Rolling

83 27 0
                                    

Bel masuk berbunyi. Beberapa siswa masih sibuk mengunyah makanannya, sebagian lagi sibuk merapihkan rambut dan buku saat Pak Sunu kembali memasuki kelas.

"Maaf Pak, setelah istirahat seharusnya kelas Pak Untung mata pelajaran matematika," Prana menjelaskan dengan hati-hati "sepertinya Bapak salah masuk kelas."

Pak Sunu hanya tersenyum ramah seperti sebelumnya.

"Pak Untung belum bisa mengajar kalian. Beliau sedang cuti. Berhubung saya tidak ada kelas dan kalian tidak ada guru jadi kita lanjutkan membahas kesepakatan yang saya bahas tadi."

Setelah Pak Sunu menjelaskan situasinya, Prana bangkit dari duduknya untuk memberi salam.

"Semua siap" seluruh kelas kompak menghentikan semua kegiatan "beri salam."

"Selamat siang, Pak."

"Selamat siang." Pak Sunu bangkit dari duduknya kemudian mulai berjalan di lorong lorong yang terbentuk diantara meja yang berbaris.

"Yang pertama, saya ingin tempat duduk kalian di rolling setiap 1 bulan."

"Haaaah" Sri berteriak dramatis sambil menutup mulutnya.

Pak Sunu tersenyum. "Tujuannya agar kalian mengenal satu sama lain. Tidak hanya satu tahun tapi kalian akan bersama selama 2 tahun."

"Tapi pak, mata saya minus." Prana protes karena tidak menerima usul tersebut.

"Nah ini dia. Kita sebagai manusia harus bisa saling menghargai. Saya yakin sebenarnya banyak anak yang ingin duduk di depan, tetapi karena beberapa alasan" Pak Sunu menatap Renzo dengan lekat "mereka memilih duduk di belakang. Prana saya yakin kamu tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik tanpa duduk di barisan depan."

Pak Sunu kembali ke meja guru, kemudian duduk bersandar di tepi meja. Matanya memandang seluruh kelas dengan tatapan menyelidik kemudian diakhiri dengan senyum khasnya "Saya rasa semua setuju."

Sistem rolling dilakukan dengan memilih nomor kursi. Setiap anak maju ke depan kelas untuk mengambil nomor undian. Pengambilan nomor diurutkan sesuai abjad.

"Anggun Arsanti."

"OMG gue duduk di depan, salah satu keajaiban dunia ini." Anggun berjalan dengan heboh ke meja barunya.

"Carratha Gunandar."

Atha mengepalkan tangannya kemudian ia layangkan ke udara. "Yes, pojok belakang."

"Deniandra Frasetiadi."

"Nomor dua dari belakang, oke lah." Fras berjalan tidak antusias ke tempat duduk barunya.

"Dini Sahara."

"Yuhuuu gue duduk tengah."

"Jian Lazuardi"

"Suwun, Pak." Ardi berjalan ke arah tempat duduk Atha kemudian mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Halo Atha, semoga kita bisa berteman baik."

"Leony Adiandra Rose."

"Yes, strategis ditengah." Leon sangat bahagia mendapatkan lokasi yang menurutnya menjadi tempat terbaik di kelas.

"Renzo Laberdo." Pak Sunu sedikit heran melihat perubahan wajah Renzo. "Kamu gak suka teman sebangkumu?"

"Enggak, Pak."

"Enggak suka atau..." pak Sunu hanya tertawa melihat nomor bangku yang tertera di kertas yang dipegang Renzo.

"Saya bosan." Semua mata mengekori tatapan mata Renzo yang melihat ke arah Fras.

"Oh baby, sini-sini hahahahaha" Fras sibuk membersikan kursi di sebelahnya yang akan Renzo tempati. Renzo yang melihatnya hanya menghela napas.

"Vista Aulia Putri."

Vista tersenyum lebar saat melihat nomor yang ada di tangannya. "Yes, Leony I'm coming."

"Serius?" Leony sedikit terkejut. Sebenarnya ia sangat gugup menantikan siapakah yang akan duduk di sampingnya. Posisi duduknya sudah tidak menguntungkan karena Ren dan Fras berada tepat di belakangnya kemudian Dini yang merupakan salah satu siswa terberisik duduk tepat di depannya. Untunglah kesialannya tidak berlanjut karena sekarang ia duduk bersama Vista.

Leony sempat membayangkan neraka dunia macam apa yang akan ia temui jika ia harus duduk dengan Sri. Mereka memiliki kenangan buruk yang tak bisa Leony lupakan hingga saat ini.

"Bapak, kok saya dilewatin sih?" protes Sri yang baru kembali dari toilet.

Pak Sunu hanya tersenyum.

"Sriracha Anggraeni."

"Diniiiiii, I Love You." Sri membentuk jari-jarinya menjadi hati.

"Sriii" Dini memanggil Sri dengan gaya yang didramatisir.

"Sepertinya kalian akan sedikit terganggu selama satu bulan ke depan. Sri dan Dini, tolong sedikit dikurangi ya gosipnya di kelas." Wajah Pak Sunu terlihat khawatir mengingat kedua orang itu adalah sumber utama keributan yang terjadi di kelas.

Setelah penyusunan tempat duduk, Pak Sunu menyarankan agar setiap orang bersalaman dengan orang yang ada di depan dan di belakang tepat duduk. Terjadilah keributan seperti acara halal-bihalal dadakan.



Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day10

LELUCHON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang