Part 11 "Dokter Iqbal"

25 7 1
                                    

Raina mendengar suara ribut-ribut di sebelahnya hanya tersenyum jauh di alam bawah sadarnya, dia masih mendengar ucapan mereka di bawah alam sadarnya.

"Gue senang bisa sahabatan sama kalian,"

"Gue belum pernah sebelumnya kayak gini, makasih Clara, Resti, Bunga, dan Alex kalian ada di saat gue susah"

"Gue ingat kalian kok, walaupun nantinya saat gue bangun nggak ingat kalian, bantu gue untuk hadapi kajamnya dunia," ucapan ini hanya terucap di bawah alam sadar Raina.

Clara yang melihat Raina mengeluarkan air matanya nggak percaya, Raina menangis. Tidak lama setelah itu Raina sadar sambil memicingkan matanya dan memegang kepalanya yang terasa pusing dengan bau obat-obatan.

"Rain, lo udah sadar? gue senang banget," heboh Resti lalu memeluk dokter Iqbal yang ada di sampingnya. Dokter Iqbal yang mendapat pelukan mendadak menegang sesaat. Resti yang sadar langsung melepaskan pelukannya.

"Maaf dok, saya reflek, soalnya saat senang banget lihat Raina sadar," Resti memberi cengengesan kepada dokter Iqbal. Sementara Clara, Alex, dan Bunga geleng-geleng kepala melihat kelakuan Resti, lain dengan Raina yang tersenyum melihat itu.

"Iya nggak papa,"

"Rain, gue senang banget lo sadar," kini giliran Clara yang bersuara. Clara yang tidak mendapat respon dari Raina mengecurutkan bibirnya.

"Rain kok lo diam aja sih?" tanya Clara.

"Maaf, gue bukan diam, tapi bingung harus apa," ucap Raina lirih.

"Dok gimana keadaan Raina?" tanya Alex yang hanya diam melihat Raina seperti ini.

"Seperti yang saya bilang waktu itu kepada Resti bahwa Raina mengalami Transient Global Amnesia (TGA)." ucap dokter Iqbal. Semua yang ada di ruangan itu hanya manggut-manggut kecuali Resti dan Raina yang pasti kagum dengan kegantengan dokter Iqbal, sedangkan Raina hanya mendengar dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Saya bisa sembuh kan Dok?" tanya Raina pelan.

"Bisa, asalkan kamu rajin aja ke tempat-tempat dimana kamu sering kunjungi,"

"Saya nggak tau dok," Raina mengucapkan kata itu sangat lirih tetapi masih bisa di dengar oleh semuanya.

"Mama papa kamu dimana? mungkin beliau tau," ucap dokter Iqbal.

Deg

"Mama? Papa?" Clara yang menyadari suasana tegang langsung mengangkat suaranya.

"Kapan bisa Raina bisa pulang dok?" Clara mengalihkan pembicaraan. Resti dan bunga yang mengerti Clara mengalihkan pembicaraan menggangung paham. Lain dengan Alex yang paham Clara mengalihkan pembicaraan tapi tidak dengan maksud Clara mengalihkan pembicaraan. Alex langsung membawa Clara keluar.

"Ikut gue bentar!" ucap Alex berbisik kepada Clara. Clara langsung aja mengikuti Alex.

"Terima kasih sayang." ujar Resti tanpa sadar kepada dokter Iqbal.

"Ha?sayan--" dengan cepat Resti memotong ucapan dokter Iqbal.

"Mak-sud sa-ya, terima kasih dokter," Resti gugup

"Lo suka ya sama dokter Iqbal, dari tadi gue lihat lo lirik-lirik dokter Iqbal mulu," ujar Bunga heran dengan kelakuan Resti yang percicilan.

"Ya suka lah, secarakan kayak dokter iqbal ini cowok idaman gue, udah ganteng, dan dokter Iqbal juga masih muda udah jadi Dokter gitu, kan idaman gu---" Resti sadar akan ucapannya melirik dokter Iqbal yang juga meliriknya dengan tatapan datar. Resti menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Wajah Resti juga sudah merah seperti kepiting rebus, dia menunduk malu. Sehingga sebuah suara...

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang