TEN

2.5K 115 8
                                    

Jam istirahat pun telah di mulai, semua siswa dan siswi berbondong-bondong riuh menuju kantin. Begitu juga Ardha, Kinanti dan Dhea yang telah terlebih dahulu stand by di kantin bakso Lek Yet.

"Lek, pesan tiga ya! Seperti biasa." teriak Ardha.

"Oke, siap Dha!" jawab Lek Yet.

Selang beberapa menit setelah bakso sudah berada di meja mereka, Kevin tiba-tiba datang dan langsung mengsinggasanai bangku di samping Ardha.

"Lek, baksonya satu ya." ucap Kevin pada Lek Yet yang baru saja meletakkan es teh di meja Ardha, Kinanti dan Dhea.

Ardha terlalu fokus makan, hingga ia sama sekali tidak sadar dengan keberadaan Kevin yang telah berada di sebelahnya. Tapi, karena melihat sikap Kinanti dan Dhea yang menunjuk-nunjuk ke sebelahnya, Ardha mengernyit bingung.

"Kalian kenapa sih?"

Tanpa suara dari Kinanti dan Dhea, mereka hanya menunjuk-nunjuk ke arah sebelah Ardha dengan jari telunjuk mereka.

Ardha menoleh ke sebelahnya dan mendapati Kevin yang sedang senyum menatap ke arahnya.

Ardha terpelonjak, "Astaghfirullahaladzim, demi sapi dan kambing. Ngapain lo disini ikan asin?!"

"Ga tau, gue lagi pengen aja makan berdua sama lo."

Uhukkk!

Ketiganya sontak tersedak mendengar tutur Kevin barusan. Ardha meneguk salivanya dengan bersusah payah, ia meletakkan tangannya di dahi Kevin.

"Panas, lo ga salah makan kan hari ini sama kemarin? Sikap lo aneh banget. Kemarin tumben-tumbenan mau ngerjain PR sama gue, sekarang lo pengen makan bareng gue. Serius, lo ga salah makan atau minum gitu?" Ardha kebingungan sendiri dengan sikap Kevin.

"What's! Lo kerjain PR bareng dia? Pantes tumben-tumbenan dia dapet nilai seratus di pelajaran matematika." celetuk Kinanti, lalu mencibir Kevin.

"Ihh lo pilih kasih Ar, masa Kevin di ajak belajar bareng sedangkan kita lo biarin aja. Lo tau ga sih perbedaan buaya darat, buaya air dan buaya udara?" sahut Dhea dengan bibir dikerucutkan, yang kemudian memberikan pertanyaan yang membuat Kevin, Ardha dan Kinanti mengernyit.

Kinanti langsung menoyor jidat Dhea, "Bisa ga sih otak lo jernih dikit? Keruh mulu!"

"Bucin terus sih sama Sandres, makanya dia jadi gitu." ucap Kevin yang membuat Kinanti melotot ke arah Dhea.

"Sandres? Siapa?" Kinanti bingung.

"Pacarnya lah. Udah hampir satu tahun juga mereka pacaran." jawab Kevin. Perkataan Kevin barusan membuat pipi Dhea memerah dan mengulum senyumnya.

Kinanti menatap Dhea dengan sorot mengintimidasinya, "Lo pacaran kok ga bilang-bilang? Gue pikir lo masih gadis polos."

"Backstreet." jawab Ardha dan Kevin, serentak. Lalu mereka berdua saling tatap dengan tatapan bingung.

Otak Kinanti terasa sedang disiram dengan air panas, ia bingung ini sebenarnya ada apa sih?!

"Gini gue jelasin dulu ke lo Kin. Gue juga baru tau kalo Dhea ini udah pacaran, bahkan udah hampir satu tahun. Gue juga ga nyangka sama seperti lo Kin. Dhea enaknya kita apain ya?" ucap Ardha.

Pipi Dhea yang sebelumnya memerah, kini berubah dengan tatapan mata elang. "Uwahh, tapi Dhea bener kan? Backstreet itu pacaran diem-diem. Jadi Dhea harus diem-diem juga lah. Kalian mau apain Dhea? Dhea masih imut dan perawan. Please jangan apa-apain Dheaaaa." rengeknya.

"Lagian juga, baru satu bulan ini mereka memperlihatkan kalau mereka pacaran." ucap Kevin bermaksud untuk membela Dhea.

"Tuh, dengerin ucapan predator sekolah!" ucap Dhea yang diberi tatapan menyebalkan oleh Kevin, Dhea hanya bisa mengulum senyumnya.

Ketua Kelas vs Bendahara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang