Salah Paham

60 21 0
                                    


Tidak terasa waktu satu bulan berjalan dengan sangat cepat. Begitu banyak kejadian biasa yang menjadi menakjubkan karena keunikan dari setiap pertemuan yang terjadi. Hari ini pertemuan baru akan kembali terjadi. Rolling bangku akan kembali dilakukan karena hari ini tepat satu bulan sejak rolling pertama dilakukan.

Pak Sunu memasuki ruangan dengan terburu-buru. Ia terlihat sedikit kerepotan membawa beberapa kertas dan map di tanggannya.

"Hari ini saya ada rapat olimpiade di kabupaten, rolling harus kita lakukan dengan cepat."

Kegiatan rolling yang biasanya memakan waktu 2 jam pelajaran kini menjadi 15 menit.

"Baiklah, silahkan kalian belajar mandiri. Jika ada yang kurang paham bisa tanya Atha." Pak Sunu merapihkan mejanya kemudian berjalan ke luar kelas.

Bukannya membuka buku fisikanya , Atha malah bergerak menghampiri meja Leon, "nah, sekarang kalian bisa berteman."

Leon menatap Atha dengan tatapan sinis.

"Sri coba banyak ngobrol sama Leon, dia kelihatan gak nyaman tuh sama kamu." Atha tersenyum jahil kemudian meninggalkan meja Leon dan Sri yang masih sepi dari percakapan.

"Kenapa kamu gak nyaman sama aku?"

"Kenapa tiba-tiba jadi aku-kamu?"

"Sejak awal aku lihat kamu memang gak nyaman kalo dekat aku. Apa aku pernah buat salah sama kamu?"

Leon sebenarnya tidak ingin membahas masalah yang sudah lama berlalu tapi karena Sri sendiri yang menanyakan akhirnya Leon mulai membahas masalah mereka di masa lalu.


***

Leon berjalan dengan semangat ke tempat lesnya. Hari ini merupakan hari pertama ia masuk ke tempat les terkenal itu. Beberapa teman sekelasnya sudah mengikuti les di tempat ini. Sesaat sebelum memasuki ruang kelas, Leony dihadang oleh segerombolan gadis. Seorang gadis dengan wajah manis tetapi memiliki tatapan tajam menghampiri Leon. Tanpa Leon sadari ternyata sekelilingnya kosong, tidak ada siapapun dibelakangnya.

"Jadi ini yang katanya pacar Andra?"

"Maaf, permisi." Leon berjalan melewati gadis itu dengan sopan karena Leon mengira gadis yang ada di depannya ini merupakan kakak kelasnya.

Tidak terima karena dilewati begitu saja, salah satu gadis di depan Leon menarik rambut Leon dengan keras. Leon pun berbalik karena terkejut. Wajah Leon memerah karena marah.

"Kamu yang bahkan saya gak tahu siapa namanya. Maaf ya saya bukan pacar Andra. Minta maaf sekarang!" Leon menatap lurus ke arah Sri yang berdiri paling dekat dengannya.

"Minta maaf? Saya gak melakukan apapun dan kamu minta saya untuk minta maaf?"

"Gue bukan pacar Andra, orangtua kami berteman baik. Gue sama Andra sudah seperti saudara. Sekali lagi, saya bukan pacar Andra. Permisi."

Leon bergegas menuju kelasnya meninggalkan Sri dan teman-temannya.

***


"Jadi pacar Andra yang terkenal itu kamu? Leony?" Sri tertawa setelah mendengar cerita Leon.

"Gue bukan pacarnya."

"Oke. Kamu bukan pacarnya."

"Bahkan sampai sekarang lo gak minta maaf sama gue."

"Ini alasan kamu gak nyaman sama aku?"

"Iya"

"Maaf ya Leon, pasti kamu pikir aku yang tarik rambut kamu karena posisinya aku yang paling dekat sama kamu. Tapi itu bukan aku, salah satu temanku yang melakukannya. Setelah kamu pergi, aku langsung kasih peringatan ke dia. Mohon dimaklumi dia fans beratnya Andra."

Leon terkejut mendengar penjelasan Sri, kemudian ia tertunduk malu. "Maaf ya, aku sudah salah mengira kamu."

"Terima kasih sudah mau cerita. Aku gak akan pernah tahu kalo kita pernah ketemu sebelumnya kalo kamu gak cerita."

"Kamu benar ketua Lovely?" Leon bertanya ragu-ragu.

"Bukan. Kami semua teman, tapi ya aku suka mengarahkan mereka jadi kesannya aku ketua mereka padahal kami semua sama."

"Oh jadi gitu."

Leon dan Sri tiba-tiba menjadi akrab setelah menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi pada mereka 3 tahun silam. Mereka saling berbagi cerita tentang masa SMP dan masa-masa dimana mereka les di tempat yang sama.

***


Akhirnya waktu evaluasi bulanan tiba. Bunda memasuki ruang kelas dengan wajah dingin. Leony maju ke depan kelas untuk memimpin jalannya evaluasi.

"Penampilan pertama yaitu tari tradisional."

Kelompok tari tradisional tampil dengan baik. Seluruh anggota sudah menghapal koreografi dengan sangat baik. Leon melihat ada beberapa detail yang masih harus diperbaiki, jadi ia gugup menanti komentar Bunda.

Dengan wajah tanpa perubahan ekspresi, Bunda hanya mengatakan satu kata, "Next."

"Penampilan selanjutnya yaitu drama." Leon tidak bisa menyembunyikan kegugupan yang membuat suaranya sedikit bergetar saat memanggil kelompoknya.

Bunda tidak menunjukkan ekspresi apapun bahkan setelah drama tersebut usai. Bunda hanya mengatakan satu kata yang sama, "Next."

"Penampilan terakhir yaitu musik." Leon semakin gugup karena bunda tidak menunjukkan perubahan ekspresi apapun.

Leon menutup evaluasi dengan wajah kecewa dan kepala tertunduk.

Tidak lama setelah itu bunda maju ke depan kelas kemudian tersenyum, "dari semua kelas yang sudah saya evaluasi, kalian adalah kelas yang berusaha paling keras. Jika kalian terus berkembang, saya yakin kelas ini memiliki potensi menjadi juara. Sekian kelas hari ini."

Suasana kelas berubah menjadi riuh, mereka menyelamati satu sama lain.

"Pujian hari ini adalah tambahan energi untuk kita. Semangat, perjuangan kita masih panjang." Leon berkata keras-keras kemudian disambut dengan tepuk tangan dari teman-temannya.

Satu minggu setelah evaluasi, sesi latihan gabungan kelas Leon didatangi banyak tamu yang ikut melihat. Tamu tersebut berasal dari kelas lain yang akan mengikuti pentas seni. Saat Leon bertanya kenapa mereka bisa datang ke sesi latihan kelasnya, mereka kompak menjawab "Bunda bilang, saat ini IPA 5 adalah kelas terkuat untuk mengambil posisi juara."




Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day18

LELUCHON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang