FOURTEEN

1.3K 87 7
                                    

Sedari tadi Ardha berulang-ulang menatap bangku kosong itu, kemana lelaki itu pergi?

"Hei..." sapa Kinanti.

Seketika Ardha terbuyar dari lamunannya dan menyapa Kinanti dan Dhea tanpa semangat.

"Hai." jawabnya dengan wajah datar.

Kinanti yang tau dengan apa yang diperhatikan Ardha sejak tadi, langsung menanggapi.

"Dia kan memang kebiasaan terlambat atau ia bolos sekolah lagi. Ketua kelas ga becus emang."

Ardha mengalihkan perhatiannya ke ponsel dan membuka room chat nya dengan Kevin, belum ada balasan sama sekali sejak subuh tadi Ardha chatting. Ardha khawatir, apa yang sedang terjadi dengannya?

Sepulang sekolah ini, Kinanti mengajaknya untuk pergi ke bioskop tentu saja Dhea ikut. Sambil menunggu jam tayang, mereka bertiga berkeliling sebentar mengitari mall luas ini. Saat melewati food court, Ardha menyipitkan matanya, ia melihat seorang lelaki yang ia kenal dan telah duduk disana, sepertinya ia sedang menunggu seseorang. Benar saja, seorang gadis itu pun langsung duduk dihadapan Kevin dengan tersenyum manis.

Nafas Ardha menggebu-gebu, rasanya ia ingin langsung melabrak keduanya. Tapi, apa Ardha punya alasan untuk tiba-tiba marah? Kalau Ardha marah, bisa saja keduanya memiliki alasan yang tidak sesuai dengan fakta?

"Ardha, lo ngapain diem disini? Ntar kita puyeng kalo lo hilang. Bentar lagi film nya akan dimulai." ucap Dhea yang langsung menarik lengan Ardha menuju Kinanti yang sedang menunggu dengan kedua tangan dilipatkan di depan dada.

Dari awal film dimulai sampai berakhir, tak ada sama sekali film yang ia tonton dengan serius. Sejak tadi ia memikirkan dua orang itu, ia ingin marah.

Seseorang menyentuh pundaknya, "Lo gapapa?" tanya Kinanti yang khawatir dengan Ardha, karena sejak dari sekolah sampai sekarang Ardha hanya diam.

"Lo sakit Ar? Kita pulang aja ya." sambung Kinanti.

✏✏✏

Gadis itu duduk di hadapan Kevin sambil tersenyum manis.

"Langsung pada intinya, tujuan lo ngajak gue kesini apa? Cepet! Ga perlu basa basi, gue sibuk."

Ara tersenyum, "Aku tau kamu ga setuju sama perjodohan ini kan?"

Kevin hanya menatapnya sambil menunggu ucapan selanjutnya.

"Kalo gitu sama, aku ga mau di jodohin. Aku udah punya laki-laki lain yang aku cintai. Kamu tau kan pernikahan itu harus didasarkan dengan dasar cinta bukan bisnis keluarga? Dan kayaknya kita sudah punya pilihan masing-masing yang kita cintai. Lagian juga, aku ga mau nikah muda, aku masih mau fokus kuliah dan karir dan pacarku juga tau itu."

Kevin mengernyit, "Terus?"

"Kita harus cari cara untuk membatalkan perjodohan ini." ucap Ara.

"Dengan cara?"

"Ya makanya di pikir dulu!"

"Oh."

Jidat Ara berkerut sepertinya ia sedang berpikir keras untuk membatalkan perjodohan ini, lain halnya dengan Kevin yang hanya diam sambil membaca menu makanan berulang-ulang.

"Aku tau!"

Kevin terkejut dengan suara Ara yang tiba-tiba menggelegar di telinga Kevin.

"Apa?"

"Gimana kalo kamu pura-pura menghamili pacar kamu? Kalo gitu kan perjodohan ini pasti dibatalkan dan kalian berdua sudah dipastikan akan menikah."

Mata Kevin membulat dengan jidat yang berkerut mendengar saran yang diberikan oleh Ara.

Ketua Kelas vs Bendahara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang