Kelas Baru

117 28 1
                                    

Seluruh siswa SMA STAR berbaris di lapangan. Seperti biasa Leony terlambat, ia memasuki barisan disaat pembagian kelas sudah dimulai. Saat Leony memasuki barisan kelas X-1 ia langsung bergabung dengan teman-temannya yaitu Dika, Yessa dan Indra tanpa Jinda yang ternyata sudah dipanggil ke barisan kelas XI IPA 3.

"Kebiasaan lo kak." Yessa langsung merangkul Leony dengan santai.

Leony yang sudah hafal betul gerak gerik Yessa langsung menangkis tangan Yessa.

"Jinda sudah masuk IPA 3," Indra menyenggol lengan Dika "sedih kawan kita saudara-saudara." Kemudian Yessa dan Indra tertawa.

"Sahabat kesayangan lu gak di panggil-pangil tuh" kata Indra sambil menunjuk ke arah Prana yang masih berdiri di barisan paling depan.

"Sedih gue liat dia, khawatir gitu mukanya."

Dika membalikkan badannya dan meletakkan telunjuk di bagian tengah kacamatanya. "Menurut analisa gue, dia masuk IPA 5 karena dia pasti masuk kelas antara."

"Bentar-bentar ka, maksudnya kelas antara itu gimana ya?" Tanya Yessa polos.

"Kelas antara itu isinya anak-anak yang nilai IPA dan IPSnya seimbang. Jadi kita dikelompokkan berdasarkan nilai yang kita dapat dari semester satu dan dua. Anak IPA 1 itu mereka yang punya nilai dominan IPA dan itu juga berlaku untuk anak IPS 1" jelas Dika dengan sabar.

"Oh jadi begitu." Yessa mengangguk dan tersenyum dengan wajah polos.

"Ah lu mah, gak usah sok paham. Gue aja kagak paham hahahahaha" Indra tertawa dengan keras, kemudian tawanya perlahan mengecil begitu ia sadar sedang diperhatikan guru super killer.

"Bhaladika Anandra."

"Gue dipanggil, bye." Dika berjalan dengan santai menuju barisan kelas XI IPA 4.

"Calon dokter kita udah cabut, yang tersisa tinggal kita nih."

"Gue pengen cabut ke UKS nih, males, panas disini. Yok, Yessa."

"Nama aku belum dipanggil loh. Tunggu dong sampe dipanggil. Jarang-jarang nama aku dipanggil pake mic kan? Ke UKSnya nanti aja ya."

"Gak ada yang kemana-mana, Ibu perhatikan kalian ini selalu berbicara dari tadi."

Indra dan Yessa langsung pucat dan dengan patuhnya berdiri dengan posisi siap di belakang Leony yang ternyata sudah menyadari kedatangan bu Sandra.

"Udah XI IPA 5 nih" bisik Yessa pada Indra.

"Rakiyessa, diam" bisik bu Sandra tepat di telinga Yessa. Yessa pun bergidik ngeri.

"Leony Adiandra Rose."

"Waaaaah" seru Indra tidak sadar. Diikuti tepuk tangan Yessa yang tidak kalah heboh.

Leony memang cukup terkenal di sekolahnya. Saat Leony berjalan menuju barisan kelas XI IPA 5 beberapa teman lelakinya dari kelas lain menyapanya dengan santai dan tentu saja dibalas senyum oleh Leony.

Begitu pembagian kelas selesai, seluruh siswa diarahkan untuk memasuki kelas masing-masing. Leony tentu tidak menyimak siapa saja yang akan satu kelas dengannya karena ia terlalu sibuk berbincang dengan teman temannya dari ekskul Paskibra yang memang sudah berkumpul sebelum Leony datang.

Leony memasuki kelas IPA 5 dengan santai, ia berhenti tepat di depan papan tulis kemudian memandang ke sekeliling ternyata banyak yang dikenalnya. Kebanyakan dari mereka adalah alumni dari SMP yang sama dengan Leony. Semua siswa laki-laki duduk di belakang dan tentu saja Leony memilih duduk di belakang juga. Kemudian seseorang yang Leony kenal memasuki kelas.

"Vista, sini duduk sama gue." Leony melambaikan tangan.

"Dengan senang hati. Seperti biasa Leony Adiandra Rose selalu bisa memilih lokasi yang tepat."

Dengan cepat Vista sudah berkenalan dengan seluruh laki-laki yang ada di kelas. Selain jago dance, Vista merupakan anggota Paskibra sekolah. Vista juga orang yang sangat mudah bergaul.

"Woy Prana, gue rasanya dapat kesialan, lo ngapain sih masuk kelas ini juga?"

"Siapa juga yang mau sekelas sama lo lagi LA."

"Kenalin gue Vista." Vista mengulurkan tanggannya untuk berkenalan dengan Prana.

"Gue Pranata." Prana menyambut tangan Vista. Dalam hitungan menit mereka sudah menjadi akrab.

"Gue cuma mau kasih info, kalian lihat yang duduk di kursi paling depan dekat meja guru?"

"Sri." jawab Leony dengan cepat.

"Iya, Sri. Gue saranin jangan cari masalah sama dia, kalau kalian sampai berurusan sama dia kalian akan jadi korban pergosipan geng mereka. Tahu Lovely kan?"

"Oke. Gue cuma pernah denger cerita aja sih. Jadi tuh geng emang ada ya?" Tanya Vista polos.

"Ada dong Vista. Satu lagi, cowo di belakang kalian, Renzo. Please jangan sampe buat dia kesel. Dia tukang cari masalah. Dulu waktu SMP dia rajin masuk BK. Beberapa waktu lalu dia juga sempat buat kehebohan di sekolah." Prana menjelaskan sambil berbisik.

"Oke, gue paham."

"Udah deh sono lu, gue mau ngobrol sama Vista nih."

"Iya-iya LA."

Setelah Prana kembali ke bangkunya yang ada di depan, Leony dan Vista mulai berbincang.

"Luar biasa, gue kira tuh orang kutu buku yang kudet ternyata ilmu pergosipannya lebih banyak dari gue."

"Dia memang sekeren itu."

"Jangan bilang lo suka sama dia?"

"Gimana mau gak suka, dia sahabat gue dari kecil dan sialnya sama tahun ini berarti gue udah 11 tahun sekelas sama dia"

"Kalo gitu mah sukanya terpaksa gak sih?" Vista tertawa karena melihat wajah Leon yang terlihat kesal.

"Kalo gitu mah sukanya terpaksa gak sih?" Vista tertawa karena melihat wajah Leon yang terlihat kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus Rakiyessa :)

Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day7

LELUCHON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang