Jungkook menekan bel sebuah rumah mewah namun terkesan minimalis itu dengan antusias. Jungkook tak berhenti tersenyum sejak tadi, sudah tak sabar penghuni rumah bercat putih itu untuk membuka pintu.
"Kookie??"
"Kak Seokjin!!!" Teriak Jungkook yang langsung memeluk Seokjin yang baru saja membuka pintu.
Seokjin tersenyum sambil mengusap punggung Jungkook, lalu mempersilahkan adik kesayangannya itu untuk masuk ke dalam rumah.
"Halo Kak Hobi," Sapa Jungkook pada Hoseok yang sedang menata makanan di atas meja makan.
"Hey Jungkookie, wah semakin cantik saja ya!" Kata Hoseok sambil menatap Jungkook dengan kagum.
"Thanks Kak Hobi" Jawab Jungkook yang kini duduk di kursi makan.
"Jangan bilang kau sekarang tertarik pada Jungkook? Dia itu sudah punya tunangan, tau!" Kata Seokjin sambil membantu Hoseok menata makanan diatas meja makan.
"Memangnya salah kalau aku mengagumi Jungkook? Kenapa kau yang keberatan?" Jawab Hoseok yang kini duduk di hadapan Jungkook.
"Apa kalian menyiapkan semuanya untukku? Terima kasih, makanan ini terlihat sangat lezat." Ucap Jungkook sambil menatap makanan yang ada di atas meja dengan semangat
"Tentu saja kami akan menyiapkan semua makanan kesukaanmu." Kata Seokjin yang kini juga sudah duduk di samping Jungkook.
"Itu benar. Lagipula kau sangat jarang mampir ke kota ini. Makan yang banyak, ya!" Sambung Hoseok.
"Jadi, apa kau ada pemotretan?" Tanya Seokjin sambil memberi Jungkook sepiring nasi.
"Iya, begitu semuanya selesai, aku langsung kesini."
"Hey, berikan aku nasi juga Jin!" Ucap Hoseok sambil menatap Seokjin kesal
"Aku iri sekali dengan Kak Seokjin. Jadi selebriti bisa sukses, wanita karir juga sukses. Kak Seokjin memang serba bisa." Ucap Jungkook sambil menatap Seokjin lesu
"Kau juga serba bisa, Kookie. Kau ini kan penyanyi yang hebat!" Ucap Seokjin
"Aku hanya bisa menyanyi, aku payah dalam hal yang lain"
"Kenapa kau jadi mellow begini Kook?"
"Lagipula Seokjin itu banyak kekurangannya, kau hanya melihat yang bagusnya saja." Ucap Hoseok yang langsung disambut tatapan mematikan dari Seokjin.
"Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan Taehyung? Kalian baik-baik saja?" Tanya Seokjin lagi.
"Iya, kami baik-baik saja. Kak Hoseok, bisa berikan sosis itu padaku? Aku sangat suka sosis home made!!" Kata Jungkook.
"Benarkah? Kalau begitu kau pasti akan suka ini. Aku dan Seokjin membuatnya dengan susah payah." Kata Hoseok sambil memberi sepiring sosis sapi pada Jungkook, dan Jungkook menerimanya dengan mata yang berbinar.
"Aku yang membuatnya, kau hanya sibuk mengoceh sana sini dan tidak membantu!" Teriak Seokjin
"Hei! Aku membantumu menggiling dagingnya!" Ucap Hoseok tak terima
Jungkook tertawa. Setidaknya dia bisa bertemu dengan Seokjin dan Hoseok, dan Jungkook sangat senang karena mereka bahagia dan baik-baik saja. Jungkook juga memang sengaja mengalihkan pembicaraan jika Seokjin bertanya tentang Taehyung. Jungkook hanya tidak ingin pembicaraan akan berlanjut ke arah yang salah, dan akhirnya membuat Seokjin mengingat Namjoon. Tidak boleh, itu tak boleh terjadi, Jungkook tak ingin Seokjin bersedih lagi karna Namjoon.
Jungkook hanya bisa berharap Seokjin akan tetap bahagia dalam hidupnya.
^_^
Hoseok mengusap matanya sambil menguap, sudah pukul 12 malam tapi Hoseok masih setia berkutat dengan laptopnya. Hoseok mulai bekerja dari pukul 9 malam, setelah Jungkook pulang dan membereskan dapur. Sejak menjadi manager Seokjin, Hoseok sebenarnya sudah punya brand pakaian sendiri bernama Hope world. Usahanya terbilang cukup sukses namun Hoseok tak punya banyak waktu untuk mengurusnya, karna kesibukannya sebagai manager Seokjin sangat padat.
Setelah Seokjin dan Namjoon berpisah, Hoseok sangat marah dan hampir menghajar Namjoon. Namun sekali lagi Yoongi dan Jimin menasehati, dan beruntungnya Hoseok adalah orang yang baik dan lembut, niat jahatnya untuk mencelakai Namjoon hilang begitu saja. Hoseok berusaha berpikir positif dan memilih untuk lebih fokus pada Seokjin, karna Hoseok adalah kerabat satu-satunya yang tersisa bagi Seokjin, dan Hoseok bertanggung jawab atas Seokjin.
Sebenarnya Hoseok lah yang memberi saran pada Seokjin untuk mundur dari dunia hiburan. Mengingat ada peluang bagi Seokjin untuk menjadi wanita karir, mengapa tak beralih ke sana? Hoseok yakin Seokjin akan sukses karna Seokjin itu berbakat, dan itu terbukti. Memilih untuk pindah dan menetap di kota lain memang pilihan yang tepat. Hoseok bisa jadi lebih fokus pada bisnisnya, dan untuk pertama kali dirinya dan Seokjin bisa menjalani kehidupan seperti masyarakat biasa lainnya, tanpa sorot kamera dan jadwal yang padat. Meskipun awalnya sulit bagi Seokjin, namun lama-kelamaan Seokjin terbiasa, dan orang sekitar juga mengerti dan menghargai Seokjin ketika berpapasan dijalan.
Hoseok mengerutkan dahinya ketika mendengar suara yang aneh. Awalnya Hosoek mengabaikan, namun lama kelamaan suara itu makin terdengar jelas. Hoseok menghentikan aktifitasnya dan kembali fokus pada suara aneh itu. Sepertinya itu berasal dari kamar Seokjin. Hoseok langsung beranjak dari kursi dan segera berlari menuju kamar Seokjin. Jika tebakan Hoseok benar, maka hal yang buruk itu terjadi lagi pada sepupunya.
Hoseok membuka pintu kamar Seokjin dengan napas yang memburu karna berlari. Dengan cepat Hoseok menghampiri Seokjin yang sedang terbaring di atas ranjangnya.
Hoseok merasa sangat terpukul, hatinya sakit ketika melihat Seokjin menangis dalam tidurnya sambil menyebut nama Namjoon seperti sekarang ini. Bahkan terkadang Seokjin terbangun tengah malam dan berteriak, meraung menangisi masa lalunya yang tak bisa ia lupakan. Seokjin sangat mencintai Namjoon, dan Hoseok tau itu. Sedetikpun Seokjin tak bisa melupakan Namjoon, dan hampir setiap malam Seokjin menangis dalam tidurnya dan berakhir pada Hoseok yang berusaha menenangkannya seperti sekarang.
Tak ada yang tau bahwa Seokjin depresi. Tak ada yang tau tiap malam Seokjin seperti ini, bahkan kadang harus minum pil anti depresinya baru bisa kembali tenang dan tertidur. Tak ada yang tau kecuali Hoseok. Hoseok tak mau orang-orang mengasihani Seokjin. Hoseok yakin sepupunya itu akan sembuh dan melalui masa-masa sulitnya. Inilah yang membuat Hoseok memutuskan mengikuti Seokjin dan hidup bersama. Seokjinpun merasa tak bisa hidup sendirian tanpa Hoseok, karna hanya Hoseok lah yang tau betapa rapuh dirinya luar dan dalam.
Hoseok menghela napas lega sambil terus mengusap punggung Seokjin. Semakin lama tangisan Seokjin semakin mereda. Hoseok lega, setidaknya Seokjin tidak mengamuk lagi dan harus meminum pil nya yang penuh bahan kimia itu. Hoseok menyeka air mata Seokjin dan menyelimuti tubuh Seokjin setelah memastikan sepupunya itu sudah berhenti menangis dan kembali tertidur. Hoseok mengecup kening Seokjin lalu kembali menutup pintu kamar Seokjin. Hoseok berharap Seokjin bisa melupakan Namjoon secepatnya, atau sekedar menemukan pria yang bisa mengisi kekosongan hatinya. Tidak ada yang mustahil, karna Seokjin memang harus melupakan sosok Namjoon.
YOU ARE READING
I WANT YOU, Kim Namjoon! BOOK 2
Fanfiction⚠️ BACA BOOK 1 DULU ⚠️ Kisah lanjutan Namjoon dan Seokjin yang sempat kandas. Banyak fakta tersembunyi yang belum terungkap, akankah bisa menyatukan Seokjin dan Namjoon kembali? Bisakah Seokjin kembali dengan hati yang sudah terlampau sakit di masa...