Lima belas.

910 116 11
                                        

"Dalgona, sekarang hari apa ya? Udah berapa lama gue diculik?"

"..."

Eunha memanyunkan bibirnya. "Ih, masa gue yang imut ini dicuekkin."

"Saya nggak berhak ngasih tahu kamu."

"Terus siapa yang berhak?"

"Yang jelas, bukan saya."

Eunha memicingkan matanya, kalimat terakhir dari Dalgona bikin dia makin yakin kalau penculiknya lebih dari satu.

"Temen lo ya?" Eunha memancing.

"Bukan."

"Saudara? Sepupu? Keluarga?"

"Bukan."

"Pacar?"

"..."

Eunha mesem-mesem. "Wah, ketauan nih. Pacarnya yaaaaa."

"Bukan..."

"Halah, ngelak mulu aja lo. Udah pasti pacar lo kan. Atau bisa jadi hubungan tanpa status?" Eunha tertawa menggelegar.

Dalgona menghela napas. Eunha jadi sangat bawel setelah memberinya nama secara acak. Walaupun Dalgona nggak merasa terganggu dengan serentetan kalimat cewek mungil itu.

"Dalgona."

"Ya?"

"Gue bingung."

Dalgona nggak menjawab, dia menaikkan sebelah alisnya, agak penasaran dengan kalimat Eunha.

"Gue nggak tau lo ini baik atau jahat." Eunha menghela napas. "Makasih Dalgona."

"..."

"Lo orang yang cukup baik. Meskipun teknisnya, menculik gue adalah perbuatan tercela. Tapi entah kenapa lo nggak terasa seberbahaya kemarin-kemarin, bahkan lo nggak menyentuh gue. Lo juga berbaik hati lepasin penutup mulut gue."

Dalgona terdiam.

"Nggak tau juga sih lo punya motif apa dibalik kebaikan yang lo tunjukin. Kekuatan mind reading gue kan hilang." Eunha tersenyum kecut.

"Kamu punya kekuatan?"

"Tadinya. Sekarang udah nggak."

"Kekuatan seperti apa?"

Eunha menampilkan ekspresi setengah jengkel. "Heh, Kupret, tadi kan udah dibilang mind reading."

"O...ke."

"Heran, penculik kok conge."

Secara tak terduga, Dalgona mendekati Eunha, lantas mengulurkan tangannya dan mengembalikan penutup mulut Eunha seperti semula. Eunha baru bisa bereaksi setelahnya, pergerakan Dalgona sangat cepat.

"Maaf. Saya harus buat kamu bungkam sementara."

Kemudian Dalgona menjauh, meraih pintu besi yang sudah berkarat dimakan waktu, lalu pergi keluar begitu saja.

Cewek berambut sebahu itu kembali muram. Dia merasa dikhianati oleh Dalgona. Hiks.

GEDUBRAK!

Pintu besi itu copot dari tempatnya. Ada bekas tinju di beberapa bagian pintu. Lantas seorang cewek berponi muncul dari sana, diikuti rombongannya.

"EUNHA BONCEEEEEL!"

Eunha menangis terharu. Teman-temannya datang buat nyelamatin dia. Rasanya Eunha pengen peluk mereka semua satu-satu, tapi sayangnya dia masih diikat.

"Eunhaaa, maaf baru dateng sekarang." Chaeyeon menghampiri Eunha diikuti rombongan cewek-cewek Avengers.

Eunha ngangguk-ngangguk sambil bercucuran air mata sebagai balasan.

Avengers  +97lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang