Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Darel melangkahkan kakinya menuju lapangan indoor di belakang gedung. Tadi, Rafa mengajaknya untuk bertemu di sana saat jam istirahat.
Saat melewati koridor kelas dua belas, Darel mendapat tepukan ringan di bahunya. Ia menoleh dan melihat kakaknya yang mengerutkan dahinya.
"Kamu ngapain ke sini? Sendirian lagi. Angga mana?" tanya Delon sambil celingukan, mencari keberadaan Angga.
"Ah, itu. Aku mau ke lapangan indoor, tadi disuruh ke sana. Darel ke sana dulu ya, Kak. Dadah!" Darel melambaikan tangannya sebelum pergi meninggalkan Delon. Delon merasa aneh. Siapa yang menyuruh Darel ke sana sendirian?
***
"Kak Rafa!"
Darel berlari kecil ke arah Rafa yang terlihat menunggu kehadirannya. Rafa tersenyum saat melihatnya Darel sudah datang. Senyum yang sulit diartikan.
"Kenapa Kakak manggil aku?" tanya Darel saat ia sudah berdiri di hadapan cowok yang lebih tinggi darinya itu.
"Cuma mau ngasih tahu satu hal," ucap Rafa sambil melangkahkan kakinya pelan, membuat Darel mau tak mau harus mundur.
"Apa?"
"Lo tahu kan, kalau gue punya satu kakak yang udah meninggal karena dibunuh adik kelasnya sendiri?" Nada bicara Rafa yang dingin dan datar membuat Darel mulai gelisah. Kenapa Rafa berbeda dengan yang kemarin-kemarin ia temui?
Darel mengangguk masih sambil berjalan mundur. Rafa tersenyum miring. "Lo tahu, siapa yang bunuh kakak gue?" Tepat setelah pertanyaan itu keluar dari bibir tipis Rafa, punggung Darel menabrak dinding.
"K-kak? Sebenernya ada apa?" tanya Darel dengan suara bergetar.
"Kakak lo, Delon, dia pembunuh," ucap Rafa penuh penekanan.
Kedua mata Darel terbuka lebar, ia terkejut. Apa-apaan? Delon itu anak baik. Tidak mungkin kakaknya itu seorang pembunuh.
"Nggak, Kak Rafa bohong."
"Kakak lo yang bunuh kakak gue sampe mati. Delon harus ngerasain apa yang gue rasain!"
"Maksud Kak Rafa apa?" Darel mulai panik.
"Lo harus mati, Darel!"
Darel merasa napasnya tercekat saat kedua tangan Rafa mulai mencekik lehernya. Saluran pernapasannya terhambat begitu saja. Darel mencoba melepaskan tangan Rafa dengan sisa tenaganya.