Belakang Perpustakaan

43 14 0
                                    

Leony tidak bisa tidur dengan nyenyak. Berkali-kali ia mengubah posisi tidurnya namun ia tidak bisa tidur dengan nyaman. Kepalanya dipenuhi oleh adegan tidak menyenangkan yang tadi ia lihat. Leon benar-benar tidak menyangka bahwa Jinda akan melakukan hal di luar batas. Jika Leony tidak melihat secara langsung mungkin ia sudah memaki orang yang bicara buruk tentang Jinda. Lima tahun Leony berteman dengan Jinda, pertemanan yang Leony kira telah naik kelas menjadi persahabatan namun ternyata ia tidak sepenuhnya mengenali Jinda.

Leony tiba-tiba teringat kata-kata Atha saat mereka di cafe dekat lapangan, "Setiap dia ribut sama Bhaladika lo pasti jadi tempat sampahnya dan setiap dia happy sama Bhaladika lo akan dianggap transparan tak terlihat. Pertemanan lo sama Jinda gak sehat."

Leony bertanya pada dirinya sendiri, "Apa benar aku sudah mengenal Jinda dengan baik? Apa benar aku sahabatnya?"

Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya hingga suara Ayah terdengar, "Kak, bangun. Ini sudah jam 6 loh."

Leon mengerjapkan matanya beberapa kali untuk meyakinkan dirinya bahwa yang ia dengar bukanlah ilusi. Leon bergerak meraih gawainya yang ada di atas nakas kemudian ia menghela nafas. Benar saja sekarang sudah pukul 6 pagi, itu berarti Leon tidak tidur semalaman.

***

Leon memasuki kelas dengan lunglai. Vista dan Sri yang menyadari hal itu langsung menghampiri Leon.

"Lo gak apa-apa?"

"Badan lo panas ini." Vista panik sesaat setelah menyentuh tangan Leon.

"Jangan bilang karena masalah semalam?"

"Lo selalu berlebihan kalau ada masalah. Ini gak bisa dibiarin."

"Kenapa?" Renzo yang baru saja tiba langsung menghampiri meja Leon.

"Nanti aja deh, sepertinya kita harus rapat darurat." Sri mendorong Renzo untuk menjauh.

"Leon, lo mau balik atau ke UKS?"

"Gue mau di kelas aja. Kita ada ujian kimia hari ini." Leon menjawab dengan suara yang terdengar lemah."

"Oke kalau mau lo begitu."

Setelah lonceng berbunyi, Ren, Fras dan Atha langsung menghampiri meja Leony. Ardi tidak ikut bergabung karena harus rapat dengan presidium OSIS.

"Jadi rapat?" Atha bertanya dengan wajah serius.

"Sepertinya masalah serius, kita rapat di belakang perpus aja."

"Kita mau rapat Ren, bukan mau bolos. Belakang perpustakaan kan tempat nongkrong lo dulu?" Fras berkacak pinggang sambil menatap Renzo tajam.

"Sepertinya kita harus ke belakang perpustakaan. Ini gak bisa di dengar semua orang." Sri memelankan suaranya setengah berbisik.

Seluruh mata menatap Sri dan akhirnya mereka bergerak menuju perpustakaan karena jika Sri sudah mengatakan hal ini gak bisa didengar semua orang berarti ia memiliki info rahasia.

Mereka mengikuti Renzo yang memimpin jalan menuju perpustakaan. Pagar yang ada di belakang perpustakaan terlihat tidak sama dengan pagar lainnya yang mengelilingi bagian sekolah. Tepat di belakang perpustakaan, terdapat sebuah lubang setinggi pinggang orang dewasa dan memiliki diameter sekitar 1 meter. Beberapa puntung rokok terlihat tergeletak di atas rumput. Vista dan Leon sempat dibuat tercengang karena baru menyadari ada akses terbuka untuk melarikan diri dari sekolah. Sri terlihat biasa saja karena ia pasti sudah mengetahui tempat ini sejak lama.

"Jadi kalo anak-anak cabut tuh lewat sini?" Vista bertanya dengan wajah tidak percaya.

"Iya lah, lo kira mereka punya jurus menghilang gitu?" Fras menjawab sambil terkekeh.

"Kok gak pernah ketahuan?"

"Lihat pohon besar di sana? Itu yang selama ini menutupi tempat ini. Guru-guru sih malas mencari ke sini karena tempatnya terlingkupi dahan jadi kesannya tempat ini selalu lembab. Belum lagi cerita horor perpustakaan yang sudah beredar, jadi ini tempat paling strategis untuk cabut." Renzo menjelaskan dengan sabar.

"Lo merokok?" Leon jadi tertarik bertanya.

"Dulu waktu SMP pernah coba, tapi setelah itu gak pernah lagi. Uang jajan gue gak banyak, lebih baik buat beli siomay daripada rokok."

"Sepertinya lo semakin cerewet deh Ren." Fras menyenggol lengan Ren dengan maksud menggoda.

"Oke gue rasa sudah cukup ya. Sekarang kita bahas masalah daruratnya." Sri menghentikan pembicaraan nirfaedah yang bisa jadi tidak akan berakhir jika Atha juga ikut bergabung.

"Oke, langsung ke intinya." Atha memotong dengan cepat.

"Ada kemungkinan Jinda selingkuh sama Tri anak basket. Kami lihat mereka pulang bareng kemarin dan mereka sempat pegangan tangan. Gue sudah mengkonfirmasi pada anak-anak Lovely yang satu kelas dengan mereka dan benar kalau mereka sudah dekat sejak sebulan lalu."

"Oke, masalah kita di sebelah mana? Ini gak ada hubungannya sama kita. Ini bukan lagi masalah Renzo." Fras mempertanyakan kedaruratan dari masalah ini.

"Dika sudah tahu kalau Jinda selingkuh. Semalam mereka ribut besar dan Leony dituduh sebagai penyebab keributan itu. Jinda bilang kalau Leony pasti sudah melebih-lebihkan ceritanya pada Dika. Leon gue harap lo tenang ya, kita pasti ada di belakang lo untuk menghadapi masalah ini."

Leon tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, tanpa ia sadari air mata menetes dari ujung matanya.

"Info ini falid atau gak?" Atha menaikkan suaranya.

"Gue dapat info dari Yessa dan Indra langsung. Mereka gak bilang sama Leony karena gak mau Leony drop. Mereka sudah bilang sama gue semalam, Leony bisa sakit berhari-hari kalau bertengkar sama sahabatnya. Tapi masalah ini gak bisa kita tutupi. Leony korban di sini dan kita gak bisa diam aja."

Renzo mengangguk paham kemudian ia melangkah menjauhi mereka.

"Lo mau kemana?" Atha menahan lengan Renzo dengan cepat.

"Lo masih tanya gue mau kemana? Ke IPA 3, gue perlu ngomong sama Jinda." Renzo menangkis genggaman tangan Atha dan melanjutkan langkahnya.

Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara tangisan. Dengan cepat Renzo membalikkan badannya dan mendapati Leony tengah menangis. "Jangan Ren, lo gak perlu ketemu Jinda. Kita bisa selesaikan ini baik-baik."

"Baik-baik lo bilang? Dimana baiknya saat dia malah menuduh lo, menjelek-jelekkan lo di depan semua orang?"

Fras menarik lengan Renzo kemudian membisikkan sesuatu dan akhirnya membuat Renzo kembali duduk.

"Gue rasa kita perlu ketemu sama Dika, Yessa dan Indra. Pulang sekolah kita harus selesaikan ini semua." Atha bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan mereka dengan tenang.

" Atha bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan mereka dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih sudah membaca ;)

Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin...

LELUCHON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang