tidak semakin runyam, mengingat Bunda dan Mama Areta adalah tipe wanita yang gampang panik.
Namanya juga orangtua, pasti selalu panik jika ada hal buruk yang menimpa anaknya.
Di sisi lain, Areta berhasil mengikuti Humaira yang pergi dengan sebuah mobil, iya meski dia sempat kehilangan arah karena harus menunggu taksi.
Namun Areta tidak menyerah begitu saja. Dia melacak GPS gawai Danish, dia memilih untuk menemui sang suami. Tapi sayangnya di tengah perjalanan, GPS itu mati.
“Ini mau ke mana lagi mbak?” tanya Supir taksi. Areta menggigit bibir bawahnya karena bingung mau ke mana.
“Emm… lurus aja terus Pak,” pinta Areta.
“Baik.”
Dalam perjalanan, Areta terus menerus menelepon Danish namun nomor suaminya mendadak tidak aktif.
Areta menghela napas pelan, dia menatap lurus ke depan. Matanya menatap sebuah mobil yang terguling. Kecelakaan.
“Stop Pak.” Pinta Areta dan mobil pun berhenti tidak jauh dari kecelakaan itu. Areta mengamati betul-betul beberapa orang yang ada di sana.
Dia melihat perempuan yang wajahnya tidak asing lagi bagi penglihatan. “Huma?” ucap Areta pelan. Areta beralih mengamati mobil yang terbalik itu.