telu

146 23 8
                                    

Budayakan menghargai karya orang lain, ya! Ada yang baca, tapi gak ada yang ngevote. Gak tahu aja gimana susahnya jadi penulis wp.


"Ada apa, Yu?" Tanya Chenle setelah sampai didepan Yuri.

"Ikut gue, Chen!" Ajak Yuri, ia segera menarik pergelangan tangan Chenle. Kelas Chenle seketika berubah menjadi ramai, mereka menyoraki Chenle.

"Chenle beneran pacaran sama Yuri?" Tanya Yiren ke Renjun.

"Gak tau, ngapa? Kalau dia pacaran sama Yuri, lo tinggal pacaran sama gue, lah!" Jawab Renjun, dan dihadiahi toyoran oleh Cici. Gak tau kapan datangnya adik kelas ini, tau-tau udah dikelas Chenle saja.

"Kak Chenle dimana?" Tanya Cici.

"CICI DICARIIN JISUNG TUH!" Hyunjin koar-koar, lagi.

"Beneran?!" Cici terlalu excited. Sampai gak nyadar kalau dia sedang di bodohi oleh Si Memble.

"Tapi boong." Ceplos Hyunjin.

"YHAAA!" Sorak teman sekelasnya.

"Ah, bangsat emang! Kak beliin Cici siomay, dong!" Cici seenak jidatnya menyuruh temen Hyunjin yang mukanya sangar tapi kiyowo, Yang Jeongin.

"Enak aja!" Tolaknya lalu pergi.

"Eh, mentang-mentang udah jadi mantan aja belagu!" Ujar Cici gak terima. Iya, Si Jeongin itu salah satu mantannya Cici. Udah ku bilang, kalau Cici itu bangsat, kan?

"Bodoamat!" Ketus Jeongin.

"Em, siapa lagi nih- Eh Kak Minhee. Kok tambah ganteng, sih?" Ucap Cici setelah matanya meneliti ruang kelas Saudaranya, dan menemukan mantannya yang lain, Kang Minhee.

"Ada apa, Cantik?" Tanya Minhee.

"Beliin Cici siomay, dong!" Cici memelas.

"Uangnya mana?" Minhee mendekati Cici dan menjulurkan tangan kanannya.

Cici kembali mencari seseorang,
"Kak Yeji~" Panggil Cici ketika melihat Yeji yang sedang menggarap sesuatu.

"Minta Renjun aja, Ci. Gue lagi ngerjain PR!" Seperti tau apa yang akan Cici katakan, Yeji cepat melemparnya ke Renjun.

"Kak Renjun, kalau gak lo kasih-"

"Eh, ada guru woi!" Seru teman sekelasnya Chenle, Eunsang.

"Ah, gurunya nyebelin. Nanti pas istirahat ya, Kak!" Cici langsung berlari keluar kelas saudaranya, ia kembali kekelasnya sendiri.

°°°

"Chenle kemana, sih? Tumbenan dia bolos!" Tanya Guanlin ketika mereka udah ngumpul dikantin.

"Diajak sama pacarnya kali!"

"Maaf gue telat," Chenle dari kejauhan berlari mendekati tempat duduk mereka. Lalu, menduduki tempat kosong yang berada didepan Yiren.

"Kenapa bolos?" Tanya Renjun.

"Tadi ada urusan bentar!"

"Ya gak usah sampai bolos, kali." Cibir Yeji.

"Kak Chenle, lo apain sepupu gue?!" Ryujin menggebrak meja yang mereka tempati.

"Ryujin, Kakak gakpapa! Udah, ayo balik aja~" Yuri menggeret sepupunya.

"Kalau lo sampai bikin sepupu gue nangis lagi, habis lo, Kak!" Sebelum pergi, Ryujin mengancam Chenle.

"Lo ada masalah apa, sih?" Tanya Renjun.

"Cuma masalah sepele-"

"Lo bilang masalah sepele? Lo gak kenal Ryujin? Heh, dia pernah menang lomba karate tingkat Nasional! Jangan macem-macem lo!" Potong Hyunjin.

"Lo dicubit Somi aja nangis, apalagi ditinju sama Ryujin!" Cibir Guanlin.

"Dia salah paham." Chenle menatap seluruh anggota geng holkaynya.

"Salah paham apa?" Gantian Yiren yang membuka suara. Chenle kicep.

"Gue pamit dulu, ya! Kata Eunsang, gue dipanggil Bu Cungha." Chenle langsung pamit tanpa menjawab pertanyaan Yiren.

"Lo ada masalah apa sama Chenle?" Tanya Yeji. Ia paham situasi apa yang Yiren dan Chenle hadapi.

"Dia marah sama gue, karena-"

"HEH, JANGAN ADU DOMBA KAK CHENLE SAMA RYUJIN DONG!" Suara Cici menggema dikawasan kantin.

"Gue gak ngadu domba mereka!" Sanggah Yuri, orang yang Cici labrak.

"Lah itu Ryujin sampai mau ninju Kakak gue kenapa? Kalau gak lo siapa lagi?" Kemarahan Cici sudah tak terkendali. Ia menggebrak meja yang ditempati Yuri dan gengnya.

"Lo gak tau apa-apa. Jadi, lo diam aja! Adek kelas kok belagu, bitch!" Nako berdiri membantu temannya.

"Baru kelas sepuluh aja kelakuannya udah sebangsat ini, kalau kelas sebelas lo bakalan jadi apa? Jalang?" Gantian Minju yang membantu Yuri.

"Jaga omongan lo!" Renjun tak terima jika sepupunya diejek. Apalagi diejek seperti tadi.

"Pantesan lo berani sama Kakak kelas, lah wong lo dibelain sepupu lo." Ucap Minju, lalu mengajak Yuri dan Nako pergi dari kantin.

"Gue doain cowok-cowok jijik sama muka lo yang burik itu!" Sambung Nako.

"Mata lo buta? Lo gak lihat kalau adek gue putihnya hampir mirip boneka saljunya Si Elsa? Cantiknya melebihi Dilraba Dilmurat?" Yeji membela Cici.

Yuri, Nako, dan Minju tak jadi pergi meninggalkan kantin.

"Gue burik, lo apa-an?" Tanya Cici.

"Cici!" Panggil Chenle.

Cici dan yang lainnya nengok ke Chenle.

"Yuri gak ngadu domba gue sama Ryujin. Tadi, dia nangis karena nembak gue, tapi gue tolak!" Chenle mempermalukan Yuri didepan pengunjung kantin sekolah ini.

"Gak tau aja, kalau guenya cinta sama Yiren!" Sambung Chenle. Ia menatap wajah Yiren yang bersemu.

"Oh, tadi Si Kepala Kecil nembak Kak Chenle? Bulet juga tuh tekad, kayak bakso aja!" Celetuk Cici, dan pergi ke tempat geng anak holkay.

°°°

Ini ceritanya Chenle, tapi kok kayak ceritanya Cici, ya? Gkpapa, kan?

2. Dear you; Chenle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang