Satu jam setelah penampilan IPA 5, semua orang telah berganti pakaian dengan pakaian santai ketika tiba-tiba sebuah motor yang berwarna khas berhenti di depan kelas. Pengendara motor tersebut mengenakan seragam yang diketahui sebagai seragam pegawai salah satu gerai pizza ternama. Fras terlihat sangat antusias berdiri di dekat motor tersebut.
"Renzo, Atha, sini cepat. Bantuin."
Renzo dan Atha kelihatan kebingungan tapi mereka tetap menerima box yang diberikan oleh pengendara motor tersebut.
"Perasaan kita pesannya nasi padang deh, kenapa yang datang pizza?" Atha berbisik pada Renzo yang juga membawa beberapa kotak pizza di tanggannya.
"Ya siapa lagi yang biasa melakukan hal-hal aneh?" Renzo menggunakan bibirnya untuk menunjuk Fras.
Atha mengangguk terpatah saat melihat Fras yang sedang menggesek kartu di mesin yang dibawa oleh pengendara tersebut.
"Gue gak nyangka kalo Fras seroyal ini." Vista berbisik pada Sri dan Leon yang kini tengah mengunyah potongan pizza.
"Dia memang begitu, kalau dia senang apapun bisa dilakukan. Sedikit bocoran, limit kartu kreditnya bisa buat sewa aula hotel bintang lima. Jadi pizza begini mah cuma jajanan biasa buat dia." Renzo tersenyum kemudian ia memasang wajah dingin saat menyadari Fras sedang memandangnya dengan tatapan terima kasih yang berlebihan.
"Enaknya gue punya teman kaya." Atha mengedipkan matanya ke arah Fras.
Fras yang melihat adegan tidak mengenakkan itu bergidik ngeri.
***
Setelah selesai makan, Leon terlihat sibuk berbicara dengan Dika di depan kelas. Hari ini merupakan hari ulang tahun Jinda. Anak-anak Leluchon sudah patungan untuk membelikan sepasang baju tidur pink untuk Jinda. Mereka tidak merencanakan kejutan atau hal aneh lainnya, mereka hanya menyiapkan kado dan kue ulang tahun berukuran kecil.
Leon kembali duduk bergabung dengan Leluchon. "Dika bilang nanti pulang sekolah dia mau merayakan ulang tahun Jinda, jadi mungkin kita kasih dia hadiah besok aja."
"Bagus deh kalau gitu, gue gak perlu izin latihan. Besok sepulang sekolah, gimana?"
Fras terlihat mengerutkan dahi kemudian memukul pundak Renzo pelan, "Eh kampret, besok kan Arka dateng. Mana bisa kita gak menyambut kakak tertua."
Arka merupakan sepupu Renzo dan Fras yang katanya seumuran. Fras pernah bercerita kalau di keluarga mereka Renzo, Fras dan Arka adalah F4 versi Indonesia, membernya kurang satu karena emang edisi terbatas jadi hanya memiliki 3 anggota. Kalau Fras menyebut mereka sebagai F4, lain lagi dengan Renzo yang menganggap mereka lebih mirip 3 siluman bersaudara dari serial ternama Kera Sakti.
Akhirnya mereka sepakat memberikan hadiah dan kue ulang tahun pada malam ini. Mereka berencana memberi Jinda kejutan di rumahnya. Pukul 7 mereka sudah berkumpul di salah satu toserba yanga ada di dekat rumah Jinda. Setelah memastikan semua orang telah hadir, mereka bergerak menuju rumah Jinda.
Sebuah rumah megah yang terlihat tua dengan halaman kecil di depannya menyambut mereka. Leony adalah orang pertama yang mengetuk pintu kemudian menyalami seseorang yang keluar dari balik pintu.
"Jinda ada, Nek?"
"Loh katanya Jinda pergi sama teman-temannya. Tadi dia dijemput sama mobil putih, nenek kira mobilnya Yessa."
Leon dan teman-temannya saling berpandangan. Yessa dan Indra sudah ikut merayakan ulang tahun Jinda di sekolah tadi sore jadi seharusnya mereka tidak perlu merayakannya lagi.
"Tadi bukannya lo sudah chat dia?" Renzo bertanya pada Leon yang terlihat kebingungan.
"Sudah, katanya dia di rumah." Leon membuka pesan percakapannya denga Jinda dan menunjukkan pesan tersebut pada yang lainnya.
"Coba hubungi lagi."
"Gak tersambung, gimana?"
"Gue sama Renzo izin sama kakak tertua cuma 30 menit. Kalau Jinda gak nongol juga terpaksa kami cabut duluan."
"Gue juga ada rapat sama pemuda kampung setengah jam lagi. Gue bakal ikut nunggu tapi cuma bisa setengah jam." Atha bersuara.
Keheningan menyelimuti mereka hingga sebuah suara datang dari dalam rumah, "Leon ajak teman-teman masuk. Nenek sudah buatkan teh."
Setelah 15 menit menunggu akhirnya Renzo dan Fras pamitan kemudian disusul oleh Atha dan Ardi yang juga berpamitan untuk pulang. Atha harus mengahadiri rapat sedangkan Ardi juga berpamitan kerena merasa tidak nyaman karena setelah kepergian Atha ia adalah satu-satunya laki-laki di ruangan itu. Jadi hanya tersisa Leon, Sri dan Vista.
Nomor Jinda tetap tidak bisa dihubungi, mereka memutuskan menunggu hingga pukul 20.30 WIB. Namun yang ditunggu tak kunjung datang. Akhirnya mereka menitipkan kue dan hadiah pada nenek dengan pesan selamat ulang tahun.
Saat keluar dari gang rumah Jinda, mereka berpapasan dengan sebuah mobil putih yang membuat mereka menoleh secara tidak sadar. Vista menghentikan laju motornya yang membuat Sri yang mengendarai motor di belakangnya ikut berhenti.
"Gue kenal sama mobil itu, itu mobil Tri. Gue yakin Jinda ada di dalamnya." Vista memutar haluan kemudian bergerak kembali menuju rumah Jinda.
Sri yang sudah mengerti kondisi akhirnya mengikuti Vista dari belakang. Mereka sengaja berhenti agak jauh dari rumah Jinda untuk memastikan dugaan Vista benar atau tidak. Ternyata dugaan Vista benar adanya. Seorang lelaki yang mereka kenali sebagai Tri salah satu pemain basket andalan sekolah turun dari bagian kanan mobil kemudian bergerak mengitari bagian depan mobil untuk membukakan pintu pada seseorang yang ternyata adalah Jinda. Mereka sempat terlihat bergandengan tangan.
Leon yang merasakan ketidakadilan terhadap Dika bergerak mendekat, namun langkahnya terhenti karena lengannya ditahan oleh Sri.
"Lo mau kemana?"
"Ngomong sama Jinda. Bisa-bisanya dia mesra sama Tri sedangkan tadi sore baru aja dapat perayaan ulang tahun dari Dika." Emosi Leon mulai meletup, suaranya tidak lagi berbisik ketika menyebutkan nama Dika.
"Tunggu, ada saatnya lo bisa marah tapi bukan sekarang. Kita gak punya bukti. Lebih baik lo tenang dulu. Besok kita omongin semua baik-baik."
Leon sebenarnya tidak bisa menahan deru di dadanya namun ia berusaha menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan pikirannya.
Tangan Vista meraih bahu Leon yang lainnya kemudian berkata, "kita pulang sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LELUCHON ✓
Teen FictionLeony Adiandra Rose terjebak diantara orang orang yang memiliki kisah masa lalu yang rumit. Apakah waktu akan membantu hubungan Leony dengan orang orang itu atau justru waktu membuat segalanya menjadi lebih rumit?